Terdapat beberapa
kelompok manusia dalam memandang kematian. Ada manusia yang yakin bahwa
kematian pasti datang dan itu merupakan pintu gerbang menuju hari pembalasan
atas setiap amal perbuatannya. Umat Islam dan beberapa agama lainnya meyakni
hal itu, sehingga amal perbuatan yang dilakukan merupakan perwujudan atas
keyakinan bahwa semua itu akan ada balasannya. Kelompok lain, ada manusia yang
yakin akan datangnya kematian namun hal itu tidak ada pengaruh apapun, mati ya
mati setelah itu selesai. Kelompok ini adalah orang ateis hedonis. Mereka tidak
percaya adanya Tuhan, tidak ada hari pembalasan, dan hidup di dunia adalah
akhir dari segalanya. Kelompok ini berusaha mencapai kenikmatan apapun yang
diinginkan di dunia karena tidak ada kenikmatan setelah hidup. Atas keyakinnya,
mereka tidak segan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri apabila merasakan
kesulitan ekonomi, kesehatan, dan problem duniawi lainnya. Kelompok terakhir
adalah meyakini bahwa kematian dapat ditolak dengan cara membuat obat/vaksin
sehingga dapat mempertahankan umur manusia, baginya hidup lebih baik daripada
mati. Atas keyakinannya, kelompok ini terus berusaha mengembangkan riset yang
didukung “google” dengan harapan usia
manusia nanti akan mencapai 150 tahun bahkan 500 tahun.
Sebagai muslim, kita percaya
dengan kematian dan hari pembalasan. Kematian merupakan perpindahan dari alam
dunia ke alam kubur menuju alam akhirat dimana setiap kita akan menerima
balasan atas perbuatan yang kita kerjakan. Jika tidak ada kematian, maka tentu
tidak ada hari pembalasan. Dengan demikian, akan terjadi hukum rimba siapa
kuat, siapa menang, dan siapa dholim akan mengalahkan yang lemah tanpa
pertolongan. Tapi dengan adanya kematian dan alam lanjutan setelah dunia, kita
semua akan dihadapkan pada peradilan sebagai pertanggungjawaban atas setiap
tindakan.
Malaikat Jibril pernah
memberikan nasehat kepada Nabi Muhammad SAW tentang kematian :
- ‘Isy ma syi’ta fainnaka mayyitun. Hiduplah semaumu, sesunggunya engkau akan mati.
- Ahbib ma syi’ta fainnaka mufaariquhu. Cintailah apapun sesukamu, sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.
- I’mal ma syi’ta fainnaka majzii bihi. Lakukan apa saja yang engkau mau, sesungguhnya semua akan ada balasannya.
Tiga nasehat di atas,
mengajarkan kita untuk selalu ingat mati, karena itu adalah masa depan yang
pasti. Suka tidak suka pasti akan datang kapanpun dan dimanapun tanpa
sepengetahuan manusia. Selain itu juga mengajarkan tentang cinta kita pada
gemerlapnya dunia yang segera akan kita tinggalkan. Apa yang kita miliki semua
pasti berpisah dan tidak akan memberikan pertolongan kepada kita di alam kubur
dalam akhirat selain amal baik yang kita kerjakan. Hal ini sebagaimana nasehat
yang ketiga bahwa apapun yang kita lakukan pasti ada balasannya. Kita diingatkan
untuk terus menabung amal baik sebagai bekal kita kelak.
Sebagai cermin kita di
dunia, bahwa hasil riset tentang banyaknya villa mewah di berbagai wilayah ternyata
hanya 30 persen pemanfaatannya, perabot rumah tangga yang kita miliki hanya 30
persen yang kita gunakan setiap hari, speed kendaraan yang kita miliki baik
mobil maupun motor hanya 30 persennya kita gunakan dalam berkendaraan, HP yang
kita bawa-bawa setiap hari hanya 30 persen fasilitas yang tersedia di dalamnya
yang kita manfaatkan selebihnya mubazir, harta yang dimiliki manusia juga hanya
30 persen yang dinikmati, sisanya dipersiapkan untuk diwariskan. Jika apa yang
kita miliki di dunia hanya 30 persen yang kita gunakan, maka berapa persenkah energy
yang kita miliki untuk dipersiapkan bagi kehidupan di akhirat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar