Islam masuk ke Indonesia melalui budaya
bukan peperangan. Ini berbeda dengan Islam masuk negara di Timur Tengah. Ke
Persia sekarang Irak dan Iran misalnya, Islam dibawah oleh Saad bin Abi Waqos melalui peperangan (Saad bin Abi Waqos di kubur
di Guang zu Cina). Islam tersebar ke Siria dibawah oleh Ubaidah Amir bin Jarroh yang mendirikan Dinasti Bani Umayyah. Islam
masuk ke Afrika Utara dibawah oleh Amru
bin Ash yang mendirikan dinasti di Mesir, Tunis hingga Maroko.
Ada rangkaian sejarah antara Cina dengan
Indonesia. Suatu hari ada utusan dari negara Cina bernama Meng chi datang ke kerajaan Singosari di Malang diperintahkan oleh
Kubilaikan untuk meminta upeti. Raja Singosari Kertanegara menolak memberikan upeti bahkan memotong kedua telinga
utusan tersebut. Meng chi kamudian kembali
ke Cina dan lapor kepada rajanya. Sang raja marah sehingga pada tahun
berikutnya Cina mengirim pasukan sebanyak 20 ribu ke Singosari di Malang, tapi kerajaan
Singosari tersebut sudah bubar, Raja Kertanegara
telah dibunuh Jayakatwang dari kerajaan Doho Kediri.
Kedatangan pasukan Cina sebanyak 20 ribu
itu berbaur agamanya ada Muslim dan non Muslim. Jenderal yang Muslim sebanyak 3
orang bernama Zippi, Kausing, Ikamitze. Pasukan kemudian bertemu dengan Raden Wijaya (menantu Kertanegara) dan
bersekutu untuk balas dendam menyerang Doho Kediri hingga yang akhirnya bubar
terkalahkan. Setelah Doho bubar, berdirilah kerajaan Majapahit dan Raden Wijaya adalah raja pertama yang
merupakan pendirinya. Puncaknya Majapahit dipimpin Hayam Wuruk dan pati Gajah
Mada. Pada saat itulah lahir manifestasi politik namanya Sumpah Palapa yang
ingin menyatukan Kepulauan Nusantara hingga Srilangka, Philipina Selatan dan
Thailand. Sumpah Palapa ini menginspirasi sumpah pemuda tahun 1928 yang ingin
menyatukan Indonesia menjadi satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Raja terakhir Majapahit adalah Brawijaya V yang memiliki isteri 600
orang. Salah satu isterinya adalah muslimah keturunan Cina bernama Subanci atau disebut Dewi Retno. Lahir dari Subanci seorang anak laki-laki bernama Jinbun yang kurang disenangi keluarga
kerajaan sehingga pergi ke arah Timur masuk Ampel Denta dan berjumpa dengan
ulama besar bernama Rohmatullah atau
Sunan Ampel (anak dari Syekh Ibrahim
Samarkandi). Kemudian Jinbun masuk
Islam dan diganti namanya menjadi Abdul
Fattah, beliau kemudian belajar Islam dan mengatakan kepada gurunya itu
bahwa ia adalah keturunan raja sehingga harus menjadi raja. Maka berdirilah
kerajaan Islam pertama di Jawa namanya Demak
Bintoro rajanya bernama Abdul Fattah
alias Jinbun alias Raden Fatah Putra Brawijaya V.
Brawijaya V selaku orang tua kaget
mendengar anaknya menjadi raja dan beragama Islam, kemudian menyampaikan hal
tersebut kepada anak lainnya yang menjadi raja kerajaan Sriwijaya (Palembang) Aryadillah Alias Jaka Dillah alias Aryadamar. Tetapi Aryadillah pun kemudian menjelaskan bahwa dirinya juga telah lama
masuk Islam dan berganti nama menjadi Fatahillah.
Lama kelamaan orang Majapahit ikut bergabung dengan kerajaan Demak karena ingin
dipanggil menjadi santri yang memiliki karakteristik jujur, bersih, dan baik. Diketahui
bahwa agama Hindu mengenal kasta seperti Brahmana, satria, sudra, faria. Perbedaan kasta
tersebut juga berpengaruh pada penggunaan bahasa dan sikapnya ketika
berinteraksi. Kata Ingsun (bahasa jawa) itu hanya kata yang dipakai untuk raja, sedangkan
untuk orang kecil menyebutnya kawulo alit atau sampean
dalem, rakyat harus berjalan ngesot ketika menghadap raja. Sedangkan
dalam Islam para kiyai mengajarkan kesamaan dan kesepadaan, seperti niat solat
(niat
ingsun solat...), niat wudlu (niat ingsun wudlu...), niat puasa (niat
ingsun puasa...) sehingga orang jawa kaget karena dipikir tidak
mungkin itu terjadi pada agamanya. Dengan ajaran itu, orang Hindu
berbondong-bondong masuk Islam.
Kisah lainnya, ketika seorang kiyai
jalan-jalan, kemudian melihat seseorang
menyajikan sesajen untuk para leluhur, dll. Kemudian kiyai mengatakan “anda
itu kaya, janganlah berbagi itu sedikit”,
maka masaklah yang banyak dan potong kambing satu ekor. Setelah itu
kiyai mengajarkan agar masakan itu diberikan kepada tetangga, fakir misikin,
dan orang tidak mampu, tetapi sebelum itu bacalah doa kepada Allah meminta agar
anda selamat, hartamu selamat, anakmu selamat, hidupmu selamat. Inilah yang
disebut dengan selametan bukan sesajen. Inilah cara para ulama
menyebarkan Islam di Indonesia. (IA: Sumber KAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar