A. Pengertian Penelitian Tindakan
Kelas
Pada hakekatnya manusia tidak terlepas dari penelitian.
Secara sederhana, aktivitas sehari-hari seperti transportasi, jual beli, dan
transaksi yang kita lihat dan amati merupakan kegiatan penelitian, yaitu
memperhatikan atas apa yang terjadi kemudian menyimpulkannya.
Meneliti adalah
mencari data yang teliti dan akurat. Data yang telah terkumpul selanjutnya
dianalisis kemudian disajikan dan diberikan pembahasan. Setelah hasil
penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Apabila
hipotesis penelitian atau asumsi yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek
apakah ada yang salah dalam tahapan pelaksanaan penelitian, yaitu pembuatan
rumusan masalah, penggunaan teori, instrumen, proses pengumpulan, dan analisis
data.
Penelitian dalam ilmu pendidikan diinspirasi oleh Filsuf
John Dewey (1910), penelitian tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh
ahli psikologi Amerika bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya
dikembangkan oleh ahli-ahli lainnya seperti Stephen Kemmis, Robbin McTaggart,
John Elliot, dan Dave Ebbutt. Sedangkan di Indonesia penelitian tindakan kelas
mulai dikenal pada tahun 1980an.
Dalam standar nasional pendidikan (2005) terdapat empat
kompetensi guru, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi kependidikan,
kompetensi professional, dan kompetensi
sosial. Melakukan penelitian merupakan kategori kompetensi
professional yang sangat dianjurkan dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan baik proses maupun output-nya.
Dari segi harfiah penelitian berarti suatu
kegiatan melihat, mencermati dan mengamati suatu obyek dengan menggunakan
metodologi tertentu untuk mendapatkan informasi atau data yang akurat. Tindakan,
berarti suatu upaya, perlakuan atau kegiatan yang sengaja dilakukan untuk
memperbaiki sesuatu; dan kelas berarti sekelompok siswa yang terlibat dalam
interaksi belajar mengajar dalam waktu dan area tertentu baik di dalam maupun
diluar ruangan. Secara sederhana PTK adalah penelitian yang dilakukan guru dalam
bentuk tindakan tertentu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di sebuah
kelas. Penerapan tindakan tersebut diharapkan berujung pada perbaikan mutu
pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas dalam istilah asingnya dikenal
dengan sebutan “ Classroom Action Research (CAR), yang jika diurai satu
per satu adalah :
- Penelitian, berarti suatu kegiatan
melihat, mencermati dan mengamati suatu obyek dengan menggunakan
metodologi tertentu untuk mendapatkan informasi atau data yang akurat.
- Tindakan, berarti suatu upaya atau
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tahapan yang sesuai dengan tujuan.
- Kelas, berarti sekelompok siswa
yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dalam waktu dan area
tertentu baik di dalam maupun diluar kelas.
Beberapa ahli mendefinisikan makna penelitian tindakan
kelas yang serupa seperti berikut:
- John Elliot : Penelitian tindakan
kelas adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk
meningkatkan kualitas tindakan yang didalam prosesnya telah dilakukan
telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
- Kemmis dan McTaggart : Penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk refleksi kolektif yang dilakukan oleh
peserta-pesertanya dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan
keadilan praktek-praktek tersebut terhadap situasi tempat dilakukannya
praktek tersebut.
- Siswoyo Harjodipuro : Penelitian
tindakan kelas adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melaui
perubahan dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktek mengajarnya
sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata
kunci dalam penelitian tindakan kelas adalah kemauan guru untuk
mengintrospeksi, bercermin, merefleksi dan mengevaluasi dirinya sendiri
sehingga kemampuan mengajarnya berkembang menjadi lebih professional.
B. Manfaat Dan Tujuan Penelitian
Tindakan Kelas
Secara umum, penelitian yang dilakukan oleh guru
memiliki banyak manfaat baik secara individual maupun kelembagaan. Diantara
kepentingan melakukan penelitian adalah :
1.
Demi Profesionalisme
Karena profesi tidak
dapat dilepaskan dari ilmu pengetahuan, maka upaya peningkatannyapun harus
dilakukan secara sistematis dan obyektif sebagai esensi ilmu, yang salah
satunya melalui penelitian sebagai media dalam meningkatkan profesionalisme
pada profesi apapun termasuk guru. Hal
ini seperti tuntutan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional noor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang menunutut guru mampu mengembangkan kompetensinya salah
satunya melalui penelitian tindakan.
Selain itu, guru
merupakan profesi yang merupakan aplikasi dari ilmu yang harus dikembangkan
secara keilmuan pula, seperti dikatakan Wirawan (2001: 9) bahwa suatu pekerjaan
dapat dikatakan sebagai profesi apabila memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Merupakan pekerjaan penuh, artinya pekerjaan tersebut diperlukan oleh
masyarakat agar masyarakat dapat melaksanakan fungsinya, 2. ilmu pengetahuan,
artinya untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu pengetahuan atau
sains, 3. aplikasi ilmu pengetahuan, artinya bahwa profesi merupakan penerapan
ilmu pengetahuan untuk mengerjakan, menyelesaikan dan membuat sesuatu.
2.
Demi evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa
inggris yaitu “Evaluation”, yaitu suatu tindakan atau suatu proses menentukan
nilai tentang sesuatu. Contohnya: rerata siswa cukup baik memahami mata
pelajaran Bahasa Inggris. Kalimat cukup baik ini merupakan penilaian dari
rentang skor antara 5,5 – 7,0 yang merupakan hasil pengukuran penelitian. Penelitian
tindakan kelas dapat dilakukan sebagai bagian dalam proses evaluasi tentang
keberhasilan proses pembelajaran sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
selanjutnya.
3.
Utility ( Kegunaan tertentu )
Bahwa penelitian tidak hanya berguna dalam bidang
pendidikan, akan tetapi hampir semua disiplin ilmu memerlukannya. Oleh karena
itu, segala aspek kehidupan kita memerlukan tindakan penelitian, hanya saja
ruang lingkupnya yang berbeda, ada penelitian sedehana dan ada penelitian yang
sangat luas. Kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru sangat
bermanfaat untuk perbaikan proses pendidikan yang memiliki manfaat dan tujuan
sebagai berikut :
- Sebagai angka kredit bagi guru
yang berstatus pegawai negeri sipil untuk kepentingan kenaikan pangkat.
Bersamaan dengan itu, lahirnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara (Permenpan) nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan
angka kreditnya yang efektif diberlakukan 1 Januari 2013 menuntut
kemampuan guru melakukan penelitian tindakan kelas sebagai salah satu
bentuk karya ilmiah untuk persyaratan kenaikan pangkat dari satu jenjang
ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi.
- Pengembangan profesionalisme guru
sehingga dapat melakukan aktivitas edukatif secara professional. Profesi
guru menuntut pembaharuan penguasaan keilmuan secara terus menerus seiring
dengan laju percepatan perkembangan keilmuan yang tidak terbatas.
- Meningkatan mutu pendidikan ( isi,
proses, dan hasil ) melalui penelitian praktis sebagai upaya problem
solving terhadap kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
Tuntutan peningkatan mutu pendidikan merupakan kemutlakan dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kebutuhan
daya saing global yang tidak dapat diindahkan.
- Menumbuhkan budaya akademik di lingkungan
sekolah dengan harapan terjadi perbaikan mutu pendidikan secara
berkelanjutan. Budaya akademik perlu diciptakan guna mendorong peningkatan
kemampuan professional guru yang berdampak pada peningkatan kualitas
proses dan output pendidikan.
C. Prinsip dan Karakteristik Penelitian
Tindakan Kelas
Berbagai pertimbangan dalam penelitian
perlu diupayakan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan harapan, terdapat tiga
aspek yang menyangkut cakupan yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penelitian,
yaitu:
1. Width (kelebaran informasi yang relevan)
Penelitian
memerlukan data untuk dibuat generalisasi, data penelitian berupa informasi
dalam bentuk angka maupun pernyataan. Jenis, jumlah dan luasnya informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian sangat bergantung pada tujuan apa yang direncanakan
dalam penelitian. Semakin luas tujuan yang direncanakan maka semakin kompleks
pula informasi atau data yang diperlukan, semakin banyak waktu yang dibutuhkan,
semakin besar biaya yang diperlukan. Dengan demikian harus ada keseimbangan
antara tujuan dangan data yang dianalisis, yaitu dengan mempertimbangkan
berbagai kemungkinan waktu, biaya, tenaga dan data yang harus disiapkan.
2. Depth (kedalaman pembahasan)
Disamping keluasan data atau informasi,
penelitian memerlukan kedalaman analisis untuk menjawab pertanyaan mengapa dan
bagaimana. Dalam penelitian tindkan kelas tidak hanya menjawab apa akan tetapi
lebih baik lagi menjawab ”bagaimana” bahkan ”mengapa”. Kedalaman pembahasan
dalam penelitian sangat bergantung pada tujuan yang direncakan dan kemampuan
peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh serta selama peneliti
melakukan observasi di lapangan.
3.
Duration (Cukup waktu / tidak asal
membuat penelitian)
Kecukupan waktu penelitian berkaitan dengan perencanaan
penelitian yang menyangkut luas tidaknya obyek, dana yang dibutuhkan, dan
analisis terhadap masalah yang ditemukan. Hal ini berarti bahwa dalam
penelitian tidak hanya melaporkan hasil akan tetapi kebermaknaan dari hasil
penelitian itu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan maupun upaya perbaikan
lembaga secara operasional.
Penelitian tindakan kelas bagi guru tidak lepas dari
prinsip-prinsip ilmiah seperti dalam penelitian lainnya, akan tetapi penelitian
tindakan kelas ini memiliki karakteristik tersendiri, diantaranya yaitu :
- Kegiatan yang dilakukan pengamatan
atau penelitian adalah kegiatan nyata dalam situasi rutin belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas pembelajaran.
- Obyek penelitian dalam PTK adalah
kelompok siswa dalam kelas pembelajaran sehingga semua siswa yang ada
dalam kelas tersebut menjadi obyek penelitian tanpa harus dilakukan
sampling. Jadi dalam PTK tidak ada istilah populasi dan sampel.
- Dituntut adanya kesadaran guru
untuk berupaya memperbaiki pola belajar mengajarnya sehingga proses
pembelajaran semakin berkualitas yang pada akhirnya output pendidikan
dapat dicapai dengan lebih baik. Sikap terbuka ini menjadi kunci adanya sharing antarguru atau dengan lainnya
serta budaya akademis yang memungkinkan sikap saling menerima dan memberi
informasi terkait dengan perkembangan pendidikan.
- Analisis SWOT sebagai dasar
berpijak dalam melakukan penelitian tindakan, yaitu dengan
mengidentifikasi faktor internal berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)
yang dimiliki individu maupun lembaga, dan faktor eksternal berupa
tantangan (threat) dan peluang (opportunity) sehingga mendorong
perlunya penelitian dengan melakukan percobaan dan upaya-upaya yang lebih
baik.
- Dilakukan secara empiris dan
sistematik untuk mengetahui kondisi riil yang terjadi di kelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan kegiatan nyata dalam kelas dengan tidak mengubah
jadwal dan jumlah jam belajarnya, oleh karena itu, dalam pelaksanaannya,
PTK harus direncanakan secara sistematis agar mendapatkan data yang
sebenarnya dan target pembelajaran dalam program semester tidak terganggu.
- Penelitian tindakan kelas dilakukan
dalam beberapa siklus dan setiap siklus terdiri dari beberapa pertemuan /
tatap muka. Banyak sedikitnya jumlah siklus dalam PTK sangat bergantung
pada besaran materi pelajaran pada setiap standar kompetensi dan kompetensi
dasar serta ketersediaan waktu. Dalam satu kali penelitian, minimal
terdiri dari 2 siklus dan setiap siklusnya 2 kali tatap muka jadi total
pertemuan siklus 1 dan 2 sebanyak 4 kali pertemuan. Akan tetapi menurut
kebiasaan yang umum terdiri dari minimal 2 siklus dan setiap siklusnya 3
kali pertemuan sehingga jumlah pertemuan pada siklus 1 dan 2 sebanyak 6
kali pertemuan.
- Perencanaan penelitian tindakan
kelas mengikuti prinsip “SMART”, yaitu:
- Specific, yaitu materi yang
dijadikan focus penelitian tidak terlalu terlalu umum sehingga sulit
menjangkaunya
- Managable, yaitu proses
pelaksanaan penelitian dapat dikelola dan dilaksanakan secara baik dengan
tidak mengurangi inti dari proses pembelajaran tersebut.
- Acceptable, yaitu materi dan
proses pelaksanaan penelitian dapat diterima lingkungan seperti guru,
siswa, dan kepala sekolah atau dapat dicapai menghasilkan sesuatu untuk
kebaikan proses pembelajaran.
- Realistic, yaitu mudah dijangkau
oleh peneliti dan memungkinkan untuk dilakukan penelitian
- Timebound, yaitu berada dalam
kurun waktu tertentu sesuai jadual yang memungkinkan dilakukan
penelitian.
C.
Komponen Kajian Dalam Penelitian Tindakan Kelas
Fokus penelitian tindakan kelas terbatas
pada aspek-aspek yang terkait dengan proses pembelajaran di kelas, jadi tidak
diperbolehkan melebar pada permasalahan umum yang tidak ada kaitannya dengan
pembelajaran, yaitu meliputi :
- Siswa, dapat dijadikan subyek penelitian dengan melakukan pengamatan
ketika mereka sedang mengikuti pelajaran, sedang kerja bhakti, sedang
mengerjakan tugas sekolah, sedang melakukan praktikum.
- Guru, dapat dijadikan subyek penelitian dengan melakukan
pengamatan ketika sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa melakukan
praktikum, sedang menggunakan media
pembelajaran, sedang membuat administrasi sekolah seperti RPP dan silabus.
- Peralatan, bisa dijadikan obyek penelitian ketika guru sedang
mengajar dengan menggunakan alat tertentu seperti media audio visual,
media mikroskop, bahan permainan.
- Hasil pembelajaran, dapat dijadikan obyek penelitian dengan
mengamati produk yang dihasilkan oleh siswa setelah berlatih dalam
pembelajaran dengan menggunakan media atau metode tertentu.
- Lingkungan, dapat dijadikan obyek penelitian dengan mengamati kondisi
lingkungan kelas dan sekolah.
D. Tahapan Dalam Penelitian Tindakan
Kelas
Setiap
penelitian selalu berangkat dari masalah, karena pada dasarnya penelitian
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan
untuk memecahkan masalah. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus
selalu berangkat dari masalah. Karena penelitian, baik penelitian murni maupun
terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya saja untuk penelitian terapan,
hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Sumber masalah untuk
sebuah penelitian dapat diketahui atau dicari apabila terdapat hal-hal sebagai
berikut:
1. Terdapat penyimpangan
antara harapan dan kenyataan
2. Terdapat penyimpangan
antara apa yang direncanakan dengan fakta yang terjadi
3. Ada pengaduan
Dalam kasus pembelajaran, masalah dapat dilihat dari apa
yang terjadi pada proses atau hasil belajar semester sebelumnya. Jika ada
penyimpangan atau ada pengaduan, maka disitu terdapat masalah yang mungkin
dilakukan sebuah penelitian tindakan, misalnya proses pembelajaran cenderung
pasif, minat siswa mengikuti proses pembelajaran rendah, kemampuan siswa dalam
belajar menurun, maka semua itu adalah masalah yang bias dijadikan fokus
penelitian.
Setelah ditemukan masalah secara pasti, misalnya kita
ambil masalahnya adalah siswa pasif dalam proses pembelajaran (ini disebut
dengan variabel dampak, artinya kepasifan siswa pasti disebabkan oleh sesuatu
faktor), kemudian langkah selanjutnya adalah menginventarisir berbagai hal yang
dapat dijadikan solusi mengatasi kepasifan siswa dalam proses belajar
mengajar misalnya adalah metode yang
menarik dan media yang menyenangkan (ini disebut dengan variabel perlakuan,
artinya dengan menggunakan metode atau media belajar tersebut dimungkinkan
dapat merubah siswa menjadi lebih aktif).
Sebuah perlakuan atau tindakan harus diuji
keberfungsiannya sampai meyakinkan. Dalam penelitian experimental dibangun
kelompok kontrol untuk meyakinkan bahwa sebuah perlakuan benar-benar berfungsi.
Untuk tujuan yang sama dalam PTK dilakukan tindakan berulang-ulang. Karena PTK
bertujuan memperbaiki maka tidakan kedua merupakan perbaikan dari tindakan
pertama, dan tindakan ketiga merupakan perbaikan dari tindakan kedua. Begitu
seterusnya sampai ditemukan perubahan/perbaikan signifikan pada peserta didik.
Jadi dalam PTK pengulangan tindakan bukan berarti mengulang-ngulang tindakan
melainkan memperbaiki tindakan sehingga dampaknya lebih baik.
Dalam PTK satu kali melakukan tindakan disebut satu
siklus. Yang dimaksud satu siklus adalah rangkaian kegiatan penelitian yang
terdiri dari 4 langkah yaitu planning
(perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan) dan reflecting (refleksi). Dalam PTK
dilakukan minimal 2 siklus dan dalam satu siklus terdiri dari minimal dua
pertemuan pembelajaran. Jumlah siklus diakhiri ketika peneliti merasa sudah
mendapatkan perbaikan sesuai dengan harapan.
Siklus
PTK oleh Kemmis dan McTaggart digambarkan dalam skema berikut.
Skema di atas menggambarkan sebuah
penelitian bersikulus dengan setiap siklus terdiri dari 4 langkah/kegiatan yang
sambung menyambung. Ketika seorang guru memiliki keresahan mengenai
pembelajaran maka segera ia mengajak beberapa kawan (kolaborator) untuk
merencanakan PTK. Setelah perencanaan selesai maka ia melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan yang direncanakan. Sementara dalam pelaksanaan tersebut itu para
kolaborator bertindak sebagai observer untuk merekam kegiatan yang terjadi.
Rekaman kejadian yang dihasilkan oleh para obeserver menjadi data penelitian.
Tindakan dalam satu siklus minimal 2 pertemuan pembelajaran yang dilakukan
dengan cara yang sama. Meskipun dalam skema digambarkan bahwa kegiatan acting dan observaing posisinya berurutan namun dalam pelaksanaan kedua
kegiatan tersebut dilakukan bersamaan. Ketika guru peneliti melakukan acting maka para observer melakukan
kegiatan observing.
Setelah pertemuan dalam satu siklus selesai
dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Dalam kegiatan reflski peneliti dan para
kolaborator berkumpul untuk membahas data yang diperoleh dalam kegiatan acting dan observing. Data dikaji sedalam mingkin sehingga teridentifikasi apa
kebelihan dan kekurangannya. Kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama
merupakan bahan untuk merumuskan poin-poin rekomendasi. Rekomendasi yang
dihasilkan akan digunakan untuk perencanaan siklus kedua sehingga tindakan pada
siklus kedua lebih baik dari siklus pertama. Rangkaian kegiatan tersebut dilakukan
pada siklus berikutnya. Hal-hal yang harus dilakukan pada setiap tahapan dalam
setiap siklus sebagai berikut:
- Menyusun rancangan tindakan (planning),
yaitu menjelaskan tentang tentang APA penelitiannya dengan menentukan
judul penelitian sesuai dengan masalah yang sudah ditemukan di atas,
MENGAPA dilakukan penelitian tentang masalah itu, KAPAN penelitian
tersebut dilaksanakan apakah semester ganjil atau genap dan kapan akan
dimulai sesuai dengan urutan materi dalam semester tersebut, DIMANA
dilakukannya, apakah di sekolah A atau kelas B, dan SIAPA yang ditelitinya,
apakah kelas A atau kelas B.
Dalam melakukan
perencanaan, hal-hal yang dilakukan diantaranya adalah menentukan:
a)
Temat, waktu dan subjek
b)
Model PTK yang akan dignakan
c)
Jumlah siklus dan jumlah pertemuan dalam
setiap siklus
d)
Materi ajar atau kompetensi dasar
e)
Kriteria keberhasilan
f)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang sesuai dengan tindakan yang telah
ditetapkan
g)
Media dan sumber belajar yang dibutuhkan
h)
Instrumen yang dibutuhkan untuk merekam
data penelitian
i)
Daftar hadir
- Pelaksanaan tindakan (acting),
yaitu pelaksanaan dari perencanaan di atas yang telah dibuat dan
diagendakan. Pada tahapan ini, penelitian dilakukan dalam kelas
pembelajaran sesuai dengan jadwal yang tersedia dan rencana yang telah
dibuat. Pelaksanaan tindakan dan observasi dilakukan bersamaan. Dalam
langkah ini peneliti dan kolaborator berkumpul di kelas tempat subjek
penelitian. Penelitin melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disiapkan sealamiah mungkin dan observer hadir di
kelas dan mengambil posisi di sekitar siswa untuk merekam kegiatan. Tugas
observer hanya merekam data, tidak berhak untuk mengintervensi
pembelajaran. Diupayakan agar para observer soptimal mungkin tidak
mengganggu kealamiahan pembelajaran.
- Pengamatan (observing),
yaitu melakukan pengamatan dari proses yang dilakukan selama tindakan berlangsung
kemudian mencatat apa yang terjadi sebagai data yang ditemukan. Proses
pengamatan ini sebaiknya dilakukan oleh observer (bisa rekan kerja, kepala
sekolah, pengawas atau lainnya) yang
bertugas mengamati setiap kerjadian yang ada selama pembelajaran
berlangsung. Kegiatan pengamatan ini dilakukan sesuai dengan prosedur dan
perencanaan yang dibuat menyangkut apa yang diamati dan bagaimana
melakukan pengamatannya sesuai dengan kesepakatan peneliti. Berikut ini beberapa
rambu bagi para observer:
a) Setelah memasuki ruangan kelas
dengan tertib, semua observer hendaknya tidak lagi keluar masuk kelas, dan
bersiap mengamati pembelajaran dengan menempatkan diri pada posisi yang paling
tepat untuk mengamati siswa. Posisi yang tepat adalah di depan atau di samping
siswa, sehingga observer dapat memperhatikan gerak-gerik dan raut wajah siswa
ketika belajar.
b) Observer dapat berpindah posisi
pengamatan jika perlu, misalnya mendekat ke siswa dalam kelompok, namun jangan
sampai mengalihkan perhatian siswa dari belajar atau menghalangi pandangan
siswa.
c) Pada awalnya, disarankan agar setiap
pengamat berlatih mengamati satu kelompok atau beberapa siswa saja. Namun jika
sudah merasa lebih mahir, observer dapat mengamati beberapa kelompok lain atau
mengamati siswa dalam kelas secara keseluruhan.
d) Selain mengamati aktivitas belajar
siswa, observer juga harus memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan oleh guru secara proporsional. Jika pandangan semua pengamat mengarah
pada guru, maka dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman atau “grogi” pada guru
model.
e) Tidak membantu guru peserta dalam
proses pembelajaran dalam bentuk apapun. Misalnya ikut membagikan LKS,
menenangkan siswa, dan lain-lain. Biarlah guru melakukan tugasnya secara
mandiri dan terbebas dari intervensi siapapun. Observer bukan bagian dari ”team
teaching”.
f) Tidak membantu siswa dalam proses
pembelajaran, misalnya mengarahkan pekerjaan siswa atau bertanya sesuatu kepada
siswa yang sedang belajar. Jika siswa bertanya kepada Anda (sebagai pengamat),
katakan agar siswa bertanya langsung pada guru.
g) Tidak mengganggu pandangan
guru/siswa selama pembelajaran. Jika Anda sedang mendekati siswa dalam kelompok
atau berada di tengah-tengah kelas, kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan
arahan secara klasikal maka segeralah menepi agar tidak mengganggu pandangan
siswa.
h) Tidak mengganggu konsentrasi siswa
dalam belajar, misalnya berbicara dengan pengamat lain, keluar masuk
ruangan, dll.
i) Jika menggunakan kamera untuk
mengambil gambar kegiatan belajar (guru/siswa) lampu kilat (flash)
hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera dapat mengganggu atau menghentikan
konsentrasi belajar siswa.
j) Gunakan lembar pengamatan yang
tersedia untuk mencatat hasil pengamatan Anda. Jika fenomena yang diamati tidak
tercantum dalam bagian lembar observasi, pengamat dapat menambahkannya sebagai
catatan tambahan.
k) Pengamat harus melakukan pengamatan
secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran.
l) Selain mengamati aktivitas siswa
dalam belajar, observer juga perlu membuat
catatan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Data ini kemudian
digabungkan dan dikonfirmasi dengan data hasil pengamatan observer.
- Refleksi (reflecting),
yaitu kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dalam rangka
mengevaluasi aspek-aspek yang sudah dan yang belum dilakukan. Dalam
refleksi ini, dibahas dan didiskusikan berbagai temuan, kendala dan
kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga dapat ditemukan
solusi dan cara mengantisipasi temuan tersebut, kemudian dibuat
perencanaan siklus berikutnya berdasarkan hasil diskusi antara observer
dengan peneliti.
Stelah satu siklus
selesai peneliti dan observer berkumpul di sebuah tempat untuk melakukan
kegiatan refleksi. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas data yang diperoleh
selama satu siklus. Sebaiknya ada seorang kolaborator yang memimpin diskusi dan
seorang untuk sekretaris/notulen yang merangkap juga sebagai anggota.
Pada dasarnya forum
refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi formal, namun non formal juga tidak
masalah yang penting mengarah kepada tujuan.
Orang pertama harus
berbicara adalah peneliti untuk menyampaikan kesan mengenai pembelajaran yang
telah dilakukan dalam siklus tersebut. Selanjutnya setiap kolaborator
menyampaikan tanggapan masing-masing dan dibahas secara tuntas. Kegiatan
refleksi harus membahas data terkait dengan rumusan masah masalah yang telah
diajukan.
Kegiatan refleksi harus
dapat mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan dan hasil dari
kegiatan refleksi adalah rekomendasi. Rekomendasi tersebut akan digunakan
sebagai landasan untuk perencanaan pada siklus berikutnya.
Setelah selesai dilakukan penelitian, selanjutnya adalah membuat
laporan hasil penelitian lengkap mencakup bagian muka, bagian isi dan bagian
lampiran. Kelengkapan isi laporan ini disusun seperti tergambar dalam struktur
isi laporan sebagaimana dijelaskan pada bab selanjutnya.
Daftar Bacaan
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan
Untuk Guru, Kepala Sekolah dan
Pengawas. Cetakan pertama.
Yogyakarta: Aditya Media.
Arikunto, Suharsimi,
Suhardjono & Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Andi Offset.
Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian
Tindakan Kelas
dan Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia.
Supardi dan Suhardjono. 2011. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
sangat membantu untuk peneliti pemula sebagai referensi...terima kasih
BalasHapusSANGAT MEMBANTU, KIRA2 ADA CONTOH PTKNYA G KAK?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSangat membantu, terima kasih banyak terutama kepada Penulis dan kepada semua pihak terkait.
BalasHapusAlhamdulillah membantu. Terima kasih..
BalasHapusHalo pak, saya seorang mahasiswi dan kemarin telah melaksanakan penelitian dengan metode penelitiannya adalah PTK. PTK yang telah yang saya lakukan yaitu dimulai dari prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, dan dari setiap siklus hanya dilakukan 1 kali tindakan saja pak karena terbatasnya waktu. Bagaimana ya pak? apakah hal tersebut diperbolehkan saja
BalasHapusTerima kasih pak. Mohon pencerahannya.