A.
Pengertian dan Fungsi Proposal PTK
Para pembaca mungkin pernah
meneliti dan sudah akrab benar dengan istilah proposal penelitian. Secara umum, proposal Penelitian Tindakan Kelas tidak berbeda dengan proposal penelitian
lain hanya mungkin karakteristiknya yang berbeda. Oleh karena itu tidak sulit menyusunnya.
Istilah proposal benyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Peminta sumbangan
yang keliling kampung setiap hari pun
membawa proposal. Panitia Agustusan setiap
bulan Agustus keliling kampung membawa
proposal dukungan pelaksanaan acara perayaan 17-an. Jadi apa itu proposal?. Kata proposal berasal dari
bahasa Inggris “to propose” yang
berarti mengusulkan. Kata Proposal
merupakan kata benda dari kata kerja tersebut yang berarti usulan. Jadi
Proposal Penelitian Tindakan Kelas artinya usulan untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas.
Mengapa guru harus membuat proposal
sebelum melakukan PTK? Sepertinya prosedural, padahal yang akan melakukan guru
sendiri. Jawabannya: Karena PTK
akan dilakukan di kelas maka akan melibatkan banyak orang dan banyak
kepentingan yaitu kepala satuan pendidikan, wali kelas, komite, siswa,
birokrasi pendidikan dan lainnya. Kalau yang memiliki kepentingan tidak setuju maka
secara etis PTK tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu, jika guru berkehendak
melakukan PTK, maka harus mengajukan izin melakukan PTK kepada Kepala Sekolah disertai
dengan proporsal penelitiannya.
Kepala sekolah tidak akan begitu
saja mengabulkan permohonan, melainkan akan menelaah proposal terlebih dulu.
Kalau substansi yang ditulis dalam proporsal penelitian dianggap menarik,
logis, rasional, realistis dan ilmiah maka kepala sekolah tentunya setuju. Dalam
kehidupan sehari-hari proposal mewakili kata kulo nuwun, permisi, sampurasun, atau parmisi dan sejenisnya.
Jadi kalau begitu proposal berfungsi bagi orang lain untuk memahami jalan pikiran
peneliti sehingga orang lain memahaminya juga sebagai bahan pertimbangan bagi
para pemangku kepentingan untuk menyetujui pelaksanaan penelitian (Arikunto,
2002: 8).
Proposal adalah rencana
penelitian yang akan dilakukan. Dalam proposal harus tertulis dengan
jelas rancangan penelitian mulai dari rumusan masalah, landasan teori sampai
teknis pelaksanaan. Dengan menulis proposal peneliti akan menyadari dan
memahami dengan benar masalah yang akan diteliti, kemana arah penelitian akan
dijalankan, apa manfaatn hasil penelitiasn yang akan diperolehya, apa landasan
teoretik variabelnya, kerangka berpikir yang akan digunakan, data apa yang
harus dikumpulkan, apa alat pengumpul datanya, menggunakan apa metode atau
teknik pengolahan datanya, kapan dilakukan, dimana, siapa respondennya, berapa
biayanya dan sebagainya. Apabila seorang peneliti dapat menjelaskan
komponen-komponen tersebut maka dapat dinyatakan bahwa peneliti siap untuk
melakukan penelitian.
Bagi peneliti, penulisan proposal
berfungsi pertama sebagai langkah berpikir sistimatis dan akademis, kedua memberikan
pemahaman mengenai penelitian yang akan dilakukannya, dan ketiga, dokumen
proposalnya sendiri berfungsi sebagai peta atau panduan pelaksanaan penelitian.
Lalu siapa yang harus menyusun proposal
PTK? Tentu saja yang paling baik adalah guru yang akan melakukan PTK. Alasannya
PTK ruang lingkupnya sangat spesifik, yaitu kelas dimana seorang guru mengajar
dan masalah yang akan dicari solusinya melalui PTK adalah masalah yang muncul
di kelas tersebut.
Penelitian tindakan kelas adalah
sebuah penelitian kolaboratif. Jadi, guru sebagai peneliti dapat menyusun
proposal dengan cara kolaborasi dengan guru lainnya. Hal yang harus dilakukan
oleh guru peneliti adalah memilih beberapa (maksimal 5) orang, boleh teman
sejawat baik dari satuan pendidikan yang sama maupun dari luar, boleh kepala
satuan pendidikan, boleh pengawas, boleh dosen, boleh widyaiswara, boleh
birokrat, malah boleh orang tua peserta didik untuk menjadi kolaborator. Mungkin
tidak semua diantara kelompok tersebut bisa dijadikan kolaborator, karena salah
satu syarat kolaborator adalah orang yang oleh guru sebagai peneliti dianggap
dapat memberikan kontribusi baik dari segi substansi, metodologi maupun teknis.
Bahkan lebih baik lagi adalah orang yang sudah pernah melakukan PTK. Syarat di
atas, ada baiknya diperhatikan agar fungsi kolaborator optimal dalam mendukung
validitas PTK. Akan mubadzir ketika guru peneliti menunjuk seorang kolaborator
yang tidak kompeten karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil PTK itu
sendiri.
Ketika proposal sudah dibuat, maka
akan lebih baik apabila diseminarkan. Undanglah beberapa orang diluar
kolaborator untuk mencermati proposal yang telah tersusun. Sebaiknya juga mengundang
seorang ahli yang dianggap bisa memberikan penilaian agar dapat diperoleh umpan
balik untuk memperbaiki proposal. Dalam seminar proposal, guru peneliti dibantu
oleh seorang moderator dan koaborator menjelaskan semua komponen penelitian
yang akan dilakukan dengan membahas komponen demi komponen agar setiap orang
melakukan kajian lebih mendalam.
Dengan demikian, penyusunan
proposal adalah bagian dari langkah penelitian yang sangat penting. Dengan
bahasa sehari-hari ketika menyusun proposal penelitian maka sebenarnya sedang
merencanakan penelitian. Ada prinsip dalam manajemen, apabila kita tidak melakukan perencanaan maka kita berencana untuk
gagal. Ada prinsip lain yang menyebutkan: hari esok akan datang seperti
biasanya, tapi ketika kita merencanakannya maka hari esok akan datang sesuai
dengan harapan. Makanya banyak orang mengatakan, apabila perencanaan selesai
dan berkualitas maka kurang lebih 30% dari pekerjaan sudah selesai. Oleh karena
itu, susunlah proposal penelitian dengan teliti, lengkap, sistimatis, logis,
dan jelas.
B.
Komponen dan Sistimatika Proposal Penelitian
Proposal penelitian merupakan produk
akademik atau karya ilmiah sebagai sebuah karya intelektual. Apabila proposal
yang kita susun ingin masuk kedalam kategori tersebut maka harus memenuhi
kriteria tertentu, diantaranya:
1. Sistimatis:
susunan komponennya rapih, menggambarkan urutan dari yang harus didahulukan ke
komponen berikutnya yang menggunakan landasan komponen terdahulu. Misalnya, latar belakang harus diletakkan di
awal sebelum rumusan masalah.
2. Logis:
latar belakang, rumusan masalah, solusi yang diajukan, teknik penelitian yang
akan digunakan harus masuk akal. Selain itu, perlu disesuai dengan
kemampuan, tidak mengawang-ngawang,
tidak terlalu rendah (sesuai dengan tingkatan), mungkin dilakukan dalam situasi
yang ada, potensi SDM dan fasilitas tersedia atau dapat disediakan; dan
biayanya terjangkau.
3. Teoretik:
landasan teori, kerangka berpikir, hipotesis tindakan, tindakan yang akan
dilakukan, metode penelitian, instrumen penelitian dan pembahasan harus
dilandaskan kepada teori. Kalau tidak teoretik maka tidak dapat dikategorikan
ilmiah. Kalau tidak ilmiah maka bukan penelitian. Oleh karena itu, peneliti dan
kolaborator harus cukup membaca referensi terkait dengan variabel dan metode
peneltiain, khusunya metode penelitian tindakan kelas.
4. Simpel:
proposal harus dapat dipahami oleh orang-orang yang terlibat oleh karena itu,
harus memperhatikan siapa mereka. Tema penelitian sesuai dengan kebutuhan,
kata-kata yang digunakan sederhana
(tidak berbelit-belit) dan mudah dipahami,
kalimat tidak terlalu panjang sehingga sulit dipahami, komponen proposal
tidak berlebihan dan penampilan tidak menyolok.
5. Menarik:
tampilan proposal harus mengundang orang untuk terdorong membacanya. Diberi
halaman muka berwarna dengan tata tulis yang artistik.
Penilaian proposal menggunakan
kriteria tersebut di atas tentu hasilnya relatif tergantung kepada siapa yang
menilanya namun setidaknya dapat dijadikan panduan untuk menilai kelayakan
sebuah proposal bagi penyusun.
Secara umum, komponen sebuah proposal
terdiri dari tiga bagian saja yaitu pendahuluan, landasan teori dan metodologi
penelitian. Proposal PTK sebenarnya lebih mirip proposal penelitian kuantitatif
dari pada proposal penelitian kualitatif. Oleh keran itu, tidak terlalu sulit
karena lebih banyak guru di Indonesia pernah melakukannya. Meskipun demikian, perlu
ditambahkan komponen-komponen pelangkap seperti judul penelitian, daftar
pustaka dan lampiran-lampiran. Berikut
ini komponen dan sistematika proposal PTK yang dimodifikasi dari buku yang
ditulis oleh Professor Supardi dan Profesor Suharjono, yaitu:
Halaman Judul
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar gambar dan tabel
Bab I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
B. Perumusan
dan Pemecahan Masalah
C. Tujuan
Penelitian
D. Manfaat
Penelitian
Bab II. KAJIAN TEORI
A. Kajian
mengenai variabel (what)
B. Kajian
mengenai tindakan (how)
C. Kerangka
berpikir
D. Hipotesis
Tindakan (bila perlu)
Bab III. Metodologi Penelitian
A. Setting
Penelitian
B. Prosedur
Penelitian
C. Metode
Pengumpulan Data
1. Jenis
data
2. Sumber
data
3. Instrumen
pengumpul data
D. Teknik
analisis data
E. Indikator
Keberhasilan
Daftar Pustaka
Lampiran
a. RPP
yang akan digunakan dalam PTK
b. Materi
terkait dengan PTK
c. Instrumen
pengumpul data
d. Bio
data peneliti dan kolaborator
Sub-sub komponen yang tertulis di atas
tentu saja tidak baku melainkan harus disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya
dalam bab pendahuluan dapat ditulis sub bab identifikasi dan pembatasan
masalah, atau dalam bab kajian teori dan pustaka memuat sub bab yang memaparkan
teori tentang setiap variabel penelitian. Demikian juga dalam hal penomoran
daftar isi bisa menggunakan abjad ataupun nomor, misalnya,
A. Pendahuluan
1. Latar
belakang masalah
2. Perumusan
masalah
3. Tujuan
penelitian
4. Manfaat
penelitian
B. Kajian
Teori dan Pustaka
C. Metodologi
Penelitian
Bisa
juga dedalam bentuk nomor seperti,
1. Pendahuluan
1.1.Latar
belakang masalah
1.2.Perumusan
masalah
1.3.Tujuan
penelitian
1.4.Manfaat
penelitian
2. Kajian
Teori dan Pustaka
3. Metodologi
Penelitian
Pemilihan teknik penomoran sangat bebas tergantung
dari kesukaan dan efektifitas yang penting adalah konsistensi dari awal hingga
akhir. Agar tidak menyulitkan dalam editing disarankan untuk mengetik dengan
seting penomoran otomatis yang ada dalam fungsi software olah kata. Dalam
Microsoft Word terdapat fungsi multilevel list yang dapat membantu memberi
nomor secara otomatis.
Daftar Bacaan
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan
Untuk Guru, Kepala Sekolah dan
Pengawas. Cetakan pertama.
Yogyakarta: Aditya Media.
Arikunto, Suharsimi,
Suhardjono & Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Andi Offset.
Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian
Tindakan Kelas
dan Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia.
Supardi dan Suhardjono. 2011. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar