Aku lahir di desa Kreyo di ujung Utara Kecamatan
Klangenan Kabupaten Cirebon. Sebuah kampung kecil, jauh
dari keramaian kota. Tanggal 20 Juli 1973 tepatnya malam Jumat Kliwon pukul 01
malam katanya aku memulai hidup di alam dunia setelah 9 bulan lamanya berada di
dalam rahim ibu tercinta aku sebut mimi “TURIPA” sosok bijak, wong deso yang
gigih dan sabar menjalani hidup hingga mampu menyusui dan membesarkan 8 anak di
tengah terpaan dan himpitan ekonomi.
Mimi...dalam aku menulis rangkaian huruf
menjadi kata dan kalimat cerita hidup ini, tidak tahan rasanya membendung air
mata yang terus berlinang dan mengalir. Sekalimat demi kalimat aku harus
mengusap dan mengusap air mata ini teringat jasa-jasamu, kesabaranmu,
ketabahanmu, visimu, kebaikanmu, didikanmu, keikhlasanmu, terutama adalah
doa-doamu yang kini telah terwujud bahkan telah aku nikmati. Aku bangga dengan
segala kerja kerasmu dulu hingga kini, sikapmu adalah teladanku, sabarmu adalah
inspirasiku, kata-katamu adalah wasiatku. Sungguh kata-katamu yang paling
sangat terharu adalah “Nak...tidak apalah hari ini kamu kurang makan, tapi
jadilah orang pintar insyaallah kelak kamu akan kenyang makan”
subhanallah....ya Allah berikan kesehatan kepada ibuku, panjangkan umurnya
sebagai hadiah atas jeripayah dan susahnya ia mengurus kami semua, berkahi semua
gerak langkahnya. Amiin.
Ketabahan teladanku “ibu” ternyata
menjadi tiang penyanggah bagi semua anak-anaknya. Aku dan semua saudara-saudaraku
adalah orang yang tidak pernah mengenal kata lelah, menyerah, ataupun mundur
dari kancah pertarungan menyelami kerasnya kehidupan ini. Lahir dari rahim
seorang ibu yang serba terbatas kemampuannya, hanya bisa berdoa dan berbhakti
kepada keluarga ternyata lahir sosok pengabdi negara TNI, Dosen, sarjana, dan
pekerja/pedagang lainnya yang penuh optimisme.
Logika manusia rasanya sulit, keluarga
miskin bapak berprofesi sebagai tukang ojek dan ibu hanya sekedar mengurus rumah tangga ternyata
bisa mengantarkan anak-anaknya berpendidikan tinggi, menjadi sosok yang mampu hidup lebih baik dan
memiliki status sosial setara dengan masyarakat lainnya. Masih terlintas dalam
bayangan hidup serba kekurangan, makan cukup hanya dengan sayur kangkung, jika
makan telor dadarpun harus dibagi 4, ibu hendak masak harus menunggu bapak pulang
ngojek dulu.
Kepandaian dan kecerdikan ibuku dalam mengendalikan hari-hari untuk anak-anaknya merupakan wujud kasih sayangnya yang tak terhingga. Dikala aku menangis, ia menggendongnya tidak hanya satu anak bahkan sering dua anak sekaligus sambil menuntun anak lainnya, disaat aku minta jajan sedangkan uang tidak ada mungkin, ia menggiring anak-anaknya bermain di belakang di sebuah kebun yang cukup rindang sambil membuatkan "serabi" (orang kota bilang surabi) yang ia racik dan olah sendiri, mungkin hatinya sedih tidak memenuhi permintaan jajan anak-anaknya, aku tidak menyadari semuanya itu, namun kepandaiannya menghibur dan upaya memenuhi keinginan anak sungguh luar biasa. Serabi menjadi bagian dari sejarah perjalan hidup, betapa tidak, karena aku dan saudara-saudaraku sangat riang, secara bergiliran satu demi satu aku dibagi terus bergantian sambil berlarian bermain di bawah tiupan angin pohon bambu.
Kepandaian dan kecerdikan ibuku dalam mengendalikan hari-hari untuk anak-anaknya merupakan wujud kasih sayangnya yang tak terhingga. Dikala aku menangis, ia menggendongnya tidak hanya satu anak bahkan sering dua anak sekaligus sambil menuntun anak lainnya, disaat aku minta jajan sedangkan uang tidak ada mungkin, ia menggiring anak-anaknya bermain di belakang di sebuah kebun yang cukup rindang sambil membuatkan "serabi" (orang kota bilang surabi) yang ia racik dan olah sendiri, mungkin hatinya sedih tidak memenuhi permintaan jajan anak-anaknya, aku tidak menyadari semuanya itu, namun kepandaiannya menghibur dan upaya memenuhi keinginan anak sungguh luar biasa. Serabi menjadi bagian dari sejarah perjalan hidup, betapa tidak, karena aku dan saudara-saudaraku sangat riang, secara bergiliran satu demi satu aku dibagi terus bergantian sambil berlarian bermain di bawah tiupan angin pohon bambu.
Ikhtiar dalam menajalani hidup untuk
lebih baik, orang tuaku hijrah ke kota Cirebon untuk berdagang kaki lima dengan
berjualan teh tubruk, kopi dan sekedar makanan kecil. Di depan stasiun Kejaksan
Cirebon, Bapakku mengundi nasib bertahun-tahun menjadikan malam jadi siang dan
siang menjadi malam untuk berjualan. Saat itulah aku dan saudara-saudaraku
hidup bersama kakek dan nenek yang penuh kesabaran mengurus, mendidik, dan
menemani bermain, bahkan yang tidak terlupakan adalah dongeng-dongeng kecil
saat menjelang tidur.
Manusia wajib berusaha, Allah memang
yang menetapkan hasilnya. Sekian lama berusaha di kota ternyata tidak kunjung
merubah kemampuan ekonomi, semuanya berjalan biasa dan landa-landai. Ingantanku
masih kuat dengan sindiran, hinaan, bahkan cemoohan tetangga yang sinis
pada seluruh aktivitas keluargaku karena alasan ekonomi dan harta. Mungkin
sejak lama berdoa, namun ternyata doa ibu dikabulkan Allah SWT kemudian, aku dan
saudaraku saat ini cukup makan empat sehat lima sempurna meskipun bukan seorang
milyarder. Semua kesedihan yang kualami saat itu kini telah dijawab oleh alam,
tidak perlu dengan amarah karena fakta yang bersuara. Sedih rasanya saat itu
tapi tersenyum saat ini untuk menceritakannya.
Pelajaran yang sangat berharga dalam
perjalanan hidup semasa kecil adalah bahwa Allah memiliki cara untuk
membesarkan makhluknya dengan bentuk dan jenis yang berbeda-beda. Tentu ini
sesuai dengan fimanNya bahwa Allah tidak akan menguji manusia kecuali sesuai
dengan kadar kemampuannya. Jika dulu logikaku berontak dan bertanya:
ya.....Allah mengapa engkau lahirkan aku dari rahim ibu yang miskin? Mengapa engkau
memberikan rizki orang tuaku sedikit sedangkan banyak orang kafir yang kaya
padahal tidak mentaatimu? Mengapa engkau membuat keluargaku serba dalam
kekurangan? Dan banyak pertanyaan lainnya yang tendensius dan protes ke Tuhan, kini kusadari bahwa ternyata itu
adalah caraMu membuat aku kuat, aku gigih, aku tidak mudah frustasi, dan aku
berani. Misteri ternyata.
Terimakasih mimi, terimakasih mama,
doa anak-anakmu selalu menyertaimu. Terimakasih uwa Beda yang turut memperjuangkanku dan keluargaku dalam menjalani
tapak-tapak kehidupan ini. Terimakasih pamanku Samiun atas jasamu pula turut hadir di keluargaku. Doa kami untuk uwa dan paman kami yang sayang dengan ponakannya,
selalu berbagi, dan memberikan contoh kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar