Sudah sejak lama banyak bahkan
menjamur lembaga pendidikan dengan konsep fullday
school terutama di sekolah-sekolah swasta. Sebagai sebuah upaya ideal,
sepatutnya pengelolaan sekolah pola full
day ini dipersiapkan secara sistemik yakni menyangkut 3 aspek penting, yaitu: (1) raw input, yaitu siswa sebagai subyek didik, (2) Instrumental
input, yaitu kebijakan pendidikan yang
diterapkan, kurikulum, personil sekolah, sarana, fasilitas, media, dan biaya yang diperlukan, dan (3) Environmental input, yaitu lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, dan masyarakat.
Pertama. Kesiapan guru
melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan (joy full learning) dengan menjadikan siswa sebagai subyek bukan
obyek pembelajaran yang harus menerima ceramah guru dari pagi hingga siang
bahkan sore hari. Oleh karena itu, kualitas dan kualifikasi guru merupakan keniscayaan
meskipun hingga saat ini masih menjadi problem besar setiap negara-negara berkembang
termasuk Indonesia, yaitu kepemilikan keahlian yang dibutuhkan sesuai
profesinya.
Bagaimana realitanya?, ini yang harus dipertimbangkan karena hasil-hasil riset
menunjukkan bahwa guru masih cenderung melakukan hal-hal yang
konvensional yang terbelenggu dengan pola pembelajaran paradigma lama yakni mengajar dan memberi
tugas latihan sehingga membawa dampak munculnya kejenuhan pada siswa bahkan membuat
siswa frustasi dan mengalami kebosanan berkepanjangan. Kondisi pembelajaran yang tidak bermutu
ini jelas sangat merugikan semua pihak terutama siswa karena eksistensi mereka
sebagai individu yang harus difasiliasi perkembangannya cenderung terhambat. Oleh
karena itu, diperlukan daya dorong guru untuk dapat menciptakan inovasi-inovasi
dalam pembelajaran yang berkualitas diawali dari perencanaan awal pembelajaran
inovatif yang mampu mengajak siswa untuk berpikir kreatif, pemilihan bahan
pembelajaran, penentuan strategi, penggunaan media pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk belajar dengan senang, sampai bagaimana melakukan
evaluasi untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa.
Kedua.
Komunikasi profesi antarguru. Rendahnya komunikasi profesi oleh guru ketika
berada dalam lingkungan sekolah. Kebanyakan para guru melakukan komunikasi
dengan sesama guru tidak fokus pada penanganan berbagai masalah sekolah,
masalah siswa dan bagaimana upaya peningkatan mutu pendidikan kecuali terbatas
pada acara rapat-rapat. Hal ini menjadi bagian dari kurang efektifnya interaksi
guru di sekolah karena tidak berkontribusi terhadap pemecahan masalah baik
kasus per kasus maupun dalam konteks yang lebih besar. Pada sisi lain juga,
masih kurangnya kesadaran guru dalam melakukan pembinaan siswa, ada anggapan
bahwa guru tugasnya hanya mengajar di kelas setelah itu tidak lagi menjadi
bagian dari tanggungjawabnya sehingga banyak dijumpai siswa berkeliaran tanpa
pantauan guru. Pengkotak-kotakan guru atas dasar persepsi yang salah juga
memiliki andil dalam interaksi pendidikan yang kurang kondusif seperti ketika
ada siswa berkelahi maka yang dicari adalah guru agama, ada siswa terlambat/tidak
disiplin maka guru PKn yang harus menegur, ada siswa melanggar tata tertib maka
pembina osis yang harus menyelesaikannya.
Ketiga. Dorongan
terkadap budaya literasi (baca dan tulis) siswa. Indonesia menempati urutan ke
64 dari 65 negera yang disurvey di dunia pada penelitian yang dilakukan Programme for International Student
Assesment (PISA) tahun 2012. Budaya literasi yang sangat rendah ini harus
menjadi pemikiran seiring dengan rencana sekolah dengan pola full day sehingga
dapat diantisipasi kemungkinan siswa berada di sekolah dalam jangka waktu yang
cukup lama tetapi hanya dipergunakan untuk bermain dan beraktivitas yang tidak
relevan dengan pendidikan.
Keempat. Pemenuhan sarana
pendukung aktivitas pembelajaran dan ekstra kurikuler sehingga aktivitas
belajar yang seharusnya melakukan pengamatan, simulasi, dan percobaan, benar-benar
dapat dilakukan, jangan sampai ada slogan yang menggelitik bahwa anak-anak
belajar IPA dengan dipuisikan. Ini adalah hal yang sangat memprihatinkan dan
menambah deretan panjang daftar masalah yang membosankan siswa dalam belajar
apalagi harus full day.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar