Manusia lahir ke dunia
dibekali tiga potensi dasar, yakni ruh sebagai pangkal kehidupan, jasad atau
raga sebagai media yang menopang keberadaan ruh manusia, dan akal sebagai alat untuk berpikir sehingga ia
dapat hidup dengan baik dan benar. Selain tiga hal di atas, manusia memiliki
fitrah atau naluri cinta terhadap kebenaran, siapapun orangnya, apapun latar
belakangnya, dan dimanapun ia berada, kebenaran selalu diidamkan dan
diharapkan. Persoalan bahwa mengapa banyak manusia yang berbuat tidak benar itu
karena pengaruh berbagai faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupannya, namun demikian pengakuan hati kecil akan perbuatannya itu tetap
disadari bahwa apa yang dilakukannya itu salah atau tidak benar.
Kebenaran sangat dibutuhkan setiap manusia dalam
menjalani hidup dan kehidupan yang penuh problematika untuk mencapai kedamaian
individu maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Kenyataan ini mendorong
manusia untuk terus berpikir tentang apa itu kebenaran, apa sumbernya, dan
bagaimana cara mendapatkannya. Proses berpikir manusia tentang kebenaran telah berjalan
berabad-abad bahkan sebelum tahun masehi lahir dan tidak akan berhenti hingga
selesailah perjalanan manusia di muka bumi ini.
Dalam catatan sejarah, manusia berusaha mencari
kebenaran diawali sikap meragukan setiap gejala yang ada di alam semesta,
manusia tidak langsung puas dan menerima apa yang terjadi di alam ini, gejala
sekecil apapun dipertanyakan termasuk dirinya sendiri dengan akal pikiran sehat
melalui proses perenungan untuk memahami, memikirkan, dan menganalisis berbagai
fenomena sehingga diperoleh pengetahuan tentang kebenaran yang dicarinya itu. Kondisi
ini pernah diungkapkan Rene Descartes
“DE OMNIBUS DUBITANDUM” yang mempunyai arti bahwa segala sesuatu harus
diragukan dan tidak diterima mentah-mentah.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan
alam semesta dan segala isinya yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan
masalah. Meskipun tidak mutlak kebenarannya seperti agama yang memberikan
pedoman dan tuntunan hakiki bagi kehidupan manusia, ilmu memiliki keabsahan
dalam melakukan generalisasi dari hasil penelusuran yang dilakukan manusia
dengan menggunakan kaidah dan cara-cara yang logis dan ilmiah.
Proses generalisasi dan analisis untuk mencapai
kebenaran dilakukan melalui penelitian. Sesungguhnya manusia setiap saat
melakukan penelitian melalui pengamatan langsung pada obyek tertentu di sekitar
lingkungan tempat tinggal, di tempat kerja atau tempat lainnya yang dikunjungi
kemudian diakhiri dengan penyimpulan sehingga mereka dapat mengambil keputusan
atas tindakan yang harus dilakukannya, hanya saja proses sampai kesimpulan
hasil yang diamatinya tidak dituangkan dalam tulisan sebagai laporan hasil
penelitian.
Bentuk penelitian di atas merupakan penelitian tidak
formal yang dilakukan tidak mengunakan kaidah-kaidah ilmiah yang sistematis dan
memerlukan persyaratan tertentu sehingga hasilnyapun masih diragukan. Oleh
karena itu, agar hasil penelitian yang kita lakukan dapat dipercaya maka harus
dilakukan sesuai dengan kaidah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
A. Metode Penelitian
Metode penelitian
merupakan pendekatan ilmiah yang digunakan untuk mencari kebenaran. Secara
sederhana metode berarti cara, teknik atau pendekatan yang digunakan untuk kepentingan
tertentu. Kata penelitian juga berasal
dari bahasa Inggris research, kata re berarti kembali, dan search
berarti mencari. Dengan demikian research
berarti mencari kembali. Dalam istilah lain, penelitian dapat dimaknai sebagai berikut:
- Penelitian adalah usaha melakukan penyelidikan dengan hati-hati, kritis dan sistematis dalam mempelajari atau mencari fakta.
- Penelitian adalah seni dan ilmu yang tujuannya untuk mencari jawaban atas fenomena atau permasalahan yang dihadapi.
Menurut Sugiyono (2007: 3-6) bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mencari
data dengan tujuan dan manfaat tertentu.
Cara ilmiah berarti upaya yang
dilakukan dalam penelitian dengan pendekatan logis, sistematis, dan faktual.
Data berarti informasi yang memiliki bukti faktual yang memiliki tingkat
validitas dan reliabilitas tertentu. Tujuan penelitian mencakup 3 P, yaitu penemuan
(menemukan jawaban atas permasalahan yang diteliti), pembuktian (membuktikan kebenaran
sesuatu), dan pengembangan (mengembangkan aspek tertentu sesuai tujuan yang
diinginkan). Manfaat atau kegunaan tertentu dalam penelitian yang dimaksud
adalah mencakup 3 M, yaitu untuk memahami (memahami masalah yang diteliti),
memecahkan (memecahkan permasalahan yang membutuhkan solusi), dan
mengantisipasi berbagai persoalan yang membutuhkan jawaban.
B. Paradigma Penelitian
Secara sederhana paradigma penelitian diartikan sebagai
pola atau model dalam sebuah penelitian yang di dalamnya menjelaskan keterkaitan
antarbagian dalam satu susunan yang saling melengkapi. Secara garis besar
terdapat dua paradigma dalam penelitian, yaitu paradigma ilmiah (Scientific Paradigm) dan Paradigma alamiah
(Naturalistic Paradigm).
Sudah sejak lama kedua paradigma tersebut dikenal, keduanya
berusaha mencapai kebenaran, yaitu sebuah proses epistemologis untuk mencari kebenaran
atas apa yang dihadapi manusia, hanya saja pendekatan yang digunakan kedua
paradigma tersebut berbeda.
Aliran positivisme memandang bahwa kebenaran semata-mata
berasal dari realitas empiris yang dapat diamati, bertolak dari hukum-hukum
ilmiah, dan menekankan bahwa obyek yang dikaji harus berupa fakta yang dapat
diukur. Pola pikir aliran positivisme menekankan obyek yang teramati dan dapat terukur
dalam bentuk variabel-variabel yang jelas dan dapat diturunkan kedalam
indikator-indikator. Kejelasan variabel-variabel penelitian ini dalam rangka mencari
hubungan atau pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Aliran ini
berpendapat bahwa apa yang terjadi di alam semesta ini memiliki hukum sebab
akibat artinya bahwa setiap yang terjadi itu karena ada penyebabnya, ada
pengaruh dan ada yang dipengaruhi serta ada keterkaitan satu sama lain yang
tidak dapat dipisahkan. Dari pola pikir ini lahirlah paradigma penelitian
kuantitatif yang menghendaki pengujian hipotesis dalam proses pembuktian
kebenarannya.
Berbeda dengan positivisme di atas, aliran rasionalisme
menekankan bahwa ilmu berasal dari pemahaman intelektual manusia yang dibangun
atas kemampuan memberikan argumentasi secara logis rasional atas fenomena yang
terjadi di alam semesta ini. Oleh karena itu, penekanan aliran rasionalisme terletak
pada ketajaman rasio manusia dalam memaknai obyek yang diteliti. Pemahaman
intelektual dan kemampuan argumentatif manusia ini perlu didukung data empirik
sehingga apa yang dihasilkan dari proses berpikir logis tersebut dapat dibuktikan
secara faktual.
Bagi aliran rasionalisme ini, fakta empirik bukan hanya
yang bersifat sensual atau dapat dilihat panca indra dalam bentuk
variabel-variabel, melainkan bisa berbentuk empiri logik, empiri teoritik, dan
empiri etik. Misalnya: ruang angkasa yang sangat tidak terbatas, peninggalan
sejarah atau kejadian-kejadian masa lampau, semuanya itu merupakan realitas
tetapi tidak mudah dihayati secara sensual melainkan dapat dihayati secara
teoritis keilmuan melalui proses berpikir. Dari pola pikir ini lahirlah paradigma
penelitian kualitatif yang menghendaki penelusuran dan pengkajian secara
mendalam setiap fenomena yang ada untuk sampai pada kesimpulan kebenaran.
1.
Karakteristik Penelitian Kualitatif
Pada penelitian kualitatif, peneliti dituntut berhubungan
langsung dengan konteks yang diteliti untuk keperluan pemahaman. Dalam
penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpulan data utama yang disebut dengan human
instrument. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pengamatan,
wawancara, atau penelaahan dokumen. Analisis kualitatif merupakan proses
induktif untuk menemukan kenyataan-kenyataan yang sangat bervariasi di lapangan
hingga sampai pada penyimpulan. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses
daripada hasil, hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang
diamati jauh lebih jelas apabila diamati dalam prosesnya.
Peneliti kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang
berbeda sangat kontras dengan penelitian kuantitatif, yaitu:
a.
Data
yang dikumpulkan bersifat lunak yakni mendeskripsikan orang tempat, hasil
percakapan, dll,
b.
Semua
data yang diperoleh dari lapangan tidak dianalisis secara statistikal,
c.
Pertanyaan penelitian tidak dirangkai oleh
variabel-variabel operasional, melainkan dirumuskan melalui kajian semua
kompleksitas yang ada dalam konteks penelitian,
d.
Tidak
dapat dilakukan penelitian dengan mendekati permasalahan melalui
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat uji hipotesis,
e.
Peneliti
mengumpulkan data melalui hubungan langsung dengan orang-orang pada situasi
khusus,
f.
Prosedur
kerja pengumpulan data yang paling umum digunakan adalah observasi partisipatif
dan wawancara mendalam
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan
bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan data utama yang disebut dengan human instrument. Karena jika
memanfaatkan alat lain selain manusia, maka sangat dimungkinkan adanya data
yang tidak dapat digalih secara mendalam. Sebagai instrumen, peneliti terlibat
secara langsung bahkan berhubungan dan berinteraksi dengan obyek yang diteliti
guna mendapatkan pemahaman atas fenomena-fenomena yang terjadi.
Fenomena-fenomena itulah yang kemudian dicatat, didata dan direkam oleh
peneliti hingga sampai pada satu kesimpulan.
Penelitian kualitatif menggunakan beberapa metode dalam
mengkoleksi data seperti pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode
ini digunakan karena :
a.
Metode
ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden
dalam kurun waktu tertentu.
b.
Metode
ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh atas
pola-pola nilai yang dihadapi.
Analisis data penelitian merupakan kegiatan penting
berupa proses mengorganisasi, memilah, dan mensintesiskan data yang diperoleh
dari lapangan berupa catatan, rekaman, foto, dokumen sehingga terkumpul dalam
satuan yang sama dan saling terkait satu dengan lainnya. Tanpa analis, data
menjadi tidak berfungsi dan berserakan sia-sia. Oleh karena itu, peneliti
sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif sangat berperan untuk
menterjemahkan dan mendeskripsikan data sesuai dengan realitasnya lepas dari
subyektivitas peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan
secara induktif, yaitu analisis data yang diperoleh sumber-sumber kecil yang
terpisah sehingga menjadi kumpulan data yang menyatu, menjadi general, dan
menjadi rumusan yang bersifat deduktif.
a.
Proses
induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang sangat bervariasi di
lapangan untuk sampai pada penyimpulan.
b.
Lebih
dapat membuat hubungan peneliti dengan yang diteliti, responden lebih terbuka,
dapat saling mengenal dan memahami.
c.
Lebih
dapat menguraikan kejadian-kejadian secara mendalam dengan melihat fakta-fakta
secara langsung.
Setelah dilakukan analisis data sesuai dengan jenis,
bentuk, dan karakteristiknya, hal yang harus dilakukan adalah penafsiran dan
pembahasan data sehingga apa yang ditemukan dalam penelitian memiliki makna
yang dapat dipahami oleh orang lain. Kebermaknaan data penelitian sangat erat
kaitanya dengan uraian penafsiran dan pembahasan yang detil, lugas, dan
komprehensif peneliti dari proses pengamatan dan penelitian yang dilakukannya.
Uraian di atas, karena penelitian kualitatif lebih
mementingkan proses daripada hasil, hal ini disebabkan oleh hubungan
bagian-bagian yang sedang diamati jauh lebih jelas apabila diamati dalam
prosesnya. Sehingga proses yang terjadi dapat dijelaskan secara cermat dan
mendalam untuk menjawab kemengapaannya bukan sekedar apa hasilnya. Dalam
penelitian kualitatif, terdapat istilah obyektivitas, kesahihan, dan
keterandalan.
a.
Obyektivitas
dalam tradisi kualitatif adalah bahwa penelitian itu faktual dan dapat dikonfirmasikan
baik proses maupun hasilnya,
b.
Kesahihan
penelitian kualitatif merupakan kesanggupan mendeskripsikan rekonstruksi
realita secara lengkap dan detil sebagaimana yang dikonstruksikan oleh
respondennya,
c.
Keterandalan
penelitian kualitatif menekankan pada
pernyataan bahwa hasil penelitian dapat dipercaya dan dilaksanakan dengan penuh
kejujuran. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian seperti catatan lapangan,
foto, dokumen lainnya dapat dicek akurasinya.
Hasil penelitian kualitatif sebagai fokus yang diperoleh
dari rangkaian proses penelitian sangat bergantung pada dua hal berikut:
a.
Hasil
penelitian tergantung pada kualitas hubungan antara peneliti dan obyek
penelitian, semakin kondusif hubungan antara peneliti dengan obyek yang
diteliti kemungkinan data akan bisa diungkap secara mendalam, sebaliknya
semkain tidak kondusif antara peneliti dengan obyek penelitian maka data
kemungkinan tidak dapat digalih.
b.
Konfirmasi
hipotesis penelitian akan menjadi lebih baik verifikasinya apabila diketahui
oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti. Dengan demikian hasil
penelitan dapat dikonfrontir dengan obyek penelitian.
2. Karakteristik Penelitian Kuantitatif
Berbeda
dengan paradigma penelitian di atas, paradigma kuantitatif menggambarkan pola
hubungan antara variabel yang diteliti yang dikenal dengan variabel bebas dan
variabel terikat. Jadi, paradigma penelitian kuantitatif diartikan sebagai pola
pikir yang menunjukkan hubungan antarvariabel yang akan diteliti. Paradigma ini
menekankan pada kejelasan variabel penelitian, kemudian membentuk perumusan
masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, mencari atau mengkaji teori yang
digunakan untuk merumuskan hipotesis, membuat hipotesis sesuai dengan variabel yang
ditetapkan, menyusun instrumen penelitian berdasarkan tujuan penelitian yang
dikehendaki, menggunakan teknik analisis statistik yang sesuai dengan jenis
data dan tujuan penelitian, serta pengujian hipotesis penelitian yang diajukan
sebagai langkah pembuktian kebenaran.
Paradigma penelitian kuantitatif merupakan pola pikir yang
menunjukkan hubungan antarvariabel yang akan diteliti. Karena paradigma ini
menekankan pada kejelasan variabel penelitian, maka berkaitan dengan langkah
selanjutnya yakni membentuk perumusan masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
hipotesis sesuai dengan variabel yang ditetapkan, instrumen penelitian yang digunakan
dan teknik analisis statistik yang akan digunakan untuk mengolah data yang
diperoleh dari lapangan.
Setiap penelitian selalu berangkat dari
masalah, namun masalah yang di bawa peneliti kuantitatif dan kualitatif
berbeda. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa peneliti harus sudah
jelas dalam bentuk variabel. Tahapan penelitian ini sebagai berikut:
a. Menentukan masalah dalam bentuk variabel-variabel peneltian yang
saling terkait
b. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian yang berpengaruh atau
berhubungan dengan variabel terikat yang telah ditetapkan
c. Membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sesuai
dengan masalah yang diteliti.
d. Menyusun
kerangka teori dari berbagai sumber baik buku, surat kabar, majalah, internet,
dan jurnal. Teori yang disusun dalam paradigm kuantitatif ini menjadi dasar
untuk menentukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian.
e. Membuat kerangka berpikir yang mengkaitkan hubungan atau
keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
f.
Merumuskan
hipotesis penelitian sesuai dengan masalah yang dirumuskan dalam perumusan
masalah.
g. Membuat metodologi penelitian yang didalamnya terdapat tujuan
penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian,
teknik analisis data dan hipotesis statistik.
h. Melakukan penelitian ke lapangan kemudian data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan alat statistika yang sesuai hingga sampai pada
penyimpulan hasil penelitian.
Untuk menemukan
masalah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah secara
teoritis dan secara empiris. Secara teoritis, masalah dapat ditemukan dengan
cara mengkaji berbagai literatur yang menjelaskan tentang apa-apa yang kita
hendak ketahui, karakteristik, keterkaitan, perbedaan dan lainnya sehingga kita
mengetahui bahwa disitu ada permasalahan yang perlu diteliti. Berikutnya adalah secara empiris, yaitu
dengan cara melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang
terjadi di lapangan. Jika dalam penelitian pendahuluan ditemukan masalah, maka
kita bisa berasumsi tentang faktor-faktor penyebabnya yang mungkin dilakukan penelitian.
Kerangka teori dalam penelitian
merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil – hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti. Penyusunan kerangka teori ini tidak
sekedar menyusun definisi dari berbagai ahli akan tetapi menggali secara
mendalam tentang konsep dasar, karakteristik, jenis-jenis, langkah-langkah dan
hal-hal yang terkait dengan variabel penelitian.
Kerangka teori ini disusun sebagai
landasan dan gambaran bagi peneliti dalam melakukan proses penelitian, bahkan
dalam penelitian kuantitatif, kerangka teori menjadi dasar dapat diturunkannya
instrumen penelitian yang dibuat berdasarkan sintesis teori, tanpa dukungan teori
yang kuat maka sulit penelitian kuantitatif dapat dilakukan. Uraian pembahasan
teori dapat diambil dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah, buku, majalah,
koran, makalah, artikel, bahkan sumber dunia mayapun bisa diambil sesuai dengan
kebutuhan dan jenis variabel penelitian yang dikaji.
Kerangka berpikir
merupakan karakteristik jenis penelitian kuantitatif yang terdiri dari minimal
2 variabel yang dihubungkan. Kerangka berpikir menjelaskan secara teoritis
keterkaitan antarvariabel yang akan diteliti yang dibuat secara naratif dan
sistematis atau dalam bentuk diagram atau skema yeng menunjukkan bahwa
antarvarabel itu memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, kerangka berpikir dapat
dikemukakan setelah peneliti terlebih dahulu menjelaskan teori setiap variabel
yang diteliti.
Perumusan hipotesis penelitian merupakan
langkah lanjutan setalah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka
berpikir. Artinya, bahwa pendugaan oleh peneliti terhadap obyek yang diteliti
didasarkan pada hasil kajian secara teoritik. Dengan demikian, pendugaan tidak
asal dilakukan akan tetapi memiliki dasar ilmiah yang bias
dipertanggungjawabkan.
Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Terdapat dua macam hipotesis, yaitu
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian dirumuskan
dalam kalimat pernyataan yang berisi jawaban sementara dari peneliti tentang
permasalahan yang akan diteliti. Karena hipotesis ini merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian yang dibuat dalam perumusan masalah, maka
bentuknyapun sama, ada hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif dan hipotesis
asosiatif seperti halnya dalam pembuatan rumusan masalah. Sedangkan hipotesis
statistik adalah hipotesis dalam bentuk notasi statistik sebagai kerangka
operasional dilakukannya perhitungan matematik untuk menentukan penerimaan atau
penolakan atas hipotesis yang diajukan.
Metodologi menyangkut
sekumpulan perangkat atau proses yang digunakan agar mendapatkan hasil
penelitian yang baik. Dalam metodologi penelitian dimuat tentang hal-hal
sebagai berikut:
a.
Tujuan
penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat sehingga tujuan penelitian
ini seiring dengan pertanyaan penelitian yang dibuat.
b.
Tempat
dan waktu penelitian yang direncanakan peneliti dibuat secara jelas dimana
lokus penelitan dan waktu penelitian sesuai dengan tahapan dalam penelitian.
c.
Metode yang
digunakan dalam penelitian
apakah menggunakan survei, eksperimen
atau lainnya. Penentuan metode ini perlu dibuat sejak awal sebagai bentuk
desain penelitian yang dilakukan sehingga data yang diambil tidak salah karena
salah menentukan desain penelitian.
d.
Populasi
dan sampel penelitian dibuat secara jelas berapa jumlahnya dan teknik apa yang
digunakan dalam menentukan sejumlah sampel yang diperlukan tersebut. Perlu
kehati-hatian dalam menentukan sampel agar benar-benar merupakan representasi
dari populasinya.
e.
Teknik
pengumpulan data penelitian merupakan cara peneliti memperoleh data penelitian.
Oleh karena itu, perlu dijelaskan tentang gambaran dan langkah-langkah
bagaimana peneliti mendapatkan data yang diperlukan.
f.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian merupakan alat yang digunakan dalam menjaring
data. Banyak jenis dan ragamnya instrumen penelitian tergantung pada jenis data
apa yang dibutuhkan, misalnya angket, daftar pertanyaan wawancara atau
berbentuk tes.
g.
Teknik
analisis data merupakan penjelasan tentang teknik apa yang digunakan peneliti
dalam menganalisis data yang didapatkan dari lapangan.
Instrumen pada penelitian
kuantitatif dapat berupa tes dan non tes. Instrumen berupa tes dibuat untuk
mengukur kemampuan atau keterampilan tertentu. Tes ini dapat berupa tes lisan,
tes tertulis ataupun tes performance tergantung pada jenis kemampuan atau
keterampilan apa yang diinginkan. Sedangkan instrumen jenis non tes diantaranya
sebagai berikut:
a.
Observasi langsung
Pengamatan
data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan terjun
langsung kedalam obyek penelitian. Oberservasi ini dapat dilakukan dengan cara
terlibat dan beraktivitas bersama-sama dengan obyek yang diteliti atau hanya
sebagai pengamat saja.
b.
Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya
jawab dengan tatap muka. Teknik ini bisa terstruktur dengan item-item
pertanyaan yang telah disiapkan ataupun wawancara bebas.
c.
Daftar pertanyaan
Daftar pertanyaan (kuesioner) adalah seperangkat
pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian. Bentuk
kuesioner ini bisa berbentuk tertutup artinya pilihan jawaban sudah disediakan
peneliti, atau terbuka berupa pertanyaan essey, atau semi terbuka artinya
pilihan jawaban sudah disiapkan akan tetapi diberikan jawaban kosong yang
disediakan bilamana responden merasa tidak ada yang cocok dengan jawaban yang
telah disediakan.
Teknik analisis data adalah
penjelasan tentang tata cara dan perangkat statistik yang digunakan
menganalisis data penelitian, apakah berbentuk deskriptif, komparatif, atau
asosiatif.
Teknik analisis deskriptif
dilakukan untuk membuat gambaran suatu
obyek penelitian secara mendetil dan akurat sehingga memberikan makna
yang jelas atas dari yang didapatkan dari lapangan. Oleh karena itu, dalam
teknik ini perlu dijelaskan bagaimana peneliti akan menyajikan data yang
dihasilkan dari lapangan, apakah dengan kategorisasi, persentase atau
klasifikasi lainnya.
Teknik analisis komparatif
dilakukan untuk membandingkan dua kelompok yang berbeda sehingga secara nyata
dapat dijelaskan bahwa antarkeduanya memiliki perbedaan atau tidak memiliki
perbedaan. Jika teknik ini digunakan, maka perlu dikemukakan rumus statistik
yang dijadikan alat analisis, seperti uji “t” untuk sampel yang berbeda, uji
“t” untuk sampel yang berpasangan, atau anava satu jalan bila sampel yang dibandingkan
lebih dari dua.
Terakhir adalah teknik
analisis asosiatif yakni untuk
mengetahui apakah terdapat keterkaiktan antarvariabel yang diteliti. Dalam
analisis asosiatif terdapat banyak macamnya, seperti jika ingin mengetahui
hubugan antarvariabel maka harus dikemukakan rumus statistik apa yang dipakai,
apakah product moment atau poin biserial atau korelasi rank, semuanya itu bergantung pada jenis
data yang didapatkan dari lapangan. Apabila peneliti hendak menganalisis data
penelitian asosiatif yang bersifat eksperimen maka harus dikemukakan pula
desain penelitian yang digunakan apakah menggunakan anava satu jalan atau dua
jalan atau bahkan menggunakan ankova. Dan bila peneliti hendak menganalisis
data penelitian asosiatif yang lebih kompleks seperti analisis jalur (path analysis) maka harus pula
dikemukakan desain model jalur dan alat analisisnya.
Analisis dan penafsiran
data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis
dan penafsiran data tersebut, dapat yang dihasilkan dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah yang diteliti. Data yang
diperoleh dari lapangan akan tidak bermakna bahkan sia-sia jika tidak dilakukan
analisis dan penafsiran mendalam sehingga mampu memberikan penjelasan bahkan prediksi
terhadap apa yang terjadi.
Setelah data dianalisis baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif dengan menggunakan statistik, maka perlu dijelaskan
secara seksama melalui tafsir dan uraian tentang apa makna dibalik data yang
ditemukan. Lebih baik lagi jika dalam penafsiran data diberikan penguatan
dengan menjelaskan dukungan teori sebagai pisau analisis yang mengkaji temuan
hasil penelitian sehingga apa yang telah didapatkan dari lapangan secara
empirik dapat dibuktikan pula secara teoritik. Jika demikian, maka hasil
penelitian dapat memberikan arti bagi kehidupan sesuai dengan fokus dan
lokusnya yang kemudian dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, penetapan
kebijakan dan pemecahan masalah lainnya.
C.
Kriteria Metode Ilmiah
Metode dalam penelitian baik paradigma kualitatif maupun
kuantitatif harus menggunakan metode ilmiah yang memiliki karakteristik yang
berbeda dengan metode lainnya, yaitu:
1.
Berdasarkan
fakta
Penelitian ilmiah harus didasarkan
pada fakta yang bisa dideteksi, diamati, dibuktikan oleh peneliti atau oleh siapapun
yang tertarik dengan aspek yang diteliti itu, sehingga dari hasil kajian melalui
pengamatan tersebut dapat diambil kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan disertai
dengan bukti-bukti yang kuat dan pada akhirnya hasil penelitian dapat dipercaya.
2.
Bebas
dari prasangka
Kaidah ilmiah tidak mentolelir
adanya asumsi atau persepsi dari peneliti, semua harus didasarkan pada apa yang
ada dan terjadi. Peneliti memiliki tugas mengamati dan mengakumulasi data yang
ada, bukan menerka atau menjustifikasi apa yang diamatinya. Dengan demikian
apapun yang didapatkan harus dikatakan dan dicatat apa adanya.
3.
Menggunakan
prinsip-prinsip analisis
Penelitian merupakan proses
mendapatkan data yang valid. Data yang valid dapat diperoleh melalui tahapan yang
jelas dan sistematis. Analisis yang digunakan bisa berupa deskriptif,
komparatif, asosiatif, maupun eksperimental sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.
4.
Menggunakan
hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara
peneliti atas fenomena yang terjadi di lapangan. Setelah itu, peneliti harus mengkaji
literatur yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Kajian literatur menjadi
arah bagi peneliti untuk bertindak memahami masalah yang dihadapi melalui
proses penelitian. Dengan mempelajari berbagai rujukan, maka peneliti akan mendapatkan
gambaran awal yang kemudian dapat disusun hipotesis penelitian yang didasarkan pada
teori-teori yang dibangun.
5.
Menggunakan
ukuran objektif
Dalam kaidah ilmiah, ukuran yang
dijadikan standar adalah obyektifitas, artinya bahwa data yang diperoleh dari lapangan
merupakan data yang dibutuhkan sesuai pertanyaan penelitian yang bebas dari keinginan
peneliti atau keinginan pesanan lainnya.
Selain harus berdasarkan pada
karakteristik di atas, dalam penelitian diperlukan tahapan yang harus dilalui
sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, yaitu:
1.
Merumuskan serta mendefinisikan masalah yang akan
diteliti secara jelas sehingga peneliti tidak kebingungan dalam menentukan
tahapan selanjutnya.
2.
Melakukan studi kepustakaan dengan mengkaji berbagai
literatur atau sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
3.
Membuat rumusan dan hipótesis penelitian. Setelah
peneliti mengkaji literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti maka
peneliti mendapatkan gambaran atau jawaban sementara (hipótesis), selanjutnya membuat
rumusan masalah sebagai penunjuk arah kemana penelitian tersebut harus
dilakukan.
4.
Membuat dan menentukan alat atau instrumen untuk mengumpulkan
data. Tanpa instrumen yang harus disiapkan sesuai dengan kajian teori maka
sulit bagi penulis mendapatkan data yang diinginkan.
5.
Mengumpulkan data dari obyek yang diteliti.
6.
Menyusun, menganalisis, dan memberikan interpretasi atas
data yang diperoleh. Data penelitian baik berupa angka maupun lainnya akan
dapat dipahami jika data tersebut dijelaskan dan diinterpretasi oleh peneliti
secara sistematis dan menyeluruh.
7.
Membuat kesimpulan penelitian berdasarkan hasil análisis
dan interpretasi data yang diperoleh.
8.
Membuat laporan hasil penelitian sesuai dengan kaidah
dan tata cara penulisan karya ilmiah.
Berdasarkan langkah-langkah dalam
melakukan penelitian di atas, peneliti dapat menggunakan berbagai macam metode
penelitian yang sesuai. Menurut Sugiyono (2007: 10) bahwa metode penelitian
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1) Metode penelitian dilihat dari tujuan
yang diinginkan, dan 2) Metode penelitian dilihat dari segi kealamiahan datanya.
Dilihat dari tujuannya, metode
penelitian dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Penelitian dasar
Penelitian dasar adalah penelitian murni yang biasa
digunakan pada kajian kedokteran, biologi, fisika, dan teknologi.
2.
Penelitian pengembangan
Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang
tujuannya untuk menguji produk atau mengembangkannya sehingga ditemukan formula
yang yang baik atau paling efektif.
3.
Penelitian terapan
Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan
untuk menemukan pengetahuan praktis yang kemudian dapat diterapkannya dalam
kehidupan. Penelitian ini banyak dijumpai diantaranya dalam dunia pendidikan,
ekonomi, dan bisnis.
Dilihat dari segi kealamiahan
datanya, metode penelitian juga dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.
Metode Eksperimen
Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan yang dibuat dan
diatur oleh peneliti. Penelitian ini biasanya bertempat di laboratorium dan ada
perlakuan dari penelitinya. Kriteria yang harus dipahami dalam penelitian
eksperimen ini adalah:
a.
Masalah yang dipilih peneliti dapat dipecahkan melalui
eksperimen
b.
Faktor-faktor dan variabel yang diteliti harus jelas
c.
Eksperimen harus dilakukan dengan tepat
d.
Diperlukan ketelitian pada saat melakukan eksperimen
e.
Penggunaan metode dan materi harus jelas
f.
Interpretasi terhadap hasil eksperimen harus tepat
2.
Metode Survei
Metode survei adalah metode pencarian data dari suatu obyek tertentu dengan
mendatangi langsung obyek penelitian kemudian dilakukan interpretasi yang
tepat.
Ciri dari metode ini adalah memiliki lokasi alamiah atau tanpa ada
kontrol dan ada perlakuan dari peneliti terhadap obyek yang diteliti. Langkah –
langkah dalam metode survei ini adalah:
a.
Memilih dan merumuskan masalah penelitian sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti
b.
Menentukan tujuan penelitian sesuai dengan perumusan
masalah yang dibuat
c.
Menggunakan teori-teori yang kuat untuk setiap variabel
penelitian yang ditetapkan melalui penelusuran sumber-sumber kepustakaan
sebagai rujukan
d.
Merumusakan hipotesis yang akan diuji setelah peneliti
mengkaji teori-teori yang mendasarinya
e.
Melakukan penelitian untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan
f.
Menganalisis dan memberikan interpretasi setiap data
yang diperoleh dari lapangan
g.
Membuat generalisasi dan deduksi dari penemuan
penelitian
h.
Membuat laporan penelitian sesuai dengan kaidah dan tata
cara penulisan ilmiah.
3.
Metode Naturalistik
Metode naturalistik adalah metode
penelitian yang berlangsung secara alamiah dan tidak ada perlakuan dari
peneliti terhadap obyek yang diteliti. Yang termasuk kedalam metode ini adalah
penelitian kualitatif, dimana peneliti merupkan instrumen yang langsung membaur
pada obyek penelitian yang berjalan secara alamiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar