Manajemen modern lahir tahun 1911 diprakarsai oleh Frederick
W. Taylor yang dikenal dengan Scientific
Management. Teori ini menkankan bahwa optimalisasi output dapat dilakukan
melalui efisiensi prosedur kerja dengan memastikan spesialisasi dan kapabiltas
pegawai dalam bekerja. Dengan demikian hasil yang maksimum dapat dicapai dengan
input energy dan sumber daya yang minimum.
Tahun 1922 Weber mengembangkan Bureaucracy Model. Birokrasi adalah
spesifik struktur administrasi yang legal dan berdasarkan orientasi ketentuan
otoritas. Menurut Weber bahwa pemahaman terhadap organisasi dapat ditemukan
melalui historical context kemudian mengembangkan birokrasi yang ideal. Dalam
birokrasi menurutnya, harus terdiri dari pegawai yang profesional sehingga
organisasi berfungsi efisien dan lancar. Terdapat beberapa macam struktur
organisasi: 1) Simple structure.
Model ini ada pada perusahaan kecil yang tidak ada level antara pemilik dan
pekerja, pemiliki turut dalam melakukan pekerjaan dan koordinasi berlangsung
secara spontan. 2) Hirarchical organization.
Dalam model ini terdapat bermacam-macam tujuan tetapi hal yang terpenting
adalah memberikan otoritas dan hak dalam menentukan keputusan. 3) Functional organization. Dalam konsep
ini bahwa struktur dibuat berdasarkan fungsinya karena fakta menunjukkan bahwa
kita terbagi dalam berbagai kemampuan berbeda-beda sehingga menyulitkan kita
untuk saling memahami satu sama lainnya yang dapat menimbulkan konflik. 4) Product organization. Dalam model ini
memfokuskan pada spesialisasi pegawai untuk menghasilkan produk yang spesifik.
5) Matrix organization. Dalam model
ini bahwa organisasi dapat dilakukan dengan cara berbeda-beda dalam rangka
meningkatkan kemampuan berkompetisi melalui intensitas fokus pada proses bisnis
yang dilakukannya.
Tahun 1925 Henry Fayol memunculkan Administrative Theory. Dalam teori ini, dikenalkan
dua hal prinsip dalam organisasi yaitu coordination
dan specialization. Koordinasi
didasarkan pada hirarkhi struktur organisasi yang saling berkait satu sama
lainnya, sedangkan spesialisasi konsen pada pengelompokkan berbagai aktivitas
organisasi yang homogen dalam satu bagian tertentu.
Tahun 1933 Mayo melakukan penelitian
yang dikenal Hawthorne Studies. Ia terkenal
dengan Bapak gerakan hubungan antarmanusia. Hasil studinya menyatakan bahwa kelompok
memiliki peran penting dalam mempengaruhi perilaku manusia dalam dunia kerja. Tahun
1954 Maslow terkenal dengan taoeri Hierarchy
of Need. Maslow menyatakan bahwa dalam dunia kerja, motivasi manusia
bertingkat dari yang paling dasar hingga paling tinggi yakni kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan
aktualisasi diri.
Tahun 1957 McGragor mengungkap teori X dan
teori Y. Dalam teori X bahwa manusia memiliki kutub negatif meliputi sikap,
arah, tanggungjawab, motivasi dan kreativitasnya, sedangkan teori Y bahwa
manusia memiliki kutub positif sehingga harus memerlukan stimulasi. Tahun 1965
muncul Achievement Theory oleh McClelland. Teori ini membagi kebutuhan menjadi
3 macam, yaitu acievement need (kebutuhan
untuk berhasil/berprestasi), power need
(kebutuhan untuk ambil tanggungjawab, memperoleh imbalan, memperoleh pengaruh
dan berkuasa), dan affiliation need
(kebutuhan interaksi sosial dan menciptakan persahabatan).
Tahun 1966 Motivation-Hygiene oleh Herzberg. Menurut teori ini ada dua faktor
yang menentukan kepuasan kerja. Faktor pertama yang dapat meningkatkan kepuasan
yakni kinerja, kebermanfaatan kerja,
tanggungjawab, pengaruh, pertumbuhan/perkembangan, kemajuan, dan pengakuan.
Sedangkan faktor lainnya yang berfungsi mempertahankan kepuasan yaitu gaji,
keamanan kerja, kondisi kerja, hubungan interpersonal, supervisi, keuntungan,
dan aturan pegawai.
Tahun 1967 Fiedler mengenalkan teori Contingency Model. Menurutnya bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan seorang mempengaruhi bawahan dalam bekerja sangat bergantung
dengan situasi tugas kelompok. Menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan
karena sifat-sifat kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan
adanya interaksi dengan situasinya. Tahun 1969 Hersey-Blanchard mengupas teori Situational Leadership. Menururt teori
ini bahwa efektivitas kepemimpinan sangat bergantung pada situasi
(kondisional). Ia mengenalkan 4 macam gaya, yakni telling, selling, participating, dan delegating. Tahun 1972 Alderfer mengenalkan teori Existence, Relationship and Growth (ERG).
Menurutnya bahwa ada 3 kelompok kebutuhan manusia, pertama penyediaan bahan
baku yang bersifat fisiologis, kedua kebutuhan mempertahankan hubungan dengan orang
lain, dan ketiga kebutuhan pengembangan diri.
Tahun 1976 Vroom dengan Expectancy Theory. Teori ini menyatakan
bahwa intensitas kecenderungan seseorang melakukan pekerjaan tergantung pada
intensitas harapan bahwa kinerja akan diikuti dengan hasil yang pasti dan
memiliki daya tarik. Tahun 1985 lahir teori Organizational
Culture oleh Schein. Menurutnya bahwa budaya
organisasi dikembangkan dari waktu ke waktu dalam organisasi belajar untuk
mencapai kesuksesan. Dalam organisasi belajar ini terdapat masalah
adaptasi eksternal dan integrasi internal.
Tahun 1997 Kotter mengenalkan teori Leading Change. Dalam teori ini dikenal
dengan model 8 langkah perubahan, yaitu: 1)
Membangun
rasa urgensi (create urgency), 2) Membangun
koalisi atau kelompok kerja untuk perubahan (form a powerful coalition), 3) Membangun visi dan strategi untuk
perubahan (create a vision for change),
4) Mengkomunikasikan visi perubahan (communicate
the vision), 5) Memberdayakan tindakan yang
menyeluruh (empower action), 6)
Menghasilkan
kemenangan jangka pendek (create quick
wins), 7) Mengkonsolidasi hasil dan
mendorong perubahan yang lebih besar (build
on change), 8) Menambahkan pendekatan baru dalam budaya (make it part of the culture).
Tahun 1998 Scott mengenalkan teori Rational, Natural, and Open System.
Menurutnya bahwa organisasi merupakan struktur sosial yang terbentuk dari
individu-individu. Organisasi ini dapat dilihat dari 3 perspektif, yaitu: 1) perspektif rasional bahwa organisasi memiliki tujuan spesifik dan untuk mencapai tujuan itu
diperlukan struktur formal yang jelas, 2) perspektif natural bahwa organisasi
bersifat kolektif yang setiap anggotanya
memiliki beragam interes 3) perspektif sistem, bahwa organisasi
merupakan sebuah sistem terbuka yang terbentuk melalui kombinasi antarbagian
yang saling ketergantungan.