International
Conference on Islamic Studies (AICIS) hajat tahunan
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ke 16 di gelar di IAIN Raden Intan Lampung
tanggal 1 sampai dengan 4 Nopember 2016. Kali ini tema yang diusung adalah “The Contribution of Indonesian Islam to The
World Civilization”. Di sela-sela sambutan pada acara pembukaan di Ballroom
Hotel Novotel yang terletak di Jl. Gatot Subroto nomor 136 Lampung, Prof. Dr.
Kamarudin Amin selaku ketua panitia menegaskan bahwa kegiatan AICIS merupakan
refleksi akademik yang diikuti oleh para akademisi dan ilmuan dari berbagai
negara seperti Tunisia, Australia, Mesir,
Brunei Darussalam, Philipina, dan Malaysia.
Kata sambutan Kamarudin
Amin yang merupakan Dirjen Pendidikan Islam disampaikan dengan tiga bahasa
yakni Indonesia, Arab dan Inggris, ia menyatakan bahwa Indonesia merupakan
negara berpenduduk mayoritas Islam yang memiliki karakteristik demokratis dan
menjunjung tinggi toleransi. Hal ini menurutnya bisa dilihat dengan adanya berbagai
organisasi Islam yang moderat (moderate
islamic organization) seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis,
Mathlaul Anwar dan sebagainya. Oleh karenanya, karakteristik moderasi Islam
Indonesia ini diharapkan memiliki peran dan andil besar dalam menciptakan
peradaban dunia sebagaimana tema dalam kegiatan AICIS.
AICIS ke 16 dinilai
Kamarudin sebagai kegiatan AICIS yang paling spektakuler dibandingkan dengan
sebelumnya, hal ini didasarkan pada dua alasan. Pertama karena baru kali ini
AICIS dilaksanakan di kampus dari sebelumnya yang selalu di hotel, Kedua
substansi dan formula kegiatan yang begitu meriah dan lengkap tidak hanya
pemaparan makalah tetapi di dalamnya dibuat forum-forum penting, seperti forum
pimpinan Perguruan Tinggi Islam, forum pascasarjana se-Indonesia, koordinasi
kopertais wilayah 1 sampai 13 untuk membahas berbagai persoalan strategis,
Ajang pertemuan pengelola jurnal di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
se-Indonesia, dan pameran karya akademik dosen termasuk di dalamnya pameran
hasil-hasil kelitbangan yang dilakukan oleh bagian umum dan perpustakaan dan
puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan dari Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama.
M. Ridho Ficardo, gubernur
Lampung turut memberikan kata sambutan dalam AICIS ke 16 ini. Sosok yang masih
sangat muda dan energik ini memberikan sambutan hangat sembari mempromosikan
provinsi Bandar Lampung sebagai sebuah provinsi yang penuh keberagaman,
toleransi sangat tinggi, dan membaurnya mereka satu sama lain dengan penuh
kebersamaan. Oleh karena itu, menurutnya bahwa menjadi gubernur lampung itu
seolah menjadi presiden karena Lampung merupakan Indonesia mini yang di
dalamnya terdapat semua unsur dan sangat bervariasi meskipun penduduknya 60 %
adalah berasal dari Jawa dan sisanya campuran termasuk penduduk asli Lampung.
Dalam sambutannya, Ficardo
mengharapkan bahwa forum AICIS agar menghasilkan sesuatu yang kongkrit jangan
sampai jadi menara gading yang indah dipandang tetapi kurang dirasakan
masyarakat. Untuk itu, ia meminta Perguruan Tinggi Agama dan pesantern untuk
bersatu dan bekerjasama dengan pihak Pemda untuk turun ke tengah-tengah
masyarakat dan menerapkan berbagai program ril yang dibutuhkan masyarakat, Nah,
untuk mendukung semua itu tentunya perlu dana, maka pemda Lampung siap membantu
dan menganggarkannya, kata Ficardo.
Di hadapan Menteri
Agama Lukman Hakim Saefuddin dan seluruh peserta yang hadir, Ficado juga menyampaikan
harapannya dari forum AICIS ini: 1. Bahwa Bandara Raden Intan di Tanjung Karang
sedang mengalamai renovasi besar-besaran untuk disiapkan menjadi Bandara
Internasional dan kedepan sangat memohon kepada Menteri Agama agar Bandara ini
dijadikan embarkasi untuk haji dan umroh. Beliau mengatakan bahwa bila Bandara
Raden Intan menjadi embarakasi maka setiap tahunnya dapat dihemat anggaran
sebanayk 20 Milyar dan ini bisa digunakan untuk kegiatan pembangunan lainnya, 2.
Hasil AICIS ini bermanfaat untuk masyarakat luas dan berkontribusi bagi pembangunan
Indonesia bahkan dunia, dan 3. Pemda Lampung siap menyediakan lahan seluas 50
sampai 100 hektar untuk perubahan IAIN Lampung menjadi UIN sehingga
pengembangan UIN dapat dilakukan sesuai harapan.
Berdasarkan laporan
panitia, terdapat lebih dari 1600 tulisan/makalah yang masuk dalam daftar catatan
panitia, setelah dilakukan seleksi terpilih 1345 makalah yang memenuhi syarat,
kemudian diambil sebanyak 224 makalah untuk dipresentasikan. Kamarudin menjelaskan
bahwa sejumlah makalah yang diberi kesempatan untuk dipresentasikan ini dibagi
menjadi dua kategori yakni kategori A dan B. Makalah kategori A sebanyak 120
makalah dan nanti akan diterbitkan dalam jurnal internasional yang terindek
Scopus dan sisanya sebanya 104 makalah masuk kategori B dan akan diterbitkan ke
jurnal nasional oleh panitia pelaksana. Janji Dirjen Pendis ini tidak luput
dari sambutan tepuk tangan yang cukup meriah dari para peserta.
Kegiatan AICIS ini
diharapkan dapat memacu tumbuhnya karya tulis yang lebih banyak dan berkualitas
sehingga lahir pula banyak jurnal di UIN dan IAIN yang terindek Scopus selain
yang sudah ada yakni di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, dan UIN Sunan Ampel Surabaya. Harapan ini, seiring dengan potensi
yang cukup baik di lingkungan Kementerian Agama dengan telah terbitnya kurang
lebih 2000 jurnal, 417 diantaranya telah dapat diakses secara online, serta keseluruhan
jumlah dosen bergelar doktor telah mencapai 3500 orang dari jumlah 31500 orang.
Menteri Agama Republik
Indonesia Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas
penyelenggaraan AICIS ke 16 dan dukungan gubernur Lampung dan seluruh
jajarannya. Menurut Lukman bahwa kegiatan AICIS yang sangat spektakuler ini
diharapkan menghasilkan sesuatu yang spektakuler pula khususnya tentang apa itu
Islam Indonesia? Seiring dengan pernyataannya, Lukman menjelaskan bahwa bahwa
minimal ada 3 karakteristik dalam Islam Indonesia itu, yaitu: 1. Moderasi.
Islam Indonesia adalah Islam moderat yang sangat berbeda dengan Islam di negara
lain. Ciri moderasi Islam ini dapat dilihat dari paham ketauhidan yang dipegang
yakni Asy’ariyah, ajaran fikihnya 4 imam mazhab (Hanafi, Maliki, Syafii, dan
Hambali), dan nilai tasaufnya al-Gazali. 2. Islam Indonesia senantiasa menjaga
tradisi yang sebelumnya berkembang, ini sangat berbeda dengan Islam di negara
lainnya yang cenderung merubah secara radikal setiap masuknya Islam ke negara
tersebut dengan menghapus tradisi lama sehingga sering menjadi sikap inklusif.
3. Islam berkembang di Indonesia menitik tekankan pada cinta tanah air,
sehingga nasionalisme yang berkembang di Indonesia merupakan pengjawantahan
dari sikap keislaman warganya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara keislaman
dan keindonesiaan.
Menteri berharap dari
kegiatan AICIS ini dapat dicapai beberapa hal, diantaranya: 1. AICIS ke 16
dapat merumuskan apa itu Islam Indonesia tetapi tidak merasa bahwa kita adalah
yang paling benar keislamannya karena implementasi ajaran Islam ini
berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya. Contohnya, wujud
penerapan Islam tentang menghormati wanita di Arab Saudi dalam bentuk membatasi
dan melarang wanita menyetir mobil sendiri keluar rumah, hal ini berbeda dengan
di Indonesia. Tidak hanya memberikan kebebasan dalam berkendaraan, di Indoneisa
wanita bisa menjadi hakim agama karena kompetensi dan kualitasnya yang mumpuni
bahkan hasil-hasil keputusannyapun tidak kalah dari keputusan hakim laki-laki. 2.
Islam Indonesia hendaknya memberikan kemaslahatan bagi dunia, memberikan
kedamaian bagi masyarakat, dan mensejahterakan alam. 3. Dengan AICIS ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas keagamaan dan kualitas pendidikan
keagamaan agar lebih baik dari waktu ke waktu yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia serta dapat menjadi contoh
bahkan model bagi negara-negara lain. 4. Menurut Lukman, bahwa Menteri Agama
sering mendapatkan kritik dari dari berbagai pihak bahwa Islam Indonesia sulit
diterapkan di negara-negara lain sehingga perlu dicarikan solusi dan strategi
tentang bagaimana menerapkan Islam Indonesia di kancah dunia.