Kamis, 19 Juli 2018

AICIS 16


International Conference on Islamic Studies (AICIS) hajat tahunan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ke 16 di gelar di IAIN Raden Intan Lampung tanggal 1 sampai dengan 4 Nopember 2016. Kali ini tema yang diusung adalah “The Contribution of Indonesian Islam to The World Civilization”. Di sela-sela sambutan pada acara pembukaan di Ballroom Hotel Novotel yang terletak di Jl. Gatot Subroto nomor 136 Lampung, Prof. Dr. Kamarudin Amin selaku ketua panitia menegaskan bahwa kegiatan AICIS merupakan refleksi akademik yang diikuti oleh para akademisi dan ilmuan dari berbagai negara seperti Tunisia, Australia, Mesir,  Brunei Darussalam, Philipina, dan Malaysia. 
Kata sambutan Kamarudin Amin yang merupakan Dirjen Pendidikan Islam disampaikan dengan tiga bahasa yakni Indonesia, Arab dan Inggris, ia menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara berpenduduk mayoritas Islam yang memiliki karakteristik demokratis dan menjunjung tinggi toleransi. Hal ini menurutnya bisa dilihat dengan adanya berbagai organisasi Islam yang moderat (moderate islamic organization) seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Mathlaul Anwar dan sebagainya. Oleh karenanya, karakteristik moderasi Islam Indonesia ini diharapkan memiliki peran dan andil besar dalam menciptakan peradaban dunia sebagaimana tema dalam kegiatan AICIS.
AICIS ke 16 dinilai Kamarudin sebagai kegiatan AICIS yang paling spektakuler dibandingkan dengan sebelumnya, hal ini didasarkan pada dua alasan. Pertama karena baru kali ini AICIS dilaksanakan di kampus dari sebelumnya yang selalu di hotel, Kedua substansi dan formula kegiatan yang begitu meriah dan lengkap tidak hanya pemaparan makalah tetapi di dalamnya dibuat forum-forum penting, seperti forum pimpinan Perguruan Tinggi Islam, forum pascasarjana se-Indonesia, koordinasi kopertais wilayah 1 sampai 13 untuk membahas berbagai persoalan strategis, Ajang pertemuan pengelola jurnal di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam se-Indonesia, dan pameran karya akademik dosen termasuk di dalamnya pameran hasil-hasil kelitbangan yang dilakukan oleh bagian umum dan perpustakaan dan puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
M. Ridho Ficardo, gubernur Lampung turut memberikan kata sambutan dalam AICIS ke 16 ini. Sosok yang masih sangat muda dan energik ini memberikan sambutan hangat sembari mempromosikan provinsi Bandar Lampung sebagai sebuah provinsi yang penuh keberagaman, toleransi sangat tinggi, dan membaurnya mereka satu sama lain dengan penuh kebersamaan. Oleh karena itu, menurutnya bahwa menjadi gubernur lampung itu seolah menjadi presiden karena Lampung merupakan Indonesia mini yang di dalamnya terdapat semua unsur dan sangat bervariasi meskipun penduduknya 60 % adalah berasal dari Jawa dan sisanya campuran termasuk penduduk asli Lampung.
Dalam sambutannya, Ficardo mengharapkan bahwa forum AICIS agar menghasilkan sesuatu yang kongkrit jangan sampai jadi menara gading yang indah dipandang tetapi kurang dirasakan masyarakat. Untuk itu, ia meminta Perguruan Tinggi Agama dan pesantern untuk bersatu dan bekerjasama dengan pihak Pemda untuk turun ke tengah-tengah masyarakat dan menerapkan berbagai program ril yang dibutuhkan masyarakat, Nah, untuk mendukung semua itu tentunya perlu dana, maka pemda Lampung siap membantu dan menganggarkannya, kata Ficardo.
Di hadapan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dan seluruh peserta yang hadir, Ficado juga menyampaikan harapannya dari forum AICIS ini: 1. Bahwa Bandara Raden Intan di Tanjung Karang sedang mengalamai renovasi besar-besaran untuk disiapkan menjadi Bandara Internasional dan kedepan sangat memohon kepada Menteri Agama agar Bandara ini dijadikan embarkasi untuk haji dan umroh. Beliau mengatakan bahwa bila Bandara Raden Intan menjadi embarakasi maka setiap tahunnya dapat dihemat anggaran sebanayk 20 Milyar dan ini bisa digunakan untuk kegiatan pembangunan lainnya, 2. Hasil AICIS ini bermanfaat untuk masyarakat luas dan berkontribusi bagi pembangunan Indonesia bahkan dunia, dan 3. Pemda Lampung siap menyediakan lahan seluas 50 sampai 100 hektar untuk perubahan IAIN Lampung menjadi UIN sehingga pengembangan UIN dapat dilakukan sesuai harapan. 
Berdasarkan laporan panitia, terdapat lebih dari 1600 tulisan/makalah yang masuk dalam daftar catatan panitia, setelah dilakukan seleksi terpilih 1345 makalah yang memenuhi syarat, kemudian diambil sebanyak 224 makalah untuk dipresentasikan. Kamarudin menjelaskan bahwa sejumlah makalah yang diberi kesempatan untuk dipresentasikan ini dibagi menjadi dua kategori yakni kategori A dan B. Makalah kategori A sebanyak 120 makalah dan nanti akan diterbitkan dalam jurnal internasional yang terindek Scopus dan sisanya sebanya 104 makalah masuk kategori B dan akan diterbitkan ke jurnal nasional oleh panitia pelaksana. Janji Dirjen Pendis ini tidak luput dari sambutan tepuk tangan yang cukup meriah dari para peserta.
Kegiatan AICIS ini diharapkan dapat memacu tumbuhnya karya tulis yang lebih banyak dan berkualitas sehingga lahir pula banyak jurnal di UIN dan IAIN yang terindek Scopus selain yang sudah ada yakni di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan UIN Sunan Ampel Surabaya. Harapan ini, seiring dengan potensi yang cukup baik di lingkungan Kementerian Agama dengan telah terbitnya kurang lebih 2000 jurnal, 417 diantaranya telah dapat diakses secara online, serta keseluruhan jumlah dosen bergelar doktor telah mencapai 3500 orang dari jumlah 31500 orang.
Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan AICIS ke 16 dan dukungan gubernur Lampung dan seluruh jajarannya. Menurut Lukman bahwa kegiatan AICIS yang sangat spektakuler ini diharapkan menghasilkan sesuatu yang spektakuler pula khususnya tentang apa itu Islam Indonesia? Seiring dengan pernyataannya, Lukman menjelaskan bahwa bahwa minimal ada 3 karakteristik dalam Islam Indonesia itu, yaitu: 1. Moderasi. Islam Indonesia adalah Islam moderat yang sangat berbeda dengan Islam di negara lain. Ciri moderasi Islam ini dapat dilihat dari paham ketauhidan yang dipegang yakni Asy’ariyah, ajaran fikihnya 4 imam mazhab (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali), dan nilai tasaufnya al-Gazali. 2. Islam Indonesia senantiasa menjaga tradisi yang sebelumnya berkembang, ini sangat berbeda dengan Islam di negara lainnya yang cenderung merubah secara radikal setiap masuknya Islam ke negara tersebut dengan menghapus tradisi lama sehingga sering menjadi sikap inklusif. 3. Islam berkembang di Indonesia menitik tekankan pada cinta tanah air, sehingga nasionalisme yang berkembang di Indonesia merupakan pengjawantahan dari sikap keislaman warganya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara keislaman dan keindonesiaan.
Menteri berharap dari kegiatan AICIS ini dapat dicapai beberapa hal, diantaranya: 1. AICIS ke 16 dapat merumuskan apa itu Islam Indonesia tetapi tidak merasa bahwa kita adalah yang paling benar keislamannya karena implementasi ajaran Islam ini berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya. Contohnya, wujud penerapan Islam tentang menghormati wanita di Arab Saudi dalam bentuk membatasi dan melarang wanita menyetir mobil sendiri keluar rumah, hal ini berbeda dengan di Indonesia. Tidak hanya memberikan kebebasan dalam berkendaraan, di Indoneisa wanita bisa menjadi hakim agama karena kompetensi dan kualitasnya yang mumpuni bahkan hasil-hasil keputusannyapun tidak kalah dari keputusan hakim laki-laki. 2. Islam Indonesia hendaknya memberikan kemaslahatan bagi dunia, memberikan kedamaian bagi masyarakat, dan mensejahterakan alam. 3. Dengan AICIS ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas keagamaan dan kualitas pendidikan keagamaan agar lebih baik dari waktu ke waktu yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia serta dapat menjadi contoh bahkan model bagi negara-negara lain. 4. Menurut Lukman, bahwa Menteri Agama sering mendapatkan kritik dari dari berbagai pihak bahwa Islam Indonesia sulit diterapkan di negara-negara lain sehingga perlu dicarikan solusi dan strategi tentang bagaimana menerapkan Islam Indonesia di kancah dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar