STAI
Al-Hamidiyah JAKARTA
DEPOK, 2
September 2019
Assalamu’alaikum Wr.Wb
الحمد لله
الذي علم بالقلم علم علم الإنسان ما لم يعلم. اشهد ان لااله الا الله المالك الحق المبين واشهد ان محمدا رسول الله صادق
الوعد الأمين.
اللهم صل وسلم على سينا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ،
أما بعد
قال الله تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي
الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا
فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ.
Saat
ini, kita tengah memasuki era revolusi industri 4.0 yang
ditandai dengan terjadinya revolusi
dalam bidang digital. Di era ini terjadi proses digitalisasi dalam segenap
aspek kehidupan manusia. Perubahan yang sangat signifikan terjadi dari
teknologi mekanik dan elektronik kepada teknologi digital berbasis jaringan
nirkabel.
Revolusi
digital telah mampu mengubah cara pandang, tatanan dan kultur manusia menjadi
sangat kompleks. Hal ini disebabkan teknologi informasi sudah mengglobal,
tingkat kompetisi pun semakin ketat.
Untuk
itu, sarjana muslim harus mampu menjadikan perkembangan teknologi digital
sebagai sebuah peluang yang berharga di masa mendatang. Teknologi digital harus
mampu menjelma sebagai sarana mengembangkan ilmu, media melakukan perubahan
sosial serta kontrol sosial.
Jika
tidak demikian hallway, maka sarjana muslim akan mudah ditinggalkan zaman
dengan segenap kompetensinya. Sebagaimana tersebut dalam sebuah idiom average
is over, bahwa hal yang biasa-biasa saja akan ditinggal. Oleh karena itu
diperlukan langkah extra-ordinary –luar biasa--untuk menjadi pribadi
yang memiliki keunggulan kompetitif, sehingga menjadi “the winner”,
pemenang.
Era
Disrupsi
We have entered in
revolutionary times,
kata Bill Gates. Kita sedang memasuki era revolusi informasi. Revolusi
informasi ditandai dengan adanya akselerasi teknologi IT dalam segala macam.
Saat ini, kita sedang mengalami era disrupsi, kekacauan, gangguan. No
ordinary disruption, saat ini dunia sedang terjadi kekacauan yang tidak
biasa. Demikian hasil riset Richard Dobbs, James Manyika, and Jonathan Woetzel
dalam buku terbarunya.
Ada empat perubahan
yang sedang terjadi dan memengaruhi tatanan dunia global.
a.
Akselerasi
teknologi informasi.
Terdapat 2/3 warga
dunia yang memiliki android, hand phone dan mereka semua terkonek dengan
internet. Tinggal 1/3 warga dunia yang tidak memiliki hand phone. Sekarang
semua sudah on line system. Pengusaha Taxi konvensional, collaps dan
bangkrut. Mereka kalah cepat dengan Uber car. Grab, Gojek, yang tidak perlu
kantor luas. Tidak perlu memiliki motor dan mobil. Mereka hanya menyiapkan on
line system. Tidak ada yang salah dari Nokia. Nokia hanya kalah cepat merespon
kebutuhan pasar. Sehingga Nokia, hampir gulung tikar, dan disalib oleh Samsung.
Blackberry sudah tidak kedengaran lagi. Sarjana dan mahasiswa era sekarang,
berbeda dengan 20 tahun yang lalu. Mahasiswa dan sarjana era sekarang, sejatinya
multitasking. Mereka bisa mengerjakan dua atau tiga pekerjaan dalam satu
waktu.
b.
Aging
population
( Populasi yang Semakin Menua).
Di China dan Jepang,
seorang dewasa harus merawat enam orang tua. Kedua orang tuanya, dua mertuanya,
dan dua orang kakek buyutnya yang masih hidup. Sehingga mereka kewalahan dalam
merawat manula. Apa yang terjadi? Mereka merawat orang tua tersebut dengan
bantuan robot. Robot lebih praktis merawat para manula daripada seorang
pembantu atau perawat.
Bahkan laporan Majalah
Tempo, Pebruari 2019, Korea Selatan mengalami “Nestapa
Para Lansia”.
Korsel dengan kemewahan dan pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan, justeru
mengalami problem lansia yang akut. Kalau di negeri kita, dikenal kenakalan
remaja, di Korsel justeru mengalami ancaman kriminalitas (perampokan,
pencurian, bahkan pembunuhan) yang dilakukan oleh para lansia. Mereka stress
menanggung beban hidup yang demikian berat pada saat mereka sudah lanjut usia.
Ini sangat memprihatinkan. Keadaan ini diperparah lagi dengan spirit
Konfusianisme yang melemah, tetapi individualisme yang semakin menguat.
Pertumbuhan penduduk atau angka kelahiran bayi demikian rendah, masih berkisar
0,09%.
Untuk mengantisipasi
nestapa para lansia ini, Jepang sekarang sedang mengembangkan:....a prosperous
human centered society , masyarakat yang terpusat pada kemakmuran manusia.
Jepang sedang gencar-gencarnya mengembangkan teknologi untuk menolong para
manula tadi. Dalam hal memenuhi kebutuhan keseharian, seperti kontrol makanan
dan kesehatan, mereka cukup mengandalkan robot dan teknologi yang bisa
memberikan informasi yang memadai tentang asupan makanan yang cocok dengan suhu
pada hari itu.
c.
Urban
Society.
Terdapat 440 kota di
dunia ini yang menentukan mobilitas tenaga- tenaga profesional dan lajunya
perekonomian dunia. Tianjin, China, Tokyo, Jepang, dst. Sejatinya pendidikan
yang modern tidak hanya menyasar masyarakat pedesaan, tetapi juga masyarakat
kota. Sehingga, keterampilan adalah suatu kemestian. Apalagi dengan iklan
Google, rekasasa IT yang mencari karyawan tanpa ijazah. Ini sesuatu yang
mengejutkan dunia pendidikan yang selama ini mementingkan ijazah. Ijazah adalah
azimat yang merupakan syarat utama dan pertama para pencari kerja. Job seeker
sebelum mereka diterima pada suatu instansi atau perusahaan harus terlebih
dahulu menunjukkan ijazah yang telah diraihnya. Google tidak memetingkan
ijazah. Google memerlukan skill yang dimiliki oleh calon karyawan. Apakah ini
merupakan lonceng kematian perguruan tinggi? KKN harus juga menyasar warga
kota. Tidak hanya berorientasi ke desa. Sehingga mereka harus memiliki global
dexterity, dan plan
of prosperity. Ketangkasan global dan kemampuan untuk merencanakan kesejahteraan
hidupnya di masa depan.
d.
Capital,
people, investmen.
Dengan melihat
sejumlah perubahan revolusioner di atas, perguruan tinggi harus menerapkan
strategi baru dalam merespon tuntutan zaman.
Menteri
Pendidikan tinggi dan sains Malaysia telah menerapkan kebijakan 2 U and 2 I. Two years in
university, and two years in industry. Mahasiswa dua tahun menerima
teori di bangku kuliah, dan dua tahun langsung terjun di dunia industri atau
masyarakat. Robert W. McChesney and John Nichols dalam bukunya: People Get
Ready the Fight Against a jobless economy and a citizenless democracy,
2016. Bahwa The
future is now.
Masa depan itu dirancang dan ditentukan sekarang. Masa depan itu ya sekarang.
Tidak ada yang bisa menentukan takdir, tetapi kita bisa menemukannya dengan
cara berlari kencang.
Sekarang kita sedang
mengalami “dislokasi agama”. Halmana, otoritas ulama dan tokoh-tokoh agama “didisrupsi”.
Muncul “ulama-ulama baru” yang juga berkeinginan “merebut” panggung tokoh-tokoh
lama (tua). Tokoh-tokoh agama yang memiliki keilmuan yang mumpuni “kehilangan” pasar
dan daya pikat. Hoaks atas nama agama
juga berseliweran di medsos tanpa klarifikasi dari pemegang otoritas keilmuan.
Umat menjadi galau dan gelisah. Kita khawatir, jangan sampai Indonesia
mengalami “kekosongan spiritual” (spiritual avoid) sebagaimana halnya
China sekarang ini. Orang memilih tidak beragama karena agama sudah tidak bisa
mencerahkan kehidupan sosial mereka.
Era Kompetisi
Dalam dunia bisnis,
persaingan adalah sebuah kemestian. Kalau tidak mampu bersaing, maka sebuah
perusahaan akan ditinggal pelanggannya. Sebentar lagi perusahaan tersebut akan
collaps. Dalam persaingan yang terpenting adalah berusaha untuk membentuk
kompetitif, untuk mengendalikan nasib kita sendiri.
Memasuki abad ke 21,
kita dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak akan pentingnya memiliki strategi
dan visi yang jelas mengenai cara menampilkan diri yang unik dan berbeda dengan
yang lain. Kalau tidak, kita akan ditelan hidup-hidup oleh persaingan yang
semakin sengit.
Keunikan dan
diferensiasi sangat penting dalam sebuah persaingan. Bahkan sangat boleh jadi
persaingan itu dimaknai sebagai pertarungan dalam pengertian yang positif.
Untuk itulah dibutuhkan strategi yang jitu.
Visi kita adalah
untuk mewujudkan pendidikan Islam yang unggul, moderat dan menjadi referensi
pendidikan Islam dunia. Kita harus fight untuk mewujudkan competitiveness
pendidikan Islam. Daya saing pendidikan Islam sedang dilirik, baik secara
nasional maupun internasional. Orientasi program dan kegiatan kita harus
mengarah pada visi dan misi tersebut.
Untuk Mewujudkan
pendidikan Islam menjadi rujukan Islam dunia, maka Karakteristik dan distingsi
pendidikan Islam harus dikedepankan.
Posisi
Perguruan Tinggi di Era Akselerasi
Era revolusi IT
adalah era akselerasi. Semua serba sibuk dan berlangsung serba cepat. Siapa
yang lambat akan terlindas oleh zaman. Ibarat naik kereta super cepat, telat
satu menit akan tertinggal, dan berdampak beberapa jam kemudian. Kita harus
berlari kencang. Seperti seekor kijang yang hendak diterkam harimau. Pilihannya
hanya dua: Berlari kencang dan selamat. Atau lambat, dan mati diterkam
harimau.
Sekarang
serba cepat. Semua orang mengalami busy, super sibuk.
Itulah ciri Digital
population; Populasi digital.
Bahwa fasilitas dan
sarana digital sebagai sarana yang terbaik. Sebab, dengan buku digital, lebih
murah, dan lebih cepat. Teknologi adalah alat untuk kemashlahatan. Teknologi
harus familiar dengan kita semua. Seperti seirang bapak kalau tertinggal
dompetnya pasti tidak balik. Kalau hpnya yang tertinggal, pasti balik.
Selanjutnya,
terdapat beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran kita untuk peningkatan
kualitas pendidikan tinggi, di antaranya:
1. Rendahnya
Literasi
Indonesia sudah 72
tahun merdeka. Tetapi menurut data masih terdapat sekitar 5,9 juta warganya
yang buta huruf. Jawa Timur memiliki angka tertinggi buta aksaranya, sekitar
1.458.184. Meskipun mereka ini melek terhadap aksara arab gundul.
Secara internasional,
UNESCO melancarkan gerakan Reading the Past, Writing the Future. Agar warga
dunia terbebas dari buta huruf ini.
Pendidikan adalah
senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia, kata Nelson Mandela. Kita harus
melakukan terobosan untuk menghapus buta aksara ini. Dan patut dicatat, buta
aksara melanda hampir semua negara- negara berkembang dan masyarakat muslim.
Buta aksara atau literasi masih menjadi masalah yang masif melanda dunia
muslim. Rata- rata wilayah yang lebih dikenal sebagai "Bulan Sabit" masih
mengalami problem rendahnya literasi.
Rendahnya literasi
keagamaan menjadi problem lanjutannya. Bahwa umat kita pada grassroot, akar
rumput memiliki pemahaman keagamaan yang belum memadai. Memahami ajaran dan
ujaran keagamaan secara "hitam-putih" masih tinggi. Cara pandang
agama semacam ini sangat berbahaya masih keberlangsungan demokrasi dan
Islam rahmatan li al- 'alamin.
Kampus harus
bergegas merespon perkembangan zaman dan berikhtiar untuk mencetak intelektual
publik. Sarjana muslim harus tampil pada garda terdepan dalam menyuarakan Islam
moderat, santun, dan menyebarkan kedamaian. Sarjana kita harus terus
mengedukasi masyarakat dalam arti sesungguhnya. Bahwa peran-peran profetik
semacam harus menjadi bagian yang inheren dalam tugas dan tanggung jawab kita
sebagai sarjana muslim.
2. Pendidikan
Karakter
Dewasa ini kita
menyadari betapa pentingnya memasukkan pendidikan karakter dalam kurikulum.
Setidaknya ada tiga landasan pendidikan karakter (character-building
education). yakni:
a)
memasukkan
nilai-nilai humanisme, seperti saling menghargai dan menghormati antar sesama.
Jepang barangkali bisa menjadi contoh dalam pendidikan karakter yang dimulai
sejak pendidikan usia dini. Halmana tradisi dan nilai-nilai luhur mereka tidak
tergerus oleh modernitas. Integritas, kejujuran, tanggung jawab, menghormati
yang lebih senior, sportifitas, nilai malu terintegrasi dalam kurikulum
pendidikan mereka.
b)
mengembangkan
karakter keilmuan, yakni dengan menciptakan curiosity, rasa ingin tahu yang
tinggi (search of inquiry), sehingga ilmu, kreatifitas dan inovasi dapat
berkembang; dan
c)
menanamkan
kecintaan dan kebanggaan kepada Indonesia. Pancasila, UUD 1945, Persatuan
Indonesia, NKRI adalah pilar-pilar kebangsaan kita dan sudah final.
What Next?
Di era revolusi industri
4.0 ini, kita harus mampu menjawab tantangan atas pesatnya perkembangan
pendidikan tinggi tersebut dengan berbagai dinamikanya. Kita harus mampu
melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan peluang dalam proses
industrialisasi teknologi digital ini. Peningkatan kualitas dosen merupakan
sebuah keniscayaan yang perlu mendapat perhatian serius dalam mengimbangi
derasnya perkembangan keilmuan dan teknologi. Bentuk perhatian bisa
dikembangkan dalam bentuk publikasi karya ilmiyah secara simultan. Hal ini penting
dilakukan agar bisa mendapatkan recognition yang memadai, baik secara nasional,
regional maupun internasional.
Pembenahan
infrastruktur kampus juga harus terus dilakukan agar proses pengembangan ilmu
dan pembelajaran di kampus dapat berjalan dengan baik. Pembenahan sarana dan
prasarana merupakan faktor urgen untuk menunjang keberhasilan berbegai program
akademik di perguruan tinggi.
Selain itu Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) harus
berada pada garda terdepan dalam menyuarakan moderasi Islam. Pimpinan PTKI
harus secara tegas menolak berbagai bentuk gerakan dan kegiatan yang mengarah
pada radikalisme agama dan berujung pada pelemahan pilar-pilar kebangsaan,
yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Dr. Muhammad Zain, M.Ag