Senin, 16 September 2019

PELAUT DAN PROFESSOR


Suatu sore, professor hendak menyeberang ke pulau tempat tinggalnya. Dia segera melompat ke perahu, dan berpesan kepada si pelaut agar mengantarnya ke pulau dimaksud. Perahu secara perlahan meninggalkan pelabuhan, dan professor duduk tenang di bagian belakang kapal. Dalam perjalanan, professor melihat sang pelaut sebagai seorang yang bodoh, buta huruf dan dia bertanya dengan nada sombong. Have you ever been to school or studied any literature? Pernahkah engkau sekolah atau dapat membaca buku? No, said the sailor innocently. Tidak, jawab si pelaut lugu. Then you've missed out on half of your life. Berarti, engkau telah menyia- nyiakan separoh dari hidupmu. Si pelaut merasa sangat terhina, tetapi tidak bisa menjawab. Dia tetap pada pekerjaannya sambil menunggu waktu yang tepat untuk membalas. 

Pada pertengahan perjalanan, datanglah badai, dan semakin berkecamuk. Inilah waktu yang tepat untuk balas dendam, gumamnya dalam hati. ( si pelaut) bertanya kepada professor yang sudah pucat pasih. Most revered master professor, do you know how to swim? Professor yang sangat terpelajar, apakah engkau bisa berenang? Tentu saja tidak, jawab professor terbata- bata! Sayang sekali, kalau demikian. Sekarang engkau akan segera menghabiskan seluruh sisa- sisa hidupmu. Kapal ini sebentar lagi tenggelam, dan hanya ada satu jalan keluar, berenang! Sekarang semua buku- buku (teori) berhargamu tidak dapat menolongmu. Engkau menilaiku sebagai seorang bodoh, idiot. Sekarang lihatlah dirimu terjebak ke dalam lumpur seperti seekor keledai. Rumi dalam kitab al- Matsnawi.

Sesungguhnya, setiap kita memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Pada suatu ketika kita adalah orang yang hebat, namun pada saat yang lain menjadi orang yang lemah tidak berdaya. Di situlah letak manusia membutuhkan lainnya, tidak dapat hidup sendiri, harus saling berbagi, menghormati, dan perduli.

Dalam Islam, kita diharuskan belajar karena kelak itu diperlukan untuk menyelamatkan hidup, diajarkan berbagi karena suatu saat kita memerlukan uluran tangan orang lain, diperintahkan untuk menolong karena kita lemah tidak mampu melakukan semua aspek sendiri, dituntut saling kasih sayang karena kita sama-sama dalam satu takdir yakni tidak sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar