Senin, 02 September 2019

TANTANGAN PAI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


STAI Al-Hamidiyah JAKARTA
DEPOK, 2 September 2019


Assalamualaikum Wr.Wb

الحمد لله الذي علم بالقلم علم علم الإنسان ما لم يعلم. اشهد ان لااله الا الله المالك الحق المبين واشهد ان محمدا رسول الله صادق الوعد الأمين. اللهم صل وسلم على سينا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ، أما بعد قال الله تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ.


Saat ini, kita tengah memasuki era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan terjadinya revolusi dalam bidang digital. Di era ini terjadi proses digitalisasi dalam segenap aspek kehidupan manusia. Perubahan yang sangat signifikan terjadi dari teknologi mekanik dan elektronik kepada teknologi digital berbasis jaringan nirkabel.
Revolusi digital telah mampu mengubah cara pandang, tatanan dan kultur manusia menjadi sangat kompleks. Hal ini disebabkan teknologi informasi sudah mengglobal, tingkat kompetisi pun semakin ketat.
Untuk itu, sarjana muslim harus mampu menjadikan perkembangan teknologi digital sebagai sebuah peluang yang berharga di masa mendatang. Teknologi digital harus mampu menjelma sebagai sarana mengembangkan ilmu, media melakukan perubahan sosial serta kontrol sosial.
Jika tidak demikian hallway, maka sarjana muslim akan mudah ditinggalkan zaman dengan segenap kompetensinya. Sebagaimana tersebut dalam sebuah idiom average is over, bahwa hal yang biasa-biasa saja akan ditinggal. Oleh karena itu diperlukan langkah extra-ordinary –luar biasa--untuk menjadi pribadi yang memiliki keunggulan kompetitif, sehingga menjadi “the winner”, pemenang.

Era Disrupsi
We have entered in revolutionary times, kata Bill Gates. Kita sedang memasuki era revolusi informasi. Revolusi informasi ditandai dengan adanya akselerasi teknologi IT dalam segala macam. Saat ini, kita sedang mengalami era disrupsi, kekacauan, gangguan. No ordinary disruption, saat ini dunia sedang terjadi kekacauan yang tidak biasa. Demikian hasil riset Richard Dobbs, James Manyika, and Jonathan Woetzel dalam buku terbarunya.
Ada empat perubahan yang sedang terjadi dan memengaruhi tatanan dunia global.
a.    Akselerasi teknologi informasi.
Terdapat 2/3 warga dunia yang memiliki android, hand phone dan mereka semua terkonek dengan internet. Tinggal 1/3 warga dunia yang tidak memiliki hand phone. Sekarang semua sudah on line system. Pengusaha Taxi konvensional, collaps dan bangkrut. Mereka kalah cepat dengan Uber car. Grab, Gojek, yang tidak perlu kantor luas. Tidak perlu memiliki motor dan mobil. Mereka hanya menyiapkan on line system. Tidak ada yang salah dari Nokia. Nokia hanya kalah cepat merespon kebutuhan pasar. Sehingga Nokia, hampir gulung tikar, dan disalib oleh Samsung. Blackberry sudah tidak kedengaran lagi. Sarjana dan mahasiswa era sekarang, berbeda dengan 20 tahun yang lalu. Mahasiswa dan sarjana era sekarang, sejatinya multitasking. Mereka bisa mengerjakan dua atau tiga pekerjaan dalam satu waktu.
b.    Aging population ( Populasi yang Semakin Menua).
Di China dan Jepang, seorang dewasa harus merawat enam orang tua. Kedua orang tuanya, dua mertuanya, dan dua orang kakek buyutnya yang masih hidup. Sehingga mereka kewalahan dalam merawat manula. Apa yang terjadi? Mereka merawat orang tua tersebut dengan bantuan robot. Robot lebih praktis merawat para manula daripada seorang pembantu atau perawat.
Bahkan laporan Majalah Tempo, Pebruari 2019, Korea Selatan mengalami Nestapa Para Lansia”. Korsel dengan kemewahan dan pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan, justeru mengalami problem lansia yang akut. Kalau di negeri kita, dikenal kenakalan remaja, di Korsel justeru mengalami ancaman kriminalitas (perampokan, pencurian, bahkan pembunuhan) yang dilakukan oleh para lansia. Mereka stress menanggung beban hidup yang demikian berat pada saat mereka sudah lanjut usia. Ini sangat memprihatinkan. Keadaan ini diperparah lagi dengan spirit Konfusianisme yang melemah, tetapi individualisme yang semakin menguat. Pertumbuhan penduduk atau angka kelahiran bayi demikian rendah, masih berkisar 0,09%.
Untuk mengantisipasi nestapa para lansia ini, Jepang sekarang sedang mengembangkan:....a prosperous human centered society , masyarakat yang terpusat pada kemakmuran manusia. Jepang sedang gencar-gencarnya mengembangkan teknologi untuk menolong para manula tadi. Dalam hal memenuhi kebutuhan keseharian, seperti kontrol makanan dan kesehatan, mereka cukup mengandalkan robot dan teknologi yang bisa memberikan informasi yang memadai tentang asupan makanan yang cocok dengan suhu pada hari itu.
c.     Urban Society.
Terdapat 440 kota di dunia ini yang menentukan mobilitas tenaga- tenaga profesional dan lajunya perekonomian dunia. Tianjin, China, Tokyo, Jepang, dst. Sejatinya pendidikan yang modern tidak hanya menyasar masyarakat pedesaan, tetapi juga masyarakat kota. Sehingga, keterampilan adalah suatu kemestian. Apalagi dengan iklan Google, rekasasa IT yang mencari karyawan tanpa ijazah. Ini sesuatu yang mengejutkan dunia pendidikan yang selama ini mementingkan ijazah. Ijazah adalah azimat yang merupakan syarat utama dan pertama para pencari kerja. Job seeker sebelum mereka diterima pada suatu instansi atau perusahaan harus terlebih dahulu menunjukkan ijazah yang telah diraihnya. Google tidak memetingkan ijazah. Google memerlukan skill yang dimiliki oleh calon karyawan. Apakah ini merupakan lonceng kematian perguruan tinggi? KKN harus juga menyasar warga kota. Tidak hanya berorientasi ke desa. Sehingga mereka harus memiliki global dexterity, dan plan of prosperity. Ketangkasan global dan kemampuan untuk merencanakan kesejahteraan hidupnya di masa depan.
d.    Capital, people, investmen.
Dengan melihat sejumlah perubahan revolusioner di atas, perguruan tinggi harus menerapkan strategi baru dalam merespon tuntutan zaman.
Menteri Pendidikan tinggi dan sains Malaysia telah menerapkan kebijakan 2 U and 2 I. Two years in university, and two years in industry. Mahasiswa dua tahun menerima teori di bangku kuliah, dan dua tahun langsung terjun di dunia industri atau masyarakat. Robert W. McChesney and John Nichols dalam bukunya: People Get Ready the Fight Against a jobless economy and a citizenless democracy, 2016. Bahwa The future is now. Masa depan itu dirancang dan ditentukan sekarang. Masa depan itu ya sekarang. Tidak ada yang bisa menentukan takdir, tetapi kita bisa menemukannya dengan cara berlari kencang.
Sekarang kita sedang mengalami “dislokasi agama”. Halmana, otoritas ulama dan tokoh-tokoh agama “didisrupsi”. Muncul “ulama-ulama baru” yang juga berkeinginan “merebut” panggung tokoh-tokoh lama (tua). Tokoh-tokoh agama yang memiliki keilmuan yang mumpuni “kehilangan” pasar dan daya pikat.  Hoaks atas nama agama juga berseliweran di medsos tanpa klarifikasi dari pemegang otoritas keilmuan. Umat menjadi galau dan gelisah. Kita khawatir, jangan sampai Indonesia mengalami “kekosongan spiritual” (spiritual avoid) sebagaimana halnya China sekarang ini. Orang memilih tidak beragama karena agama sudah tidak bisa mencerahkan kehidupan sosial mereka.

Era Kompetisi

Dalam dunia bisnis, persaingan adalah sebuah kemestian. Kalau tidak mampu bersaing, maka sebuah perusahaan akan ditinggal pelanggannya. Sebentar lagi perusahaan tersebut akan collaps. Dalam persaingan yang terpenting adalah berusaha untuk membentuk kompetitif, untuk mengendalikan nasib kita sendiri.
Memasuki abad ke 21, kita dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak akan pentingnya memiliki strategi dan visi yang jelas mengenai cara menampilkan diri yang unik dan berbeda dengan yang lain. Kalau tidak, kita akan ditelan hidup-hidup oleh persaingan yang semakin sengit.
Keunikan dan diferensiasi sangat penting dalam sebuah persaingan. Bahkan sangat boleh jadi persaingan itu dimaknai sebagai pertarungan dalam pengertian yang positif. Untuk itulah dibutuhkan strategi yang jitu.
Visi kita adalah untuk mewujudkan pendidikan Islam yang unggul, moderat dan menjadi referensi pendidikan Islam dunia. Kita harus fight untuk mewujudkan competitiveness pendidikan Islam. Daya saing pendidikan Islam sedang dilirik, baik secara nasional maupun internasional. Orientasi program dan kegiatan kita harus mengarah pada visi dan misi tersebut.
Untuk Mewujudkan pendidikan Islam menjadi rujukan Islam dunia, maka Karakteristik dan distingsi pendidikan Islam harus dikedepankan.


Posisi Perguruan Tinggi di Era Akselerasi

Era revolusi IT adalah era akselerasi. Semua serba sibuk dan berlangsung serba cepat. Siapa yang lambat akan terlindas oleh zaman. Ibarat naik kereta super cepat, telat satu menit akan tertinggal, dan berdampak beberapa jam kemudian. Kita harus berlari kencang. Seperti seekor kijang yang hendak diterkam harimau. Pilihannya hanya dua: Berlari kencang dan selamat.  Atau lambat, dan mati diterkam harimau.
Sekarang serba cepat. Semua orang mengalami busy, super sibuk.
Itulah ciri Digital population; Populasi digital.
Bahwa fasilitas dan sarana digital sebagai sarana yang terbaik. Sebab, dengan buku digital, lebih murah, dan lebih cepat. Teknologi adalah alat untuk kemashlahatan. Teknologi harus familiar dengan kita semua. Seperti seirang bapak kalau tertinggal dompetnya pasti tidak balik. Kalau hpnya yang tertinggal, pasti balik.

Selanjutnya, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran kita untuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi, di antaranya:
1. Rendahnya Literasi
Indonesia sudah 72 tahun merdeka. Tetapi menurut data masih terdapat sekitar 5,9 juta warganya yang buta huruf. Jawa Timur memiliki angka tertinggi buta aksaranya, sekitar 1.458.184. Meskipun mereka ini melek terhadap aksara arab gundul.
Secara internasional, UNESCO melancarkan gerakan Reading the Past, Writing the Future. Agar warga dunia terbebas dari buta huruf ini.
Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia, kata Nelson Mandela. Kita harus melakukan terobosan untuk menghapus buta aksara ini. Dan patut dicatat, buta aksara melanda hampir semua negara- negara berkembang dan masyarakat muslim. Buta aksara atau literasi masih menjadi masalah yang masif melanda dunia muslim. Rata- rata wilayah yang lebih dikenal sebagai "Bulan Sabit" masih mengalami problem rendahnya literasi.
Rendahnya literasi keagamaan menjadi problem lanjutannya. Bahwa umat kita pada grassroot, akar rumput memiliki pemahaman keagamaan yang belum memadai. Memahami ajaran dan ujaran keagamaan secara "hitam-putih" masih tinggi. Cara pandang agama semacam ini  sangat berbahaya masih keberlangsungan demokrasi dan Islam rahmatan li al- 'alamin.
Kampus harus bergegas merespon perkembangan zaman dan berikhtiar untuk mencetak intelektual publik. Sarjana muslim harus tampil pada garda terdepan dalam menyuarakan Islam moderat, santun, dan menyebarkan kedamaian. Sarjana kita harus terus mengedukasi masyarakat dalam arti sesungguhnya. Bahwa peran-peran profetik semacam harus menjadi bagian yang inheren dalam tugas dan tanggung jawab kita sebagai sarjana muslim.

2. Pendidikan Karakter
Dewasa ini kita menyadari betapa pentingnya memasukkan pendidikan karakter dalam kurikulum. Setidaknya ada tiga landasan pendidikan karakter (character-building education). yakni:
a)    memasukkan nilai-nilai humanisme, seperti saling menghargai dan menghormati antar sesama. Jepang barangkali bisa menjadi contoh dalam pendidikan karakter yang dimulai sejak pendidikan usia dini. Halmana tradisi dan nilai-nilai luhur mereka tidak tergerus oleh modernitas. Integritas, kejujuran, tanggung jawab, menghormati yang lebih senior, sportifitas, nilai malu terintegrasi dalam kurikulum pendidikan mereka.
b)    mengembangkan karakter keilmuan, yakni dengan menciptakan curiosity, rasa ingin tahu yang tinggi (search of inquiry), sehingga ilmu, kreatifitas dan inovasi dapat berkembang; dan
c)    menanamkan kecintaan dan kebanggaan kepada Indonesia. Pancasila, UUD 1945, Persatuan Indonesia, NKRI adalah pilar-pilar kebangsaan kita dan sudah final.

What Next?
Di era revolusi industri 4.0 ini, kita harus mampu menjawab tantangan atas pesatnya perkembangan pendidikan tinggi tersebut dengan berbagai dinamikanya. Kita harus mampu melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan peluang dalam proses industrialisasi teknologi digital ini. Peningkatan kualitas dosen merupakan sebuah keniscayaan yang perlu mendapat perhatian serius dalam mengimbangi derasnya perkembangan keilmuan dan teknologi. Bentuk perhatian bisa dikembangkan dalam bentuk publikasi karya ilmiyah secara simultan. Hal ini penting dilakukan agar bisa mendapatkan recognition yang memadai, baik secara nasional, regional maupun internasional.
Pembenahan infrastruktur kampus juga harus terus dilakukan agar proses pengembangan ilmu dan pembelajaran di kampus dapat berjalan dengan baik. Pembenahan sarana dan prasarana merupakan faktor urgen untuk menunjang keberhasilan berbegai program akademik di perguruan tinggi.
Selain itu Perguruan Tinggi  Keagamaan Islam (PTKI) harus berada pada garda terdepan dalam menyuarakan moderasi Islam. Pimpinan PTKI harus secara tegas menolak berbagai bentuk gerakan dan kegiatan yang mengarah pada radikalisme agama dan berujung pada pelemahan pilar-pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

 Wassalamualaikum Wr.Wb.

Dr. Muhammad Zain, M.Ag

Tidak ada komentar:

Posting Komentar