Jumat, 31 Juli 2020

NASEHAT KEMATIAN


Terdapat beberapa kelompok manusia dalam memandang kematian. Ada manusia yang yakin bahwa kematian pasti datang dan itu merupakan pintu gerbang menuju hari pembalasan atas setiap amal perbuatannya. Umat Islam dan beberapa agama lainnya meyakni hal itu, sehingga amal perbuatan yang dilakukan merupakan perwujudan atas keyakinan bahwa semua itu akan ada balasannya. Kelompok lain, ada manusia yang yakin akan datangnya kematian namun hal itu tidak ada pengaruh apapun, mati ya mati setelah itu selesai. Kelompok ini adalah orang ateis hedonis. Mereka tidak percaya adanya Tuhan, tidak ada hari pembalasan, dan hidup di dunia adalah akhir dari segalanya. Kelompok ini berusaha mencapai kenikmatan apapun yang diinginkan di dunia karena tidak ada kenikmatan setelah hidup. Atas keyakinnya, mereka tidak segan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri apabila merasakan kesulitan ekonomi, kesehatan, dan problem duniawi lainnya. Kelompok terakhir adalah meyakini bahwa kematian dapat ditolak dengan cara membuat obat/vaksin sehingga dapat mempertahankan umur manusia, baginya hidup lebih baik daripada mati. Atas keyakinannya, kelompok ini terus berusaha mengembangkan riset yang didukung “google” dengan harapan usia manusia nanti akan mencapai 150 tahun bahkan 500 tahun.
Sebagai muslim, kita percaya dengan kematian dan hari pembalasan. Kematian merupakan perpindahan dari alam dunia ke alam kubur menuju alam akhirat dimana setiap kita akan menerima balasan atas perbuatan yang kita kerjakan. Jika tidak ada kematian, maka tentu tidak ada hari pembalasan. Dengan demikian, akan terjadi hukum rimba siapa kuat, siapa menang, dan siapa dholim akan mengalahkan yang lemah tanpa pertolongan. Tapi dengan adanya kematian dan alam lanjutan setelah dunia, kita semua akan dihadapkan pada peradilan sebagai pertanggungjawaban atas setiap tindakan.
Malaikat Jibril pernah memberikan nasehat kepada Nabi Muhammad SAW tentang kematian :
  1. ‘Isy ma syi’ta fainnaka mayyitun. Hiduplah semaumu, sesunggunya engkau akan mati. 
  2.   Ahbib ma syi’ta fainnaka mufaariquhu. Cintailah apapun sesukamu, sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. 
  3.   I’mal ma syi’ta fainnaka majzii bihi. Lakukan apa saja yang engkau mau, sesungguhnya semua akan ada balasannya.
Tiga nasehat di atas, mengajarkan kita untuk selalu ingat mati, karena itu adalah masa depan yang pasti. Suka tidak suka pasti akan datang kapanpun dan dimanapun tanpa sepengetahuan manusia. Selain itu juga mengajarkan tentang cinta kita pada gemerlapnya dunia yang segera akan kita tinggalkan. Apa yang kita miliki semua pasti berpisah dan tidak akan memberikan pertolongan kepada kita di alam kubur dalam akhirat selain amal baik yang kita kerjakan. Hal ini sebagaimana nasehat yang ketiga bahwa apapun yang kita lakukan pasti ada balasannya. Kita diingatkan untuk terus menabung amal baik sebagai bekal kita kelak.
Sebagai cermin kita di dunia, bahwa hasil riset tentang banyaknya villa mewah di berbagai wilayah ternyata hanya 30 persen pemanfaatannya, perabot rumah tangga yang kita miliki hanya 30 persen yang kita gunakan setiap hari, speed kendaraan yang kita miliki baik mobil maupun motor hanya 30 persennya kita gunakan dalam berkendaraan, HP yang kita bawa-bawa setiap hari hanya 30 persen fasilitas yang tersedia di dalamnya yang kita manfaatkan selebihnya mubazir, harta yang dimiliki manusia juga hanya 30 persen yang dinikmati, sisanya dipersiapkan untuk diwariskan. Jika apa yang kita miliki di dunia hanya 30 persen yang kita gunakan, maka berapa persenkah energy yang kita miliki untuk dipersiapkan bagi kehidupan di akhirat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar