Sabtu, 23 Januari 2016

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS





A.    Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Pada hakekatnya manusia tidak terlepas dari penelitian. Secara sederhana, aktivitas sehari-hari seperti transportasi, jual beli, dan transaksi yang kita lihat dan amati merupakan kegiatan penelitian, yaitu memperhatikan atas apa yang terjadi kemudian menyimpulkannya.
Meneliti adalah mencari data yang teliti dan akurat. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis kemudian disajikan dan diberikan pembahasan. Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Apabila hipotesis penelitian atau asumsi yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek apakah ada yang salah dalam tahapan pelaksanaan penelitian, yaitu pembuatan rumusan masalah, penggunaan teori, instrumen, proses pengumpulan, dan analisis data.
Penelitian dalam ilmu pendidikan diinspirasi oleh Filsuf John Dewey (1910), penelitian tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi Amerika bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lainnya seperti Stephen Kemmis, Robbin McTaggart, John Elliot, dan Dave Ebbutt. Sedangkan di Indonesia penelitian tindakan kelas mulai dikenal pada tahun 1980an.
Dalam standar nasional pendidikan (2005) terdapat empat kompetensi guru, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi kependidikan, kompetensi professional, dan kompetensi  sosial. Melakukan penelitian merupakan kategori kompetensi professional yang sangat dianjurkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan baik proses maupun output-nya.
Dari segi harfiah penelitian berarti suatu kegiatan melihat, mencermati dan mengamati suatu obyek dengan menggunakan metodologi tertentu untuk mendapatkan informasi atau data yang akurat. Tindakan, berarti suatu upaya, perlakuan atau kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki sesuatu; dan kelas berarti sekelompok siswa yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dalam waktu dan area tertentu baik di dalam maupun diluar ruangan. Secara sederhana PTK adalah penelitian yang dilakukan guru dalam bentuk tindakan tertentu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di sebuah kelas. Penerapan tindakan tersebut diharapkan berujung pada perbaikan mutu pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas dalam istilah asingnya dikenal dengan sebutan “ Classroom Action Research (CAR), yang jika diurai satu per satu adalah :
  1. Penelitian, berarti suatu kegiatan melihat, mencermati dan mengamati suatu obyek dengan menggunakan metodologi tertentu untuk mendapatkan informasi atau data yang akurat.
  2. Tindakan, berarti suatu upaya atau kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tahapan yang sesuai dengan tujuan.
  3. Kelas, berarti sekelompok siswa yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dalam waktu dan area tertentu baik di dalam maupun diluar kelas.
Beberapa ahli mendefinisikan makna penelitian tindakan kelas yang serupa seperti berikut:
  1. John Elliot : Penelitian tindakan kelas adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan yang didalam prosesnya telah dilakukan telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
  2. Kemmis dan McTaggart : Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk refleksi kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek-praktek tersebut terhadap situasi tempat dilakukannya praktek tersebut.
  3. Siswoyo Harjodipuro : Penelitian tindakan kelas adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melaui perubahan dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktek mengajarnya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata kunci dalam penelitian tindakan kelas adalah kemauan guru untuk mengintrospeksi, bercermin, merefleksi dan mengevaluasi dirinya sendiri sehingga kemampuan mengajarnya berkembang menjadi lebih professional.

B.    Manfaat Dan Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Secara umum, penelitian yang dilakukan oleh guru memiliki banyak manfaat baik secara individual maupun kelembagaan. Diantara kepentingan melakukan penelitian adalah :
1.     Demi Profesionalisme
Karena profesi tidak dapat dilepaskan dari ilmu pengetahuan, maka upaya peningkatannyapun harus dilakukan secara sistematis dan obyektif sebagai esensi ilmu, yang salah satunya melalui penelitian sebagai media dalam meningkatkan profesionalisme pada profesi apapun termasuk guru.  Hal ini seperti tuntutan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional noor 16 tahun  2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang menunutut guru mampu mengembangkan kompetensinya salah satunya melalui penelitian tindakan.
Selain itu, guru merupakan profesi yang merupakan aplikasi dari ilmu yang harus dikembangkan secara keilmuan pula, seperti dikatakan Wirawan (2001: 9) bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi apabila memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Merupakan pekerjaan penuh, artinya pekerjaan tersebut diperlukan oleh masyarakat agar masyarakat dapat melaksanakan fungsinya, 2. ilmu pengetahuan, artinya untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu pengetahuan atau sains, 3. aplikasi ilmu pengetahuan, artinya bahwa profesi merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk mengerjakan, menyelesaikan dan membuat sesuatu.
2.     Demi evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Evaluation”, yaitu suatu tindakan atau suatu proses menentukan nilai tentang sesuatu. Contohnya: rerata siswa cukup baik memahami mata pelajaran Bahasa Inggris. Kalimat cukup baik ini merupakan penilaian dari rentang skor antara 5,5 – 7,0 yang merupakan hasil pengukuran penelitian. Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan sebagai bagian dalam proses evaluasi tentang keberhasilan proses pembelajaran sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan selanjutnya.
3.     Utility ( Kegunaan tertentu )
Bahwa penelitian tidak hanya berguna dalam bidang pendidikan, akan tetapi hampir semua disiplin ilmu memerlukannya. Oleh karena itu, segala aspek kehidupan kita memerlukan tindakan penelitian, hanya saja ruang lingkupnya yang berbeda, ada penelitian sedehana dan ada penelitian yang sangat luas. Kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru sangat bermanfaat untuk perbaikan proses pendidikan yang memiliki manfaat dan tujuan sebagai berikut :
  1. Sebagai angka kredit bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil untuk kepentingan kenaikan pangkat. Bersamaan dengan itu, lahirnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya yang efektif diberlakukan 1 Januari 2013 menuntut kemampuan guru melakukan penelitian tindakan kelas sebagai salah satu bentuk karya ilmiah untuk persyaratan kenaikan pangkat dari satu jenjang ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi.
  2. Pengembangan profesionalisme guru sehingga dapat melakukan aktivitas edukatif secara professional. Profesi guru menuntut pembaharuan penguasaan keilmuan secara terus menerus seiring dengan laju percepatan perkembangan keilmuan yang tidak terbatas.
  3. Meningkatan mutu pendidikan ( isi, proses, dan hasil ) melalui penelitian praktis sebagai upaya problem solving terhadap kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Tuntutan peningkatan mutu pendidikan merupakan kemutlakan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kebutuhan daya saing global yang tidak dapat diindahkan.
  4.  Menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah dengan harapan terjadi perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Budaya akademik perlu diciptakan guna mendorong peningkatan kemampuan professional guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses dan output pendidikan.

C.    Prinsip dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
            Berbagai pertimbangan dalam penelitian perlu diupayakan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan harapan, terdapat tiga aspek yang menyangkut cakupan yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penelitian, yaitu:
1.   Width (kelebaran informasi yang relevan)
Penelitian memerlukan data untuk dibuat generalisasi, data penelitian berupa informasi dalam bentuk angka maupun pernyataan. Jenis, jumlah dan luasnya informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sangat bergantung pada tujuan apa yang direncanakan dalam penelitian. Semakin luas tujuan yang direncanakan maka semakin kompleks pula informasi atau data yang diperlukan, semakin banyak waktu yang dibutuhkan, semakin besar biaya yang diperlukan. Dengan demikian harus ada keseimbangan antara tujuan dangan data yang dianalisis, yaitu dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan waktu, biaya, tenaga dan data yang harus disiapkan.
2.   Depth (kedalaman pembahasan)
Disamping keluasan data atau informasi, penelitian memerlukan kedalaman analisis untuk menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana. Dalam penelitian tindkan kelas tidak hanya menjawab apa akan tetapi lebih baik lagi menjawab ”bagaimana” bahkan ”mengapa”. Kedalaman pembahasan dalam penelitian sangat bergantung pada tujuan yang direncakan dan kemampuan peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh serta selama peneliti melakukan observasi di lapangan.
3.   Duration (Cukup waktu / tidak asal membuat penelitian)
Kecukupan waktu penelitian berkaitan dengan perencanaan penelitian yang menyangkut luas tidaknya obyek, dana yang dibutuhkan, dan analisis terhadap masalah yang ditemukan. Hal ini berarti bahwa dalam penelitian tidak hanya melaporkan hasil akan tetapi kebermaknaan dari hasil penelitian itu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan maupun upaya perbaikan lembaga secara operasional.
Penelitian tindakan kelas bagi guru tidak lepas dari prinsip-prinsip ilmiah seperti dalam penelitian lainnya, akan tetapi penelitian tindakan kelas ini memiliki karakteristik tersendiri, diantaranya yaitu :
  1. Kegiatan yang dilakukan pengamatan atau penelitian adalah kegiatan nyata dalam situasi rutin belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas pembelajaran.
  2. Obyek penelitian dalam PTK adalah kelompok siswa dalam kelas pembelajaran sehingga semua siswa yang ada dalam kelas tersebut menjadi obyek penelitian tanpa harus dilakukan sampling. Jadi dalam PTK tidak ada istilah populasi dan sampel.
  3. Dituntut adanya kesadaran guru untuk berupaya memperbaiki pola belajar mengajarnya sehingga proses pembelajaran semakin berkualitas yang pada akhirnya output pendidikan dapat dicapai dengan lebih baik. Sikap terbuka ini menjadi kunci adanya sharing antarguru atau dengan lainnya serta budaya akademis yang memungkinkan sikap saling menerima dan memberi informasi terkait dengan perkembangan pendidikan.
  4. Analisis SWOT sebagai dasar berpijak dalam melakukan penelitian tindakan, yaitu dengan mengidentifikasi faktor internal berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki individu maupun lembaga, dan faktor eksternal berupa tantangan (threat) dan peluang (opportunity) sehingga mendorong perlunya penelitian dengan melakukan percobaan dan upaya-upaya yang lebih baik.
  5. Dilakukan secara empiris dan sistematik untuk mengetahui kondisi riil yang terjadi di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan nyata dalam kelas dengan tidak mengubah jadwal dan jumlah jam belajarnya, oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, PTK harus direncanakan secara sistematis agar mendapatkan data yang sebenarnya dan target pembelajaran dalam program semester tidak terganggu.
  6. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam beberapa siklus dan setiap siklus terdiri dari beberapa pertemuan / tatap muka. Banyak sedikitnya jumlah siklus dalam PTK sangat bergantung pada besaran materi pelajaran pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar serta ketersediaan waktu. Dalam satu kali penelitian, minimal terdiri dari 2 siklus dan setiap siklusnya 2 kali tatap muka jadi total pertemuan siklus 1 dan 2 sebanyak 4 kali pertemuan. Akan tetapi menurut kebiasaan yang umum terdiri dari minimal 2 siklus dan setiap siklusnya 3 kali pertemuan sehingga jumlah pertemuan pada siklus 1 dan 2 sebanyak 6 kali pertemuan.
  7. Perencanaan penelitian tindakan kelas mengikuti prinsip “SMART”, yaitu:
    1. Specific, yaitu materi yang dijadikan focus penelitian tidak terlalu terlalu umum sehingga sulit menjangkaunya
    2. Managable, yaitu proses pelaksanaan penelitian dapat dikelola dan dilaksanakan secara baik dengan tidak mengurangi inti dari proses pembelajaran tersebut.
    3. Acceptable, yaitu materi dan proses pelaksanaan penelitian dapat diterima lingkungan seperti guru, siswa, dan kepala sekolah atau dapat dicapai menghasilkan sesuatu untuk kebaikan proses pembelajaran.
    4. Realistic, yaitu mudah dijangkau oleh peneliti dan memungkinkan untuk dilakukan penelitian
    5. Timebound, yaitu berada dalam kurun waktu tertentu sesuai jadual yang memungkinkan dilakukan penelitian.

C. Komponen Kajian Dalam Penelitian Tindakan Kelas
      Fokus penelitian tindakan kelas terbatas pada aspek-aspek yang terkait dengan proses pembelajaran di kelas, jadi tidak diperbolehkan melebar pada permasalahan umum yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran, yaitu meliputi :
  1. Siswa, dapat dijadikan subyek penelitian dengan melakukan pengamatan ketika mereka sedang mengikuti pelajaran, sedang kerja bhakti, sedang mengerjakan tugas sekolah, sedang melakukan praktikum.
  2. Guru, dapat dijadikan subyek penelitian dengan melakukan pengamatan ketika sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa melakukan praktikum,  sedang menggunakan media pembelajaran, sedang membuat administrasi sekolah seperti RPP dan silabus.
  3. Peralatan, bisa dijadikan obyek penelitian ketika guru sedang mengajar dengan menggunakan alat tertentu seperti media audio visual, media mikroskop, bahan permainan.
  4. Hasil pembelajaran, dapat dijadikan obyek penelitian dengan mengamati produk yang dihasilkan oleh siswa setelah berlatih dalam pembelajaran dengan menggunakan media atau metode tertentu.
  5. Lingkungan, dapat dijadikan obyek penelitian dengan mengamati kondisi lingkungan kelas dan sekolah.

D.    Tahapan Dalam Penelitian Tindakan Kelas
Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, karena pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Karena penelitian, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya saja untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Sumber masalah untuk sebuah penelitian dapat diketahui atau dicari apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:
1.     Terdapat penyimpangan antara harapan dan kenyataan
2.     Terdapat penyimpangan antara apa yang direncanakan dengan fakta yang terjadi
3.     Ada pengaduan
Dalam kasus pembelajaran, masalah dapat dilihat dari apa yang terjadi pada proses atau hasil belajar semester sebelumnya. Jika ada penyimpangan atau ada pengaduan, maka disitu terdapat masalah yang mungkin dilakukan sebuah penelitian tindakan, misalnya proses pembelajaran cenderung pasif, minat siswa mengikuti proses pembelajaran rendah, kemampuan siswa dalam belajar menurun, maka semua itu adalah masalah yang bias dijadikan fokus penelitian.
Setelah ditemukan masalah secara pasti, misalnya kita ambil masalahnya adalah siswa pasif dalam proses pembelajaran (ini disebut dengan variabel dampak, artinya kepasifan siswa pasti disebabkan oleh sesuatu faktor), kemudian langkah selanjutnya adalah menginventarisir berbagai hal yang dapat dijadikan solusi mengatasi kepasifan siswa dalam proses belajar mengajar  misalnya adalah metode yang menarik dan media yang menyenangkan (ini disebut dengan variabel perlakuan, artinya dengan menggunakan metode atau media belajar tersebut dimungkinkan dapat merubah siswa menjadi lebih aktif).
Sebuah perlakuan atau tindakan harus diuji keberfungsiannya sampai meyakinkan. Dalam penelitian experimental dibangun kelompok kontrol untuk meyakinkan bahwa sebuah perlakuan benar-benar berfungsi. Untuk tujuan yang sama dalam PTK dilakukan tindakan berulang-ulang. Karena PTK bertujuan memperbaiki maka tidakan kedua merupakan perbaikan dari tindakan pertama, dan tindakan ketiga merupakan perbaikan dari tindakan kedua. Begitu seterusnya sampai ditemukan perubahan/perbaikan signifikan pada peserta didik. Jadi dalam PTK pengulangan tindakan bukan berarti mengulang-ngulang tindakan melainkan memperbaiki tindakan sehingga dampaknya lebih baik.
Dalam PTK satu kali melakukan tindakan disebut satu siklus. Yang dimaksud satu siklus adalah rangkaian kegiatan penelitian yang terdiri dari 4 langkah yaitu planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan) dan reflecting (refleksi). Dalam PTK dilakukan minimal 2 siklus dan dalam satu siklus terdiri dari minimal dua pertemuan pembelajaran. Jumlah siklus diakhiri ketika peneliti merasa sudah mendapatkan perbaikan sesuai dengan harapan.
Siklus PTK oleh Kemmis dan McTaggart digambarkan dalam skema berikut.


Description: http://dc371.4shared.com/doc/LWuB47t3/preview_html_m4923866c.jpg
Skema di atas menggambarkan sebuah penelitian bersikulus dengan setiap siklus terdiri dari 4 langkah/kegiatan yang sambung menyambung. Ketika seorang guru memiliki keresahan mengenai pembelajaran maka segera ia mengajak beberapa kawan (kolaborator) untuk merencanakan PTK. Setelah perencanaan selesai maka ia melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Sementara dalam pelaksanaan tersebut itu para kolaborator bertindak sebagai observer untuk merekam kegiatan yang terjadi. Rekaman kejadian yang dihasilkan oleh para obeserver menjadi data penelitian. Tindakan dalam satu siklus minimal 2 pertemuan pembelajaran yang dilakukan dengan cara yang sama. Meskipun dalam skema digambarkan bahwa kegiatan acting dan observaing posisinya berurutan namun dalam pelaksanaan kedua kegiatan tersebut dilakukan bersamaan. Ketika guru peneliti melakukan acting maka para observer melakukan kegiatan observing.
Setelah pertemuan dalam satu siklus selesai dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Dalam kegiatan reflski peneliti dan para kolaborator berkumpul untuk membahas data yang diperoleh dalam kegiatan acting dan observing. Data dikaji sedalam mingkin sehingga teridentifikasi apa kebelihan dan kekurangannya. Kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama merupakan bahan untuk merumuskan poin-poin rekomendasi. Rekomendasi yang dihasilkan akan digunakan untuk perencanaan siklus kedua sehingga tindakan pada siklus kedua lebih baik dari siklus pertama. Rangkaian kegiatan tersebut dilakukan pada siklus berikutnya. Hal-hal yang harus dilakukan pada setiap tahapan dalam setiap siklus sebagai berikut:
  1. Menyusun rancangan tindakan (planning), yaitu menjelaskan tentang tentang APA penelitiannya dengan menentukan judul penelitian sesuai dengan masalah yang sudah ditemukan di atas, MENGAPA dilakukan penelitian tentang masalah itu, KAPAN penelitian tersebut dilaksanakan apakah semester ganjil atau genap dan kapan akan dimulai sesuai dengan urutan materi dalam semester tersebut, DIMANA dilakukannya, apakah di sekolah A atau kelas B, dan SIAPA yang ditelitinya, apakah kelas A atau kelas B.
Dalam melakukan perencanaan, hal-hal yang dilakukan diantaranya adalah menentukan:
a)      Temat, waktu dan subjek
b)      Model PTK yang akan dignakan
c)      Jumlah siklus dan jumlah pertemuan dalam setiap siklus
d)      Materi ajar atau kompetensi dasar
e)      Kriteria keberhasilan
f)       Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tindakan yang telah ditetapkan
g)      Media dan sumber belajar yang dibutuhkan
h)      Instrumen yang dibutuhkan untuk merekam data penelitian
i)       Daftar hadir

  1. Pelaksanaan tindakan (acting), yaitu pelaksanaan dari perencanaan di atas yang telah dibuat dan diagendakan. Pada tahapan ini, penelitian dilakukan dalam kelas pembelajaran sesuai dengan jadwal yang tersedia dan rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan dan observasi dilakukan bersamaan. Dalam langkah ini peneliti dan kolaborator berkumpul di kelas tempat subjek penelitian. Penelitin melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan sealamiah mungkin dan observer hadir di kelas dan mengambil posisi di sekitar siswa untuk merekam kegiatan. Tugas observer hanya merekam data, tidak berhak untuk mengintervensi pembelajaran. Diupayakan agar para observer soptimal mungkin tidak mengganggu kealamiahan pembelajaran.
  2. Pengamatan (observing), yaitu melakukan pengamatan dari proses yang dilakukan selama tindakan berlangsung kemudian mencatat apa yang terjadi sebagai data yang ditemukan. Proses pengamatan ini sebaiknya dilakukan oleh observer (bisa rekan kerja, kepala sekolah, pengawas atau lainnya) yang  bertugas mengamati setiap kerjadian yang ada selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan pengamatan ini dilakukan sesuai dengan prosedur dan perencanaan yang dibuat menyangkut apa yang diamati dan bagaimana melakukan pengamatannya sesuai dengan kesepakatan peneliti. Berikut ini beberapa rambu bagi para observer:
a)   Setelah memasuki ruangan kelas dengan tertib, semua observer hendaknya tidak lagi keluar masuk kelas, dan bersiap mengamati pembelajaran dengan menempatkan diri pada posisi yang paling tepat untuk mengamati siswa. Posisi yang tepat adalah di depan atau di samping siswa, sehingga observer dapat memperhatikan gerak-gerik dan raut wajah siswa ketika belajar.
b)  Observer dapat berpindah posisi pengamatan jika perlu, misalnya mendekat ke siswa dalam kelompok, namun jangan sampai mengalihkan perhatian siswa dari belajar atau menghalangi pandangan siswa.
c)   Pada awalnya, disarankan agar setiap pengamat berlatih mengamati satu kelompok atau beberapa siswa saja. Namun jika sudah merasa lebih mahir, observer dapat mengamati beberapa kelompok lain atau mengamati siswa dalam kelas secara keseluruhan.
d)  Selain mengamati aktivitas belajar siswa, observer juga harus memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara proporsional. Jika pandangan semua pengamat mengarah pada guru, maka dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman atau “grogi” pada guru model.
e)   Tidak membantu guru peserta dalam proses pembelajaran dalam bentuk apapun. Misalnya ikut membagikan LKS, menenangkan siswa, dan lain-lain. Biarlah guru melakukan tugasnya secara mandiri dan terbebas dari intervensi siapapun. Observer bukan bagian dari ”team teaching”.
f)   Tidak membantu siswa dalam proses pembelajaran, misalnya mengarahkan pekerjaan siswa atau bertanya sesuatu kepada siswa yang sedang belajar. Jika siswa bertanya kepada Anda (sebagai pengamat), katakan agar siswa bertanya langsung pada guru.
g)  Tidak mengganggu pandangan guru/siswa selama pembelajaran. Jika Anda sedang mendekati siswa dalam kelompok atau berada di tengah-tengah kelas, kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan arahan secara klasikal maka segeralah menepi agar tidak mengganggu pandangan siswa.
h)  Tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, misalnya berbicara dengan pengamat  lain, keluar masuk ruangan, dll.
i)    Jika menggunakan kamera untuk mengambil gambar kegiatan belajar (guru/siswa) lampu kilat (flash) hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera dapat mengganggu atau menghentikan konsentrasi belajar siswa.
j)    Gunakan lembar pengamatan yang tersedia untuk mencatat hasil pengamatan Anda. Jika fenomena yang diamati tidak tercantum dalam bagian lembar observasi, pengamat dapat menambahkannya sebagai catatan tambahan.
k)  Pengamat harus melakukan pengamatan secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran.
l)    Selain mengamati aktivitas siswa dalam belajar,  observer juga perlu membuat catatan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Data ini kemudian digabungkan dan dikonfirmasi dengan data hasil pengamatan observer.

  1. Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dalam rangka mengevaluasi aspek-aspek yang sudah dan yang belum dilakukan. Dalam refleksi ini, dibahas dan didiskusikan berbagai temuan, kendala dan kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga dapat ditemukan solusi dan cara mengantisipasi temuan tersebut, kemudian dibuat perencanaan siklus berikutnya berdasarkan hasil diskusi antara observer dengan peneliti. 
Stelah satu siklus selesai peneliti dan observer berkumpul di sebuah tempat untuk melakukan kegiatan refleksi. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas data yang diperoleh selama satu siklus. Sebaiknya ada seorang kolaborator yang memimpin diskusi dan seorang untuk sekretaris/notulen yang merangkap juga sebagai anggota.
Pada dasarnya forum refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi formal, namun non formal juga tidak masalah yang penting mengarah kepada tujuan.
Orang pertama harus berbicara adalah peneliti untuk menyampaikan kesan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan dalam siklus tersebut. Selanjutnya setiap kolaborator menyampaikan tanggapan masing-masing dan dibahas secara tuntas. Kegiatan refleksi harus membahas data terkait dengan rumusan masah masalah yang telah diajukan.
Kegiatan refleksi harus dapat mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan dan hasil dari kegiatan refleksi adalah rekomendasi. Rekomendasi tersebut akan digunakan sebagai landasan untuk perencanaan pada siklus berikutnya.

 Setelah selesai dilakukan penelitian, selanjutnya adalah membuat laporan hasil penelitian lengkap mencakup bagian muka, bagian isi dan bagian lampiran. Kelengkapan isi laporan ini disusun seperti tergambar dalam struktur isi laporan sebagaimana dijelaskan pada bab selanjutnya.

Daftar Bacaan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Untuk Guru, Kepala Sekolah dan
          Pengawas. Cetakan pertama. Yogyakarta: Aditya Media.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono & Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
          Yogyakarta: Andi Offset.
Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas
          dan Tindakan Sekolah.  Malang: Cakrawala Indonesia.
Supardi dan Suhardjono. 2011. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas.
          Jakarta: Bumi Aksara.


6 komentar:

  1. sangat membantu untuk peneliti pemula sebagai referensi...terima kasih

    BalasHapus
  2. SANGAT MEMBANTU, KIRA2 ADA CONTOH PTKNYA G KAK?

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Sangat membantu, terima kasih banyak terutama kepada Penulis dan kepada semua pihak terkait.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah membantu. Terima kasih..

    BalasHapus
  6. Halo pak, saya seorang mahasiswi dan kemarin telah melaksanakan penelitian dengan metode penelitiannya adalah PTK. PTK yang telah yang saya lakukan yaitu dimulai dari prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, dan dari setiap siklus hanya dilakukan 1 kali tindakan saja pak karena terbatasnya waktu. Bagaimana ya pak? apakah hal tersebut diperbolehkan saja
    Terima kasih pak. Mohon pencerahannya.

    BalasHapus