Senin, 13 Mei 2019

ISLAM MASUK KE INDONESIA


Islam masuk ke Indonesia melalui budaya bukan peperangan. Ini berbeda dengan Islam masuk negara di Timur Tengah. Ke Persia sekarang Irak dan Iran misalnya, Islam dibawah oleh Saad bin Abi Waqos melalui peperangan (Saad bin Abi Waqos di kubur di Guang zu Cina). Islam tersebar ke Siria dibawah oleh Ubaidah Amir bin Jarroh yang mendirikan Dinasti Bani Umayyah. Islam masuk ke Afrika Utara dibawah oleh Amru bin Ash yang mendirikan dinasti di Mesir, Tunis hingga Maroko.
Ada rangkaian sejarah antara Cina dengan Indonesia. Suatu hari ada utusan dari negara Cina bernama Meng chi datang ke kerajaan Singosari di Malang diperintahkan oleh Kubilaikan untuk meminta upeti. Raja Singosari Kertanegara menolak memberikan upeti bahkan memotong kedua telinga utusan tersebut. Meng chi kamudian kembali ke Cina dan lapor kepada rajanya. Sang raja marah sehingga pada tahun berikutnya Cina mengirim pasukan sebanyak 20 ribu ke Singosari di Malang, tapi kerajaan Singosari tersebut sudah bubar, Raja Kertanegara telah dibunuh Jayakatwang dari kerajaan Doho Kediri.
Kedatangan pasukan Cina sebanyak 20 ribu itu berbaur agamanya ada Muslim dan non Muslim. Jenderal yang Muslim sebanyak 3 orang bernama Zippi, Kausing, Ikamitze. Pasukan kemudian bertemu dengan Raden Wijaya (menantu Kertanegara) dan bersekutu untuk balas dendam menyerang Doho Kediri hingga yang akhirnya bubar terkalahkan. Setelah Doho bubar, berdirilah kerajaan Majapahit dan Raden Wijaya adalah raja pertama yang merupakan pendirinya. Puncaknya Majapahit dipimpin Hayam Wuruk dan pati Gajah Mada. Pada saat itulah lahir manifestasi politik namanya Sumpah Palapa yang ingin menyatukan Kepulauan Nusantara hingga Srilangka, Philipina Selatan dan Thailand. Sumpah Palapa ini menginspirasi sumpah pemuda tahun 1928 yang ingin menyatukan Indonesia menjadi satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Raja terakhir Majapahit adalah Brawijaya V yang memiliki isteri 600 orang. Salah satu isterinya adalah muslimah keturunan Cina bernama Subanci atau disebut Dewi Retno. Lahir dari Subanci seorang anak laki-laki bernama Jinbun yang kurang disenangi keluarga kerajaan sehingga pergi ke arah Timur masuk Ampel Denta dan berjumpa dengan ulama besar bernama Rohmatullah atau Sunan Ampel (anak dari Syekh Ibrahim Samarkandi). Kemudian Jinbun masuk Islam dan diganti namanya menjadi Abdul Fattah, beliau kemudian belajar Islam dan mengatakan kepada gurunya itu bahwa ia adalah keturunan raja sehingga harus menjadi raja. Maka berdirilah kerajaan Islam pertama di Jawa namanya Demak Bintoro rajanya bernama Abdul Fattah alias Jinbun alias Raden Fatah Putra Brawijaya V.
Brawijaya V selaku orang tua kaget mendengar anaknya menjadi raja dan beragama Islam, kemudian menyampaikan hal tersebut kepada anak lainnya yang menjadi raja kerajaan Sriwijaya (Palembang) Aryadillah Alias Jaka Dillah alias Aryadamar. Tetapi Aryadillah pun kemudian menjelaskan bahwa dirinya juga telah lama masuk Islam dan berganti nama menjadi Fatahillah. Lama kelamaan orang Majapahit ikut bergabung dengan kerajaan Demak karena ingin dipanggil menjadi santri yang memiliki karakteristik jujur, bersih, dan baik. Diketahui bahwa agama Hindu mengenal kasta seperti Brahmana,  satria, sudra, faria. Perbedaan kasta tersebut juga berpengaruh pada penggunaan bahasa dan sikapnya ketika berinteraksi. Kata Ingsun (bahasa jawa) itu hanya kata yang dipakai untuk raja, sedangkan untuk orang kecil menyebutnya kawulo alit atau sampean dalem, rakyat harus berjalan ngesot ketika menghadap raja. Sedangkan dalam Islam para kiyai mengajarkan kesamaan dan kesepadaan, seperti niat solat (niat ingsun solat...), niat wudlu (niat ingsun wudlu...), niat puasa (niat ingsun puasa...) sehingga orang jawa kaget karena dipikir tidak mungkin itu terjadi pada agamanya. Dengan ajaran itu, orang Hindu berbondong-bondong masuk Islam.
Kisah lainnya, ketika seorang kiyai jalan-jalan, kemudian melihat seseorang  menyajikan sesajen untuk para leluhur, dll. Kemudian kiyai mengatakan “anda itu kaya, janganlah berbagi itu sedikit”,  maka masaklah yang banyak dan potong kambing satu ekor. Setelah itu kiyai mengajarkan agar masakan itu diberikan kepada tetangga, fakir misikin, dan orang tidak mampu, tetapi sebelum itu bacalah doa kepada Allah meminta agar anda selamat, hartamu selamat, anakmu selamat, hidupmu selamat. Inilah yang disebut dengan selametan bukan sesajen. Inilah cara para ulama menyebarkan Islam di Indonesia. (IA: Sumber KAS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar