Sabtu, 11 April 2020

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL


Istilah kepemimpinan transformasional pertama kali dicetuskan oleh Downton pada tahun 1973. Tahun 1978 James MacGragor Burns menulis karya berjudul “Leadership” yang mencoba menghubungkan peran kepemimpinan dan pengikut. Menurut Burns, kepemimpinan dibedakan menjadi dua jenis yaitu traksaksional dan transformasional. Kepemimpinan traksaksional merujuk pada pertukaran yang terjadi antara pemimpin dengan pengikutnya. Misal politisi yang menjanjikan rendahnya pajak setelah ia memenangkan dalam pemilihan, manajer yang menjanjikan promosi bagi pegawai yang mampu mencapai target pekerjaan, guru memberikan nilai untuk siswa yang dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Kepemimpinan transformasional merupakan proses untuk mencapai hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas bagi diri pemimpin dan pengikutnya. Misalnya Ghandi yang berusaha menaikan harapan bagi jutaan pengikutnya. Selain itu, menurut Burns, ada pula yang disebut dengan kepemimpinan pseudotransformasional. Jenis ini untuk menggambarkan bentuk kepemimpinan yang telah melakukan perubahan namun dengan cara yang negatif dan keluar dari salah satu karakteristik transformasional yaitu “moralitas” seperti Adolf Hitler.
Beberapa faktor yang menjadi ciri pemimpinan transformasional, yaitu: 1) karisma sebagai faktor ideal, pemimpin berperan sebagai teladan bagi para pengikutnya, 2) memotivasi dan menginspirasi pengikut untuk setia dalam organisasi, 3) rangsangan intelektual, yakni peran pemimpin merangsang pengikutnya untuk kreatif dan inovatif serta keyakinan dan nilai yang ada pada diri mereka, 4) memberikan iklim yang mendukung dengan cara mendengarkan kebutuhan setiap pengikut.
Menurut Bennis dan Nanus (1985) terdapat empat strategi utama yang digunakan pemimpin transformasional dalam mengubah organisasi: 1) memiliki visi yang jelas, sederhana, dapat dipahami, menguntungkan, dan menciptakan energi, 2) sebagai arsitek sosial yang berusaha menciptakan tujuan bersama, 3) menciptakan rasa percaya (trust) dalam organisasi dan memberikan pemahaman tentang integritas, 4) melakukan pengorganisasian yang kreatif lewat egoisme positif.
Dari banyak kajian, sesungguhnya kepemimpinan transformasional lebih banyak memberikan dampak, lebih banyak menghasilkan kinerja lebih daripada yang diharapkan, dan menjadi model kepemimpinan yang lebih efektif daripada kepemimpinan transaksional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar