Senin, 26 Maret 2018

KONSEP DASAR PENELITIAN


Manusia lahir ke dunia dibekali tiga potensi dasar, yakni ruh sebagai pangkal kehidupan, jasad atau raga sebagai media yang menopang keberadaan ruh manusia, dan  akal sebagai alat untuk berpikir sehingga ia dapat hidup dengan baik dan benar. Selain tiga hal di atas, manusia memiliki fitrah atau naluri cinta terhadap kebenaran, siapapun orangnya, apapun latar belakangnya, dan dimanapun ia berada, kebenaran selalu diidamkan dan diharapkan. Persoalan bahwa mengapa banyak manusia yang berbuat tidak benar itu karena pengaruh berbagai faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya, namun demikian pengakuan hati kecil akan perbuatannya itu tetap disadari bahwa apa yang dilakukannya itu salah atau tidak benar.
Kebenaran sangat dibutuhkan setiap manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan yang penuh problematika untuk mencapai kedamaian individu maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Kenyataan ini mendorong manusia untuk terus berpikir tentang apa itu kebenaran, apa sumbernya, dan bagaimana cara mendapatkannya. Proses berpikir manusia tentang kebenaran telah berjalan berabad-abad bahkan sebelum tahun masehi lahir dan tidak akan berhenti hingga selesailah perjalanan manusia di muka bumi ini.
Dalam catatan sejarah, manusia berusaha mencari kebenaran diawali sikap meragukan setiap gejala yang ada di alam semesta, manusia tidak langsung puas dan menerima apa yang terjadi di alam ini, gejala sekecil apapun dipertanyakan termasuk dirinya sendiri dengan akal pikiran sehat melalui proses perenungan untuk memahami, memikirkan, dan menganalisis berbagai fenomena sehingga diperoleh pengetahuan tentang kebenaran yang dicarinya itu. Kondisi ini pernah diungkapkan Rene Descartes “DE OMNIBUS DUBITANDUM” yang mempunyai arti bahwa segala sesuatu harus diragukan dan tidak diterima mentah-mentah.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta dan segala isinya yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan masalah. Meskipun tidak mutlak kebenarannya seperti agama yang memberikan pedoman dan tuntunan hakiki bagi kehidupan manusia, ilmu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi dari hasil penelusuran yang dilakukan manusia dengan menggunakan kaidah dan cara-cara yang logis dan ilmiah.
Proses generalisasi dan analisis untuk mencapai kebenaran dilakukan melalui penelitian. Sesungguhnya manusia setiap saat melakukan penelitian melalui pengamatan langsung pada obyek tertentu di sekitar lingkungan tempat tinggal, di tempat kerja atau tempat lainnya yang dikunjungi kemudian diakhiri dengan penyimpulan sehingga mereka dapat mengambil keputusan atas tindakan yang harus dilakukannya, hanya saja proses sampai kesimpulan hasil yang diamatinya tidak dituangkan dalam tulisan sebagai laporan hasil penelitian.
Bentuk penelitian di atas merupakan penelitian tidak formal yang dilakukan tidak mengunakan kaidah-kaidah ilmiah yang sistematis dan memerlukan persyaratan tertentu sehingga hasilnyapun masih diragukan. Oleh karena itu, agar hasil penelitian yang kita lakukan dapat dipercaya maka harus dilakukan sesuai dengan kaidah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan pendekatan ilmiah yang digunakan untuk mencari kebenaran. Secara sederhana metode berarti cara, teknik atau pendekatan yang digunakan untuk kepentingan tertentu. Kata penelitian juga berasal dari bahasa Inggris research, kata re berarti kembali, dan search berarti mencari. Dengan demikian research berarti mencari kembali. Dalam istilah lain, penelitian dapat dimaknai sebagai berikut:
  1. Penelitian adalah usaha melakukan penyelidikan dengan hati-hati, kritis dan sistematis dalam mempelajari atau mencari fakta.
  2. Penelitian adalah seni dan ilmu yang tujuannya untuk mencari jawaban atas fenomena atau permasalahan yang dihadapi.
Menurut Sugiyono (2007: 3-6) bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mencari data dengan tujuan dan manfaat tertentu. Cara ilmiah berarti upaya yang dilakukan dalam penelitian dengan pendekatan logis, sistematis, dan faktual. Data berarti informasi yang memiliki bukti faktual yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas tertentu. Tujuan penelitian mencakup 3 P, yaitu penemuan (menemukan jawaban atas permasalahan yang diteliti), pembuktian (membuktikan kebenaran sesuatu), dan pengembangan (mengembangkan aspek tertentu sesuai tujuan yang diinginkan). Manfaat atau kegunaan tertentu dalam penelitian yang dimaksud adalah mencakup 3 M, yaitu untuk memahami (memahami masalah yang diteliti), memecahkan (memecahkan permasalahan yang membutuhkan solusi), dan mengantisipasi berbagai persoalan yang membutuhkan jawaban.

B.  Paradigma Penelitian
Secara sederhana paradigma penelitian diartikan sebagai pola atau model dalam sebuah penelitian yang di dalamnya menjelaskan keterkaitan antarbagian dalam satu susunan yang saling melengkapi. Secara garis besar terdapat dua paradigma dalam penelitian, yaitu paradigma ilmiah (Scientific Paradigm) dan Paradigma alamiah (Naturalistic Paradigm).
Sudah sejak lama kedua paradigma tersebut dikenal, keduanya berusaha mencapai kebenaran, yaitu sebuah proses epistemologis untuk mencari kebenaran atas apa yang dihadapi manusia, hanya saja pendekatan yang digunakan kedua paradigma tersebut berbeda.
Aliran positivisme memandang bahwa kebenaran semata-mata berasal dari realitas empiris yang dapat diamati, bertolak dari hukum-hukum ilmiah, dan menekankan bahwa obyek yang dikaji harus berupa fakta yang dapat diukur. Pola pikir aliran positivisme menekankan obyek yang teramati dan dapat terukur dalam bentuk variabel-variabel yang jelas dan dapat diturunkan kedalam indikator-indikator. Kejelasan variabel-variabel penelitian ini dalam rangka mencari hubungan atau pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Aliran ini berpendapat bahwa apa yang terjadi di alam semesta ini memiliki hukum sebab akibat artinya bahwa setiap yang terjadi itu karena ada penyebabnya, ada pengaruh dan ada yang dipengaruhi serta ada keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan. Dari pola pikir ini lahirlah paradigma penelitian kuantitatif yang menghendaki pengujian hipotesis dalam proses pembuktian kebenarannya.
Berbeda dengan positivisme di atas, aliran rasionalisme menekankan bahwa ilmu berasal dari pemahaman intelektual manusia yang dibangun atas kemampuan memberikan argumentasi secara logis rasional atas fenomena yang terjadi di alam semesta ini. Oleh karena itu, penekanan aliran rasionalisme terletak pada ketajaman rasio manusia dalam memaknai obyek yang diteliti. Pemahaman intelektual dan kemampuan argumentatif manusia ini perlu didukung data empirik sehingga apa yang dihasilkan dari proses berpikir logis tersebut dapat dibuktikan secara faktual.
Bagi aliran rasionalisme ini, fakta empirik bukan hanya yang bersifat sensual atau dapat dilihat panca indra dalam bentuk variabel-variabel, melainkan bisa berbentuk empiri logik, empiri teoritik, dan empiri etik. Misalnya: ruang angkasa yang sangat tidak terbatas, peninggalan sejarah atau kejadian-kejadian masa lampau, semuanya itu merupakan realitas tetapi tidak mudah dihayati secara sensual melainkan dapat dihayati secara teoritis keilmuan melalui proses berpikir. Dari pola pikir ini lahirlah paradigma penelitian kualitatif yang menghendaki penelusuran dan pengkajian secara mendalam setiap fenomena yang ada untuk sampai pada kesimpulan kebenaran.

1. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Pada penelitian kualitatif, peneliti dituntut berhubungan langsung dengan konteks yang diteliti untuk keperluan pemahaman. Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan data utama yang disebut dengan human instrument. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Analisis kualitatif merupakan proses induktif untuk menemukan kenyataan-kenyataan yang sangat bervariasi di lapangan hingga sampai pada penyimpulan. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diamati jauh lebih jelas apabila diamati dalam prosesnya.
Peneliti kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda sangat kontras dengan penelitian kuantitatif, yaitu:
a.     Data yang dikumpulkan bersifat lunak yakni mendeskripsikan orang tempat, hasil percakapan, dll,
b.     Semua data yang diperoleh dari lapangan tidak dianalisis secara statistikal,
c.      Pertanyaan penelitian tidak dirangkai oleh variabel-variabel operasional, melainkan dirumuskan melalui kajian semua kompleksitas yang ada dalam konteks penelitian,
d.     Tidak dapat dilakukan penelitian dengan mendekati permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat uji hipotesis,
e.     Peneliti mengumpulkan data melalui hubungan langsung dengan orang-orang pada situasi khusus,
f.      Prosedur kerja pengumpulan data yang paling umum digunakan adalah observasi partisipatif dan wawancara mendalam
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan data utama yang disebut dengan human instrument. Karena jika memanfaatkan alat lain selain manusia, maka sangat dimungkinkan adanya data yang tidak dapat digalih secara mendalam. Sebagai instrumen, peneliti terlibat secara langsung bahkan berhubungan dan berinteraksi dengan obyek yang diteliti guna mendapatkan pemahaman atas fenomena-fenomena yang terjadi. Fenomena-fenomena itulah yang kemudian dicatat, didata dan direkam oleh peneliti hingga sampai pada satu kesimpulan.
Penelitian kualitatif menggunakan beberapa metode dalam mengkoleksi data seperti pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode ini digunakan karena :
a.     Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden dalam kurun waktu tertentu.
b.     Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh atas pola-pola nilai yang dihadapi.
Analisis data penelitian merupakan kegiatan penting berupa proses mengorganisasi, memilah, dan mensintesiskan data yang diperoleh dari lapangan berupa catatan, rekaman, foto, dokumen sehingga terkumpul dalam satuan yang sama dan saling terkait satu dengan lainnya. Tanpa analis, data menjadi tidak berfungsi dan berserakan sia-sia. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif sangat berperan untuk menterjemahkan dan mendeskripsikan data sesuai dengan realitasnya lepas dari subyektivitas peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif, yaitu analisis data yang diperoleh sumber-sumber kecil yang terpisah sehingga menjadi kumpulan data yang menyatu, menjadi general, dan menjadi rumusan yang bersifat deduktif.
a.       Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang sangat bervariasi di lapangan untuk sampai pada penyimpulan.
b.       Lebih dapat membuat hubungan peneliti dengan yang diteliti, responden lebih terbuka, dapat saling mengenal dan memahami.
c.       Lebih dapat menguraikan kejadian-kejadian secara mendalam dengan melihat fakta-fakta secara langsung.
Setelah dilakukan analisis data sesuai dengan jenis, bentuk, dan karakteristiknya, hal yang harus dilakukan adalah penafsiran dan pembahasan data sehingga apa yang ditemukan dalam penelitian memiliki makna yang dapat dipahami oleh orang lain. Kebermaknaan data penelitian sangat erat kaitanya dengan uraian penafsiran dan pembahasan yang detil, lugas, dan komprehensif peneliti dari proses pengamatan dan penelitian yang dilakukannya.
Uraian di atas, karena penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diamati jauh lebih jelas apabila diamati dalam prosesnya. Sehingga proses yang terjadi dapat dijelaskan secara cermat dan mendalam untuk menjawab kemengapaannya bukan sekedar apa hasilnya. Dalam penelitian kualitatif, terdapat istilah obyektivitas, kesahihan, dan keterandalan.
a.     Obyektivitas dalam tradisi kualitatif adalah bahwa penelitian itu faktual dan dapat dikonfirmasikan baik proses maupun hasilnya,
b.     Kesahihan penelitian kualitatif merupakan kesanggupan mendeskripsikan rekonstruksi realita secara lengkap dan detil sebagaimana yang dikonstruksikan oleh respondennya,
c.     Keterandalan penelitian kualitatif  menekankan pada pernyataan bahwa hasil penelitian dapat dipercaya dan dilaksanakan dengan penuh kejujuran. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian seperti catatan lapangan, foto, dokumen lainnya dapat dicek akurasinya.
Hasil penelitian kualitatif sebagai fokus yang diperoleh dari rangkaian proses penelitian sangat bergantung pada dua hal berikut:
a.     Hasil penelitian tergantung pada kualitas hubungan antara peneliti dan obyek penelitian, semakin kondusif hubungan antara peneliti dengan obyek yang diteliti kemungkinan data akan bisa diungkap secara mendalam, sebaliknya semkain tidak kondusif antara peneliti dengan obyek penelitian maka data kemungkinan tidak dapat digalih.
b.     Konfirmasi hipotesis penelitian akan menjadi lebih baik verifikasinya apabila diketahui oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti. Dengan demikian hasil penelitan dapat dikonfrontir dengan obyek penelitian.

2. Karakteristik Penelitian Kuantitatif
           Berbeda dengan paradigma penelitian di atas, paradigma kuantitatif menggambarkan pola hubungan antara variabel yang diteliti yang dikenal dengan variabel bebas dan variabel terikat. Jadi, paradigma penelitian kuantitatif diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antarvariabel yang akan diteliti. Paradigma ini menekankan pada kejelasan variabel penelitian, kemudian membentuk perumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, mencari atau mengkaji teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,  membuat hipotesis sesuai dengan variabel yang ditetapkan, menyusun instrumen  penelitian berdasarkan tujuan penelitian yang dikehendaki, menggunakan teknik analisis statistik yang sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian, serta pengujian hipotesis penelitian yang diajukan sebagai langkah pembuktian kebenaran.
           Paradigma penelitian kuantitatif merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antarvariabel yang akan diteliti. Karena paradigma ini menekankan pada kejelasan variabel penelitian, maka berkaitan dengan langkah selanjutnya yakni membentuk perumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis sesuai dengan variabel yang ditetapkan, instrumen penelitian yang digunakan dan teknik analisis statistik yang akan digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari lapangan.
Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang di bawa peneliti kuantitatif dan kualitatif berbeda. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa peneliti harus sudah jelas dalam bentuk variabel. Tahapan penelitian ini sebagai berikut:
a.     Menentukan masalah dalam bentuk variabel-variabel peneltian yang saling terkait
b.     Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian yang berpengaruh atau berhubungan dengan variabel terikat yang telah ditetapkan
c.     Membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan masalah yang diteliti.
d.     Menyusun kerangka teori dari berbagai sumber baik buku, surat kabar, majalah, internet, dan jurnal. Teori yang disusun dalam paradigm kuantitatif ini menjadi dasar untuk menentukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian.
e.     Membuat kerangka berpikir yang mengkaitkan hubungan atau keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
f.      Merumuskan hipotesis penelitian sesuai dengan masalah yang dirumuskan dalam perumusan masalah.
g.     Membuat metodologi penelitian yang didalamnya terdapat tujuan penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik analisis data dan hipotesis statistik.
h.     Melakukan penelitian ke lapangan kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan alat statistika yang sesuai hingga sampai pada penyimpulan hasil penelitian.
            Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah secara teoritis dan secara empiris. Secara teoritis, masalah dapat ditemukan dengan cara mengkaji berbagai literatur yang menjelaskan tentang apa-apa yang kita hendak ketahui, karakteristik, keterkaitan, perbedaan dan lainnya sehingga kita mengetahui bahwa disitu ada permasalahan yang perlu diteliti.  Berikutnya adalah secara empiris, yaitu dengan cara melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan. Jika dalam penelitian pendahuluan ditemukan masalah, maka kita bisa berasumsi tentang faktor-faktor penyebabnya  yang mungkin dilakukan penelitian.
Kerangka teori dalam penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil – hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Penyusunan kerangka teori ini tidak sekedar menyusun definisi dari berbagai ahli akan tetapi menggali secara mendalam tentang konsep dasar, karakteristik, jenis-jenis, langkah-langkah dan hal-hal yang terkait dengan variabel penelitian.
Kerangka teori ini disusun sebagai landasan dan gambaran bagi peneliti dalam melakukan proses penelitian, bahkan dalam penelitian kuantitatif, kerangka teori menjadi dasar dapat diturunkannya instrumen penelitian yang dibuat berdasarkan sintesis teori, tanpa dukungan teori yang kuat maka sulit penelitian kuantitatif dapat dilakukan. Uraian pembahasan teori dapat diambil dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah, buku, majalah, koran, makalah, artikel, bahkan sumber dunia mayapun bisa diambil sesuai dengan kebutuhan dan jenis variabel penelitian yang dikaji.
Kerangka berpikir merupakan karakteristik jenis penelitian kuantitatif yang terdiri dari minimal 2 variabel yang dihubungkan. Kerangka berpikir menjelaskan secara teoritis keterkaitan antarvariabel yang akan diteliti yang dibuat secara naratif dan sistematis atau dalam bentuk diagram atau skema yeng menunjukkan bahwa antarvarabel itu memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, kerangka berpikir dapat dikemukakan setelah peneliti terlebih dahulu menjelaskan teori setiap variabel yang diteliti.
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah lanjutan setalah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Artinya, bahwa pendugaan oleh peneliti terhadap obyek yang diteliti didasarkan pada hasil kajian secara teoritik. Dengan demikian, pendugaan tidak asal dilakukan akan tetapi memiliki dasar ilmiah yang bias dipertanggungjawabkan.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian dirumuskan dalam kalimat pernyataan yang berisi jawaban sementara dari peneliti tentang permasalahan yang akan diteliti. Karena hipotesis ini merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang dibuat dalam perumusan masalah, maka bentuknyapun sama, ada hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif dan hipotesis asosiatif seperti halnya dalam pembuatan rumusan masalah. Sedangkan hipotesis statistik adalah hipotesis dalam bentuk notasi statistik sebagai kerangka operasional dilakukannya perhitungan matematik untuk menentukan penerimaan atau penolakan atas hipotesis yang diajukan. 
Metodologi menyangkut sekumpulan perangkat atau proses yang digunakan agar mendapatkan hasil penelitian yang baik. Dalam metodologi penelitian dimuat tentang hal-hal sebagai berikut:
a.     Tujuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat sehingga tujuan penelitian ini seiring dengan pertanyaan penelitian yang dibuat.
b.     Tempat dan waktu penelitian yang direncanakan peneliti dibuat secara jelas dimana lokus penelitan dan waktu penelitian sesuai dengan tahapan dalam penelitian.
c.     Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  apakah menggunakan survei,  eksperimen atau lainnya. Penentuan metode ini perlu dibuat sejak awal sebagai bentuk desain penelitian yang dilakukan sehingga data yang diambil tidak salah karena salah menentukan desain penelitian.
d.     Populasi dan sampel penelitian dibuat secara jelas berapa jumlahnya dan teknik apa yang digunakan dalam menentukan sejumlah sampel yang diperlukan tersebut. Perlu kehati-hatian dalam menentukan sampel agar benar-benar merupakan representasi dari populasinya.
e.     Teknik pengumpulan data penelitian merupakan cara peneliti memperoleh data penelitian. Oleh karena itu, perlu dijelaskan tentang gambaran dan langkah-langkah bagaimana peneliti mendapatkan data yang diperlukan.
f.      Instrumen yang digunakan dalam penelitian merupakan alat yang digunakan dalam menjaring data. Banyak jenis dan ragamnya instrumen penelitian tergantung pada jenis data apa yang dibutuhkan, misalnya angket, daftar pertanyaan wawancara atau berbentuk tes.
g.     Teknik analisis data merupakan penjelasan tentang teknik apa yang digunakan peneliti dalam menganalisis data yang didapatkan dari lapangan.
Instrumen pada penelitian kuantitatif dapat berupa tes dan non tes. Instrumen berupa tes dibuat untuk mengukur kemampuan atau keterampilan tertentu. Tes ini dapat berupa tes lisan, tes tertulis ataupun tes performance tergantung pada jenis kemampuan atau keterampilan apa yang diinginkan. Sedangkan instrumen jenis non tes diantaranya sebagai berikut:
a.     Observasi langsung
Pengamatan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan terjun langsung kedalam obyek penelitian. Oberservasi ini dapat dilakukan dengan cara terlibat dan beraktivitas bersama-sama dengan obyek yang diteliti atau hanya sebagai pengamat saja.
b.     Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka. Teknik ini bisa terstruktur dengan item-item pertanyaan yang telah disiapkan ataupun wawancara bebas.
c.     Daftar pertanyaan
Daftar pertanyaan (kuesioner) adalah seperangkat pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian. Bentuk kuesioner ini bisa berbentuk tertutup artinya pilihan jawaban sudah disediakan peneliti, atau terbuka berupa pertanyaan essey, atau semi terbuka artinya pilihan jawaban sudah disiapkan akan tetapi diberikan jawaban kosong yang disediakan bilamana responden merasa tidak ada yang cocok dengan jawaban yang telah disediakan.
Teknik analisis data adalah penjelasan tentang tata cara dan perangkat statistik yang digunakan menganalisis data penelitian, apakah berbentuk deskriptif, komparatif, atau asosiatif.
Teknik analisis deskriptif dilakukan untuk membuat gambaran suatu  obyek penelitian secara mendetil dan akurat sehingga memberikan makna yang jelas atas dari yang didapatkan dari lapangan. Oleh karena itu, dalam teknik ini perlu dijelaskan bagaimana peneliti akan menyajikan data yang dihasilkan dari lapangan, apakah dengan kategorisasi, persentase atau klasifikasi lainnya.
Teknik analisis komparatif dilakukan untuk membandingkan dua kelompok yang berbeda sehingga secara nyata dapat dijelaskan bahwa antarkeduanya memiliki perbedaan atau tidak memiliki perbedaan. Jika teknik ini digunakan, maka perlu dikemukakan rumus statistik yang dijadikan alat analisis, seperti uji “t” untuk sampel yang berbeda, uji “t” untuk sampel yang berpasangan, atau anava satu jalan bila sampel yang dibandingkan lebih dari dua.
Terakhir adalah teknik analisis  asosiatif yakni untuk mengetahui apakah terdapat keterkaiktan antarvariabel yang diteliti. Dalam analisis asosiatif terdapat banyak macamnya, seperti jika ingin mengetahui hubugan antarvariabel maka harus dikemukakan rumus statistik apa yang dipakai, apakah product moment atau poin biserial atau korelasi rank, semuanya itu bergantung pada jenis data yang didapatkan dari lapangan. Apabila peneliti hendak menganalisis data penelitian asosiatif yang bersifat eksperimen maka harus dikemukakan pula desain penelitian yang digunakan apakah menggunakan anava satu jalan atau dua jalan atau bahkan menggunakan ankova. Dan bila peneliti hendak menganalisis data penelitian asosiatif yang lebih kompleks seperti analisis jalur (path analysis) maka harus pula dikemukakan desain model jalur dan alat analisisnya.

Analisis dan penafsiran data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis dan penafsiran data tersebut, dapat yang dihasilkan dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dari lapangan akan tidak bermakna bahkan sia-sia jika tidak dilakukan analisis dan penafsiran mendalam sehingga mampu memberikan penjelasan bahkan prediksi terhadap apa yang terjadi.
Setelah data dianalisis baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan statistik, maka perlu dijelaskan secara seksama melalui tafsir dan uraian tentang apa makna dibalik data yang ditemukan. Lebih baik lagi jika dalam penafsiran data diberikan penguatan dengan menjelaskan dukungan teori sebagai pisau analisis yang mengkaji temuan hasil penelitian sehingga apa yang telah didapatkan dari lapangan secara empirik dapat dibuktikan pula secara teoritik. Jika demikian, maka hasil penelitian dapat memberikan arti bagi kehidupan sesuai dengan fokus dan lokusnya yang kemudian dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, penetapan kebijakan dan pemecahan masalah lainnya. 

C.  Kriteria Metode Ilmiah
Metode dalam penelitian baik paradigma kualitatif maupun kuantitatif harus menggunakan metode ilmiah yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan metode lainnya, yaitu:
1.     Berdasarkan fakta
Penelitian ilmiah harus didasarkan pada fakta yang bisa dideteksi, diamati, dibuktikan oleh peneliti atau oleh siapapun yang tertarik dengan aspek yang diteliti itu, sehingga dari hasil kajian melalui pengamatan tersebut dapat diambil kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan disertai dengan bukti-bukti yang kuat dan pada akhirnya hasil penelitian dapat dipercaya.
2.     Bebas dari prasangka
Kaidah ilmiah tidak mentolelir adanya asumsi atau persepsi dari peneliti, semua harus didasarkan pada apa yang ada dan terjadi. Peneliti memiliki tugas mengamati dan mengakumulasi data yang ada, bukan menerka atau menjustifikasi apa yang diamatinya. Dengan demikian apapun yang didapatkan harus dikatakan dan dicatat apa adanya.
3.     Menggunakan prinsip-prinsip analisis
Penelitian merupakan proses mendapatkan data yang valid. Data yang valid dapat diperoleh melalui tahapan yang jelas dan sistematis. Analisis yang digunakan bisa berupa deskriptif, komparatif, asosiatif, maupun eksperimental sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.
4.     Menggunakan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara peneliti atas fenomena yang terjadi di lapangan. Setelah itu, peneliti harus mengkaji literatur yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Kajian literatur menjadi arah bagi peneliti untuk bertindak memahami masalah yang dihadapi melalui proses penelitian. Dengan mempelajari berbagai rujukan, maka peneliti akan mendapatkan gambaran awal yang kemudian dapat disusun hipotesis penelitian yang didasarkan pada teori-teori yang dibangun. 
5.     Menggunakan ukuran objektif
Dalam kaidah ilmiah, ukuran yang dijadikan standar adalah obyektifitas, artinya bahwa data yang diperoleh dari lapangan merupakan data yang dibutuhkan sesuai pertanyaan penelitian yang bebas dari keinginan peneliti atau keinginan pesanan lainnya.
Selain harus berdasarkan pada karakteristik di atas, dalam penelitian diperlukan tahapan yang harus dilalui sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, yaitu:
1.     Merumuskan serta mendefinisikan masalah yang akan diteliti secara jelas sehingga peneliti tidak kebingungan dalam menentukan tahapan selanjutnya.
2.     Melakukan studi kepustakaan dengan mengkaji berbagai literatur atau sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
3.     Membuat rumusan dan hipótesis penelitian. Setelah peneliti mengkaji literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti maka peneliti mendapatkan gambaran atau jawaban sementara (hipótesis), selanjutnya membuat rumusan masalah sebagai penunjuk arah kemana penelitian tersebut harus dilakukan.
4.     Membuat dan menentukan alat atau instrumen untuk mengumpulkan data. Tanpa instrumen yang harus disiapkan sesuai dengan kajian teori maka sulit bagi penulis mendapatkan data yang diinginkan.
5.     Mengumpulkan data dari obyek yang diteliti.
6.     Menyusun, menganalisis, dan memberikan interpretasi atas data yang diperoleh. Data penelitian baik berupa angka maupun lainnya akan dapat dipahami jika data tersebut dijelaskan dan diinterpretasi oleh peneliti secara sistematis dan menyeluruh.
7.     Membuat kesimpulan penelitian berdasarkan hasil análisis dan interpretasi data yang diperoleh.
8.     Membuat laporan hasil penelitian sesuai dengan kaidah dan tata cara penulisan karya ilmiah.
Berdasarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di atas, peneliti dapat menggunakan berbagai macam metode penelitian yang sesuai. Menurut Sugiyono (2007: 10) bahwa metode penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1) Metode penelitian dilihat dari tujuan yang diinginkan, dan 2) Metode penelitian dilihat dari segi kealamiahan datanya.
Dilihat dari tujuannya, metode penelitian dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.   Penelitian dasar
Penelitian dasar adalah penelitian murni yang biasa digunakan pada kajian kedokteran, biologi, fisika, dan teknologi.
2.   Penelitian pengembangan
Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang tujuannya untuk menguji produk atau mengembangkannya sehingga ditemukan formula yang yang baik atau paling efektif.
3.   Penelitian terapan
Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan praktis yang kemudian dapat diterapkannya dalam kehidupan. Penelitian ini banyak dijumpai diantaranya dalam dunia pendidikan, ekonomi, dan bisnis.
Dilihat dari segi kealamiahan datanya, metode penelitian juga dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.     Metode Eksperimen
Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan yang dibuat dan diatur oleh peneliti. Penelitian ini biasanya bertempat di laboratorium dan ada perlakuan dari penelitinya. Kriteria yang harus dipahami dalam penelitian eksperimen ini adalah:
a.     Masalah yang dipilih peneliti dapat dipecahkan melalui eksperimen
b.     Faktor-faktor dan variabel yang diteliti harus jelas
c.     Eksperimen harus dilakukan dengan tepat
d.     Diperlukan ketelitian pada saat melakukan eksperimen
e.     Penggunaan metode dan materi harus jelas
f.      Interpretasi terhadap hasil eksperimen harus tepat
2.     Metode Survei
Metode survei adalah metode pencarian data dari suatu obyek tertentu dengan mendatangi langsung obyek penelitian kemudian dilakukan interpretasi yang tepat.
Ciri dari metode ini adalah memiliki lokasi alamiah atau tanpa ada kontrol dan ada perlakuan dari peneliti terhadap obyek yang diteliti. Langkah – langkah dalam metode survei ini adalah:
a.     Memilih dan merumuskan masalah penelitian sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
b.     Menentukan tujuan penelitian sesuai dengan perumusan masalah yang dibuat
c.     Menggunakan teori-teori yang kuat untuk setiap variabel penelitian yang ditetapkan melalui penelusuran sumber-sumber kepustakaan sebagai rujukan
d.     Merumusakan hipotesis yang akan diuji setelah peneliti mengkaji teori-teori yang mendasarinya
e.     Melakukan penelitian untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan
f.      Menganalisis dan memberikan interpretasi setiap data yang diperoleh dari lapangan
g.     Membuat generalisasi dan deduksi dari penemuan penelitian
h.     Membuat laporan penelitian sesuai dengan kaidah dan tata cara penulisan ilmiah.
3.     Metode Naturalistik
Metode naturalistik adalah metode penelitian yang berlangsung secara alamiah dan tidak ada perlakuan dari peneliti terhadap obyek yang diteliti. Yang termasuk kedalam metode ini adalah penelitian kualitatif, dimana peneliti merupkan instrumen yang langsung membaur pada obyek penelitian yang berjalan secara alamiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar